Perhatian!
Dalam cerita mengandung unsur dewasa. Seperti 21+, kekerasan fisik, darah, umpatan dan lain-lain. Diharapkan pembaca bijak dalam menanggapi isi bacaan. Terima kasih.
*****
Charlie mendekat dan mengendus wajah orang asing tersebut. Bau anyir darah membuatnya bersemangat. Charlie mengusap darah dengan ibu jari tangan kanannya lalu menjilatnya. Mata Charlie terpejem sesaat, ia lalu tertawa keras.
"Hahahaha..." suara tawa Charlie.
"Kau sudah gila, hah?" sentak laki-laki itu.
Charlie berhenti tertawa, "Aku akan tunjukan padamu. Seperti apa kegilaanku," ucap Charlie.
Ccharlie kembali menggores pipi kiri laki-laki itu hingga darah segar mengalir dan membasahi kemeja putih yang dikenakan laki-laki itu. Seseorang asing tersebut hanya meringis saat merasakan perih pipinya tergores tajamnya ujung pisau milik Charlie.
"Sshh.." desis laki-laki itu.
Mendengar suara desisan yang terdengar merdu, membuat Charlie semakin gila. Ia bertindak lebih jauh lagi. Ia menggores semua wajah laki-laki itu dan terus menikmati suara jeritan dari seseorang di hadapannya itu. Tidak berhenti sampai di situ saja. Charlie membuka paksa baju yang di kenakannya dan mulai menggores seluruh badan laki-laki asing itu.
"Ahh..." erangnya merasakan sakit.
"Teruslah mengerang. Aku tidak percaya, bermain denganmu bisa membuatku sesenang ini. Haha..." ungkap Charlie terlihat bahagia. Charlie terus membuat ukiran cantik di tubuh laki-laki itu.
"Aaa..." teriaknya, "Ampuni aku. Tolong, aku mohon. Ampuni aku," katanya terus mengerang.
"Ampun? sepertinya kata ampun sudah terlambat," jawab Charlie.
Goresan demi goresan dibuat Charlie di tubuh laki-laki asing itu. Di mulai dari wajah, badan depan, punggung sampai ke tangan orang itu semua sudah penuh goresan. Darah segar bercucuran dari goresan-goresan luka itu, bau anyir dan amis semakin pekat tercium.
"Tolong ampuni saya, Tuan. Saya tidak tahan disiksa seperti ini," ungkap laki-laki asing tersebut.
"Bagaimana, ya? aku tidak bisa merasakan adanya ketulusan dalam hatimu. Kecuali kau mau mencium kakiku," kata Charlie mulai geram.
"Apa?" kagetnya, merasa permintaan Charlie tidak masuk akal dan terlalu berlebihan.
"Apanya yang apa? kau sudah aku beri kehormatan untuk mencium sepatuku. Apa kau tidak tahu? sudah berapa banyak orang yang memohon ingin mencium sepatuku ini secara sukarela karena mereka begitu bodoh. Hahaha..."
"Laki-laki ini, apa dia sungguh-sungguh ingin membunuhku? dia menjadi hilang akal dan pada akhirnya gila? Ahh... sakit sekali. Rasanya tubuhku hancur," batin orang asing tersebut.
"Ba-baiklah. Aku akan melakukan semua kemauanmu. Lepaskan ikatan ini agaraku bisa bersujud dan meminta pengampunan Padamu."
Charlie tersenyum, "Aku akan melepaskanmu. Lakukan yang terbaik sampai aku tersentuh," jawab Charlie yang langsung melepaskan ikatan di tangan laki-laki itu.
Bruukk...
Laki-laki itu langsung bersujud dengan bertumpu dua tangannya ke lantai. Ia langsung menunduk. Charlie mendekat dan berdiri tepat di jadapan laki-laki asing tersebut. Laki-laki itu menatap sepatu Charlie. Dalam hatinya masih ingin sekali menenntang permintaan Charlie.
"Cepat lakukan!" perintah Charlie.
Seseorang asing tersebut perlahan-lahan langsung menunduk dan mencium ujung sepatu Charlie. Charlie tertawa lebar, Charlie pun jongkok dan mengusap kepala laki-laki itu.
"Kerja bagus. Aku akan beri kau bonus," kata Charlie tersenyum penuh arti.
Seseorang itu menadahkan kepala menatap Charlie. Tatapan mata yang penuh harap dan menyedihkan itu, tidak akan mampu menggoyahkan kegigihan Charlie.
"Selamat menikmati," ucap Charlie.
Jleb...
Pisau milik Charlie langsung ditancapkan ke punggung tanga kiri milik laki-laki tersebut.
"Aaahh..." teriak laki-laki itu yang langsung memenuhi seisi ruang tersebut.
Charlie tertawa, ia senang melihat darah dengan derasnya keluar dari luka tusukan yang dibuatnya. Kesenangan Charlie terhenti saat pintu ruangan tiba-tiba dibuka seseorang. Charline menatap arah pintu dan melihat Hansel berjalan mendekatinya.
