Kesalah pahaman Micheline dan Frederick sudah berakhir. Frederick terus menerus mengirim buket bunga pada Micheline sebagai ungkapan permintaan maaf. Micheline tak ambil pusing, ia memberikan buket bunga tersebut kepada salah seorang karyawannya setiap harinya.
Micheline pun seakan sudah melupakan malam manisnya dengan Hansel. Ia bersikap seolah tidak ada apa-apa yang terjadi antara dirinya dan Hansel. Terkadang Micheline masih bersikap dingin, dan itu membuat Hansel sedikit kesal. Namun, Hansel paham jika memang Micheline tak memiliki perasaan apapun padanya. Karena bagi Micheline, semuanya hanya sebuah kecelakaan yang terjadi karena hilangnya kesadaran.
Jika dipikirkan kembali, malam itu Hansel tidak benar-benar mabuk. Ia terbawa suasana yang mengahnyutkannya melepas hasrat dan nasfsunya pada Micheline. Tidak hanya cantik. Bagi Hansel yang sudah merasakan manisnya bergumul dengan Micheline, Micheline adalah perempuan yang sexy dan menggoda. Karena itu juga saat berada di kamar mandi, gairah Hansel kembali muncul dan tidak mampu lagi untuk ditahannya.
Hansel menatap Micheline dan melamun. Saat itu, Micheline sedang menjelaskan tentang hasil rapat apda Hansel. Merasa tidak dihiraukan, Micheline kesal dan mengejutkan Hansel. Micheline mendekatkan wajahnya dan tersenyum lebar menahan rasa kesalnya karena Hansel.
"Bagus sekali, ya. Berani-beraninya kau melamun di saat jam kerja," kata Micheline melebarkan senyuman.
Hansel kaget, "Ya..." jawab Hansel menatap Micheline.
"Ya... ya, apa? hm?" gumam Micheline terus tersenyum.
Hansel merasa senyuman Micheline mengertikan. Seketika ia sadar jika ia sudah memikirkan hal konyol di saat sedang bekerja. Itulah kenapa Micheline jadi terlihat menyeramkan.
"Ma-maafkan saya, Bu CEO. Saya mengaku salah karena sudah memikirkan hal lain saat sedang bekerja," ungkap Hansel mengakui kesalahannya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Micheline.
Hansel menunduk, "Bukan apa-apa. Hanya Hal yang sedikit manis dan..." kata-kata Hansel terhenti.
"Dan..." sambung Micheline tidak paham ucapan Hansel.
"Dan... ah, lupakan saja. Pekerjaan lebih penting," jawab Hansel mengalihkan pembicaraan.
Micheline mengerutkan dahinya, "Kau itu aneh sekali. Aku tanya serius kau jawab bergurau. Mengesalkan sekali," keluh Micheline.
"Bukan mengesalkan. Kaulah yang tidak peka," batin Hansel gemas.
"Tidak apa-apa, Bu CEO. Pikiran saya sedang berpetualang, jadi saya hanya asal bicara saja. Mari kita lanjutkan," kata Hansel tersenyum.
"Laki-laki yang aneh," batin Micheline.
Micheline menjelaskan kembali apa yang ia sampaikan tadi. Ia ingin Hansel memahami apa yang ia sampaikan. Posisinya dengan Hansel begitu dekat, hal itu tentu saja membuat Hansel tidak merasa nyaman. Hansel menatap Micheline, matanya fokus pada bibir Micheline yang bergerak. Micheline terus fokus menjelaskan, Hansel terus fokus melihat bibir merah sexy Micheline.
"Sexynya," batin Hansel.
Menyadari Hansel menatapnya, Micheline menarik telinga Hansel. Hansel mengerang kesakitan, meminta agar telinganya dilepaskan.
"Matamu melihat ke mana? lihat berkasnya, bukan melihatku. Kau ini," kesal Micheline.
"Ampun... ini sakit," kata Hansel merengek.
"Apa ampun? sudah berapa kali aku katakan untuk fokus. Kau masih saja bermain-main," gerutu Micheline.
Micheline akhirnya melepaskan tanganya dan berdiri. Ia meletakan berkas dokumen dipangkuan Hansel. Meminta Hansel menjelaskan kembali apa yang sudah ia jelaskan panjang lebar sebalumnya.
"Jelaskan padaku sesuai penjelasanku tadi. Jika ada yang salah, aku akan menghukummu. Paham?" kata Micheline berjalan kembali ke meja kerjanya.
Hansel mengusap telinganya yang sakit, "Iya,"jawabnya sembari menatap berkas dokumen dipangkuannya.
Hansel mulai menjelaskan. Ia dengan suara lantang memberikan penjelasan yang sempurna. Hansel mengerti juga mendengar semua ucapan Micheline. Hanya saja fokusnya pecah karena terus menatap Micheline yang begitu dekat dengannya.
*****
Malam harinya. Hansel sedang duduk bersandar di atas tempat tidurnya, ia selesai membaca dokumen yang diminta Micheline untuk dipelajari. Ia meletakan dokumen di nakas samping tempat tidurnya, lalu menyilangkan dua tangannya di belakang kepalanya. Hansel menadahkan kepala menatap langit-langit kamarnya. Hansel langsung terbayang wajah Micheline saat itu. Tanpa sadar, ia tersenyum memikirkan Micheline.
lamunannya bubar, saat ponselnya di nakas berdering. Hansel menggapai ponselnya dan melihat layar ponselnya. Ia mendapatkan panggilan dari Luiso. Tanpa menunggu lagi, Hansel langsung menerima panggilan dari Luiso.
