Micheline dan Hansel ada di dalam mobil. Mereka saling diam satu sama lain. Hansel yang terkejut masih tidak tahu harus memecah kesunyian malam itu. Sedangkan Micheline masih larut dengan pemikirannya sendiri.
"Huhhh..." Micheline mendengus kesal.
Hansel melirik sesaat ke arah Micheline, "Apa Anda baik-baik saja?" tanya Hansel cemas.
Micheline menyisir rambutnya dengan jarinya dan menyibakkan kebelakang agar tidak menutupi wajahnya. Ia menoleh menatap Hansel dan tersenyum dengan cantinya.
"Ada apa memangnya, Hans? apa aku terlihat buruk?" tanya balik Micheline.
"Bukan seperti itu. Maksud saya..." kata-kata Hansel terpotong oleh Micheline.
"Apa yang kau lihat malam ini adalah sesuatu yang ke depannya sering kau lihat, Hans. Jangan melihat jika tidak ingin melihatnya. Pekerjaanku memang kotor, tapi aku bukan orang yang akan memanfaatkan orang lain demi keuntungan pribadiku. Maaf... membuatmu melihat hal-hal yang tidak seharusnya kau lihat."
Hansel terdiam sesaat, ia hanya menatapi atasannya yang terlihat gelisah. Ini pertama kalinya ia melihat sesuatu yang mengejutkan tepat di depan matanya selain kecelakaan Papanya terdahulu. Hansel hanya masih tidak menyangka seorang wanita yang terlihat elegan, baik dan lembut ternyata memiliki sisi yang berbeda. Benar-benar di luar dugaannya.
"Bu CEO. Apakah Anda memang seperti ini? Ah... maksud saya, apakah Anda harus melakukan ini semua? apa keuntungan yang Anda dapatkan? maaf, saya lancang bertanya. Jika Bu CEO tidak berkenan, tidak perlu dijawab."
Micheline menghela napas panjang dan bersandar di bangku kemudinya, "Kau benar-benar penasaran rupanya. Aku akan jawab, tetapi..." Micheline menghentikan ucapannya dan memejamkan matanya.
"Tetapi..." sambung Hansel.
"Tetapi apa kau bisa menjamin rahasia ini? kita 'kan baru saja kenal," jawab Micheline dengan mata yang masih tertutup.
"Rahasia? apa ini sebegitu pentingnya sampai disebutnya rahasia?" batin Hansel berpikir.
"Maaf, Bu. Jika merasa terbebani lebih baik tidak perlu dijawab. Saya juga pasti tidak akan mengerti. Maafkan saya," jawab Hansel.
"Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui dariku, Hans? lebih tepatnya, kau paling tahu sisi hidupku yang mana? yang sebenarnya atau yang penuh kepalsuan?" tanya Micheline membuka mata perlahan.
Hansel mengernyitkan dahi, "Sudah saya duga. Saya memang tidak akan mengerti tentang Anda, Bu CEO."
Micheline tersenyum, "Kau perlu tahu, Hans. Hidup ini bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu perjuangan dan ambisi untuk bisa mendapatkan sesuatu. Juga, perlu kekuasaan dan kekuatan untuk mempertahan apa yang kita miliki. Dunia ini kejam, Hans. Kejam!" ucap Micheline dengan suara semakin lirih.
Micheline menoleh ke arah Hans, "Hans..." panggil Micheline.
"Ya?" jawab Hansel menatap Micheline.
"Apa kau berniat mengundurkan diri setelah kejadian ini?" tanya Micheline.
Hansel menggelengkan kepala, "Tidak, Bu. Kenapa Anda berpikir demikian? saya 'kan baru saja masuk kerja," jawab Hansel bingung. Karena ia memang tidaj berniat pergi sebelum misinya terselesaikan.
"Baguslah. Aku harap kau bisa bertahan apapun yang terjadi nantinya. Terlebih, kau memiliki atasan gila sepertiku," jawab Micheline kembali tersenyum cantik.
"Saya sudah katakan, bukan? jika saya akan berusaha keras," sahut Hansel penuh keyakinan.
Micheline mengembangkan senyumananya, "Kau sungguh menarik, Hans. Tidak ada yang berani bertanya padaku sebelumnya. Dan, laki-laki pertama yang bisa ada di dalam mobilku ini," ucap Micheline mengedipkan satu matanya, "Jadi... aku ucapkan selamat untukmu," imbuhnya.
*****
Micheline mengantar Hansel sampai di Apartemen. Hansel berterima kasih pada Micheline karena berkenan mengantarnya. Mata Micheline melihat sekeliling, mengamati lingkuangan sekitar.
"Jadi, di sini kau tinggal?" tanya Micheline.
Hansel mengangguk, "Ya. Tempat ini bukan tempat yang seharusnya Anda datangi, Bu CEO. Terima kasih sekali lagi," ucap Hansel merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa. Maafkan aku, aku bukan ingin menyinggungmu. Hanya saja Apartemen daerah sini sepertinya bangunan lama. Aku hanya sedikit terkejut saja," jawab Micheline.