"Pak," sapa Hansel.
Hansel terkejut, saat melihat orang asing yang sedang tergeletak di lantai dengan luka goresan di sekujur tubuh dan punggunh tangan yang tertancam pisau. Mata Hansel melebar, ia melihat banyak sekali darah yang berceceran di lantai. Bau amis dan anyir juga langsung menusuk hidung Hansel.
"Apa yang kau lihat?" tanya Charlie.
"Tida ada. Hanya sedikit terkejut saja," jawab Hansel berbohong.
Sejujurnya Hansel sangat shock melihat apa yang ada di depan matanya. Namun, Hansel tidak punya keberanian untuk menjawab pertanyaan Charlie sesuai dengan apa yang dipikirannya karena takut.
"Oh," jawab Charlie ber-oh ria. Charlie langsung mencabut pisau yang menancap di punggung tangan kiri laki-laki itu.
"Sshh..."desis laki-laki itu memegangi tangan kirinya erat-erat.
"Kau masih bungkam?" tanya Charlie menginjak paha laki-laki yang sudah tersungkur itu.
"A-aku tidak tahu apa-apa. Sungguh, aku hanya diperintahkan oleh seseorang yang bernama Adrian. Aku tidak tahu apa-apa," kata laki-laki itu gemetar.
"Siapa Adrian?" tanya Charlie mengutkan pijakannya.
"Aku tidak mengenalnya. Dia hanya menghubungiku lewat panggilan saja. Aku tidak tahu wajahnya," jawabnya lagi menahan rasa sakit dan ketakutan.
Charline mengangkat kakinya dari paha laki-laki itu. Ia membungkuk dan meraba saku celana laki-laki itu untuk mencari ponsel. Namun, Charlie tidak bisa menemukan ponsel milik pria tersebut.
"Di mana ponselmu?" tanya Charlie.
Laki-laki itu terdiam. Ia tidak tahu apa-apa. Yang ia tahu ponselnya ada di dalam saku celananya. Jika itu tidak ditemukan maka sudah dipastikan ponselnya terjatuh entah di mana.
"Jawab! kau mau diam sampai kapan?" bentak Charlie mengejutkan laki-laki itu dan juga Hansel.
"Laki-laki sungguh tidak punya hati nurani. Sudah menyiksa orang sampai seperti ini masih belum puas," batin Hansel.
Lamunan Hansel pecah mendengar jerit tangis dan teriakan minta tolong dari laki-laki yang diduga mrmbocorkan informasi tersebut. Ternyata Charlie menusuk paha laki-laki
itu beberapa kali sehingga membuat laki-laki itu menjerit kesakitan dan terus memohon ampunan.
"Teruslah berteriak, brengs*k! sampah sepertimu harus mendapatkan hak istimewa bermain-main bersamaku. Haha..." Kata Charlie tertawa puas.
Hansel lagi-lagi dibuat kaget oleh prilaku Charlie. Ia tidak menyangka Charlie adalah seorang psikopat. Saat berada di kantor, sikap dan prilakunya tidak menunjukan adanya penyimpangan. Hansel benar-benar dibuat terkejut oleh Charlie. Hansel melangkah mundur beberapa langkah karena merasa khawatir akan keselamatannya sendiri. Takut? tentu saja. Hansel juga takut jika tiba-tiba Charlie semakin menggila dan menyerangnya.
"Orang gila 'kan tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Lebih baik aku tidak ikut campur," batin Hansel. Ia berharap pertunjukan berdarah di hadapannya cepat berakhir.
Mata Hansel perlahan tertutup. Ia tidak sanggup lagi menyaksikan teagisnya penyiksaan Charlie pada orang asing itu. Hansel tidak melihat, tetapi ia masih bisa mendengar jelas jeritan-jeritan dan erangan orang tersebut. Di sela-sela permohonan maaf, laki-laki itu juga meminta pertolongan.
Bulu-bulu halus di tubuh Hansel berdiri seketika mendengar terikan laki-laki asing itu. Beberapa kali Hansel mendengar suara pukulan. Ia yang sebelumnya hanya memejamkam mata, sekarang berbalik. Mencengkram kuat jemarinya sendiri untuk mengatasi rasa cemasnya.
"Aku tidak tahan lagi. Bagaimana ini? apa aku harus pergi? aku tidak mau lagi mendengar suara-suara ini lagi. Hatiku seakan pedih tersayat pisau saat aku harus mendengar suara rintihan dan permohonannya. Bagaimana ini?" batin Hansel terus bertanya 'bagaimana' dan 'bagaimana'.
Pikirannya terus bergulat dengan batinnya sendiri. Pilirannya mengharuskannya kuat dan bertahan di situasi dan kondisi apapun. Sedangkan batinnya sebagai seorang manusia merasa perbuatan Charlie adalah sebuah tindakan yang kejam