"Ya," jawab Hansel.
"Hans, kau sibuk? aku ada di Caffe dekat apartemenmu. Datanglah," pinta Luiso.
"Oh, ya. Aku akan datang," jawab Hansel, yang langsung mengakhiri panggilan dari Luiso.
Hansel segera turun dari tempat tidur, ia langsung berganti pakaian dan mengenakan mantel untuk segera keluar dari kamar. Ia seorang diri di apartemen, Marc sedang menginap di rumah kekasihnya. Hansel pun keluar dari apartemen dan pergi menuju Caffe yang di maksud Luiso.
*****
Charlie sedang dalam perjalanan pergi ke suatu tempat. Ia sedang berbincang dengan Micheline lewat telepon. Micheline terdengar sedang memandu jalan untuk Charlie.
"Kau sudah melihat pertokoan yang aku maksud?" tanya Micheline.
Charline melihat sekeliling, "Ya. Aku lihat," jawab Charlie.
"Di sebelah pertokoan paling ujung, itu ada jalan. Kau masuk sana ke sana. Nanti kau akan lihat ada apartemen yang sedikit tua di sana. Jika kau sudah sampai, kau bisa hubungi Hansel dan meminta dokumen yang aku inginkan. Aku ceroboh sekali sampai aku meberikan dokimen yang tidak seharusnya. Tolong, ya..." pinta Micheline.
"Ya, aku akan ambilkan dan mengirim ke rumahmu. Jangan sungkan," jawab Charlie.
"Kau yang terbaik, Charlie. Terima kasih," kata Micheline mengakhiri panggilannya.
Charlie tersenyum, ia senang selalu disibukkan oleh Micheline. Charlie melihat sekeliling mencari jalan yang diberiahukan Micheline.
"Apa jalan itu?" gumam Cherlie, yang langsung mengemudikan mobilnya untuk segera mendekati jalan yang dilihatnya.
Baru saja mobil Charline ingin mendekati jalan yang dituju. Charlie melihat Hansel yang sedang berjalan terburu-buru. Charlie mengernyitkan dahinya, ia ingin menghubungi Hansel. Namun, niatannya diurungkannya. Charlie lebih memilih mengikuti Hansel diam-diam. Ia penasaran ke mana Hansel pergi dengan langkah terburu-buru.
"Ke mana Hans akan pergi? kenapa terburu-buru?" batin Chelie penasaran.
Cherlie terus mengukuti Hansel dari jauh. Hansel berhenti di sebuah CaffeChoffe tidak jauh dari apartemnya. Hansel menatap Caffe itu dan tidak lama masuk ke dalamnya. Charlie memarkir mobilnya di parkiran tidak jauh dari Caffe. Dari parkiran itu, Charlie bisa melihat apa yang ada di dalam Caffe tersebut karena hanya terhalang kaca bening transparan.
Mata Charline terus mengikuti ke mana Hansel bergerak. Hamsel terlihat menemui seseorang yang wajahnya tidak terlihat karena terhadang orang. Hansel terlihat duduk, Hansel juga langsung memanggil pelayab untuk memesan sesuatu. Charlie sangat penasaran dengan siapa Hansel bertemu. Setaunya Hansel tidak begitu banyak mengenal orang. Hansel juga hanya tinggal dengan seorang teman laki-laki yang seumuran.
"Sedang apa dia? apa aku hubungi saja?" gumam Charlie memegang ponselnya.
Charlie kembali melihat ke dalam Caffe dari kejauhan. Ia masih tetap dalam posisinya, di dalam mobil yang terparkir di luar Caffe. Charlie mengeryitkan dahi berharap segera tahu siapa orang yang ditemui Hansel. Saat orang yang menghadang wajah sesoranv di hadapan Hansel pergi, Charlie akhirnya bisa melihat jelas siapa orang yang ditemui Hansel.
Betapa terekjutnya Charlie saat ia melihat Hansel menemui orang yang tidak asing bagi Charlie. Orang tersebut adalah Luiso, Asisten pribadi sekaligus tangan kanan dari Alfonzo. Yang tidak lain adalah Paman dari atasannya.
"Apa ini?" gumam Charlie tidak percaya.
Ponsel Charlie berdering, ia mendapatkan panggilan dari Miceline. Charlie menerima panggilan dari Micheline dan terus memantau pergerakan Hansel juga Luiso.
"Hallo," jawab Charlie.
"Kau sudah sampai? kenapa tidak ada kabar?" tanya Micheline.
"Ya. Aku baru saja sampai. Tadi sempat salah jalan dan akhirnya aku harus putar balik lagi," jawab Charlie beralasan.
"Bagimana bisa kau salah jalan? kau kan bukan orang baru di sini, Charlie. Cepat bawakan dokumen yang kuminta itu. Aku akan menunggumu," kata Micheline.
"Ya. Aku akan minta sekarang," jawab Charlie.
"Ok. Sampai nanti," kata Micheline mengakhiri panggilannya.
Charlie meletakan ponselnya dan fokus menatap Hansel dan Luiso. Hansel terlihat menerima sebuah amplop cokelat dari Luiso. Hal itu membuat Charlie curiga, Charlie akhirnya merasa kesal, ia ingin sekali menginterogasi Hansel saat itu juga.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Franki Lengkey
hansel kau ketahuan
2021-07-20
0
Erny Magdalena Paiman
hati" Hansel...penyamaranmu terkuak.
2021-06-15
4
Widia Jaya
buknnya berterus terang malah lanjut berkhianat
2021-06-09
3