"Silakan Anda kembali pulang, Bu CEO. Selamat malam," kata Hansel dengan ramahnya.
"Ya. Sampai besok," jawab Micheline yang langsung pergi bersama mobilnya meninggalkan Hansel.
Hansel menatap kepergian Micheline yang pergi dengan mobil mewah itu dengan tatapan mata sendu. Rasanya ingin secepatnya ia mengakhiri semuanya. Ingin secepatnya ia menyelesaikan semuanya sampai akhir misinya.
Langkah kakinya perlahan membawanya semakin dekat dekat dengan gedung Apartemen milik Marc. Tidak lama kemudian, ia mendengar suara mesin mobil. Hansel mengalihkan pandangannya melihat arah belakang. Ia melihat Marc turun dari sebuah mobil bersamaan dengan seorang perempuan. Perempuan itu menghampiri Marc dan mencium pipi Marc. Lalu, segera masuk kembali ke dalam mobil dan melesat pergi meninggalkan Marc.
Marc tersenyum dan melambaikan tangan. Ia berbalik, matanya melebar melihat ada Hansel yang berdiri tidak jauh darinya dan sedang menatapnya. Marc pun berlari kecil menghampiri Hansel dan merangkul Hansel.
"Hai, Hans. Kau darimana saja?" tanya Marc.
"Aku baru datang. Kau bersama perempuan berbeda lagi?" tanya Hansel merasa curiga dengan Marc yang sering berganti-ganti lawan jenis.
"Ahahaha..." tawa masam Marc tak ingin dicurigai Hansel, "Itu hanya teman, Hans. Tidak ada yang spesial," tambah Marc menyakinkan.
"Ntahlah, Marc. Ini bukan kali pertama aku melihatmu diantar oleh perempuan. Dan setiap kalipun pasti berbeda-beda. Kau selalu mengatakan mereka teman. Aku tidak merasa seperti itu, Marc. Tidak ada pertemanan antara perempuan dan laki-laki," kata Hansel menjelaskan pemikirannya.
"Kau ini kuno sekali, Hans. Mana ada yang seperti itu? Pada zaman sekarang ini, tidak ada yang namanya hal khusus antara pertemanan. laki-laki tidak harus berteman dengan sejenis, begitu pula sebaliknya. Laki dan perempuan berteman dekat itu wajar saja," elak Marc berbalik menjelaskan.
Hansel mengangkat sebelah alisnya, "Ya, baiklah. Apa katamu saja," jawab Hansel yang kembali berjalan diikuti Marc yang masih merangkulnya.
Marc hanya tersenyum. Kali ini anggap saja ia beruntung karena Hansel menyerah akan mengorek informasi pribadinya. Marc masih enggan untuk berterus terang. Baginya pekerjaanya adalah sesuatu yang memalukan. Namun, ia tidak bisa lepas dari pekerjaanya itu karena harus memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari agar tidak kekurangan.
"Maafkan aku, teman. Aku belum bisa berkata jujur padamu soal pekerjaanku yang sebenarnya. Jika kau tahu, aku sungguh terpaksa melakukan ini. Sungguh memalukan," batin Marc tersenyum paksa.
*****
Micheline selesai mandi. Masih dengan berbalut kimono handuk, Micheline kembali menikmati wine favoritnya dari gudang wine pribadinya yang terletak di bawah tanah. Ia berdiri di balkon kamarnya dan menatap langit malam penuh bintang. Anggin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, deru napasnya terdengar berat.
"Aku lelah sekali. Kapan ini semua berakhir?" gumam Micheline.
Ia menarik napas dalam lalu mengembuskan napasnya perlahan-lahan. Dadanya terasa nyeri saat ia kembali mengingat kejadian kelam dalam hidupnya. Potongan-potongan kenangan yang tidak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya. Karena itulah ia selalu membulatkan tekadnya, untuk selalu membalas berkali-kali lipat rasa sakit yang ia terima.
"Aku tidak akan pernah bisa melupakanya. Alfonzo... si tua brengs*k itu harus menerima semuanya tanpa terlewat sedikitpun. Nyawa juga harus dibayar nyawa!" ucap Micheline mencengkram erat jemarinya sendiri.
Rasa yang ingin meledak setiap saat, selalu ia tahan agar tidak menimbulkan kesalahan dalam setiap rencananya. Rasa sesak ia abaikan meski sampai ia kesulitab bernapas. Rasa sakit ia diamkan, karena dengan rasa sakit itu ia bisa mengingat jelas penderitaanya selama ini. Dendamnya terasa membara seperti tungku api, tetapi hatinya sudah beku dan mati rasa. Apa yang ia terima akan dikembalikannya dengan lebih. Seperti seseorang yang sedang berhutang pada rentenir, uang itu akan dikembalikan dengan bunga yang berlipat-lipat.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
berarti CEO punya dendam pribadi yg amat sangat terhadap omnya
2021-11-06
0
Franki Lengkey
hans tdk usah bekerja untuk alfonso dia orng jahat
2021-07-18
1
Dewi Murni
Hans membntu org yg salah,odahl posisi. ya dgn bos CEO sama
2021-06-12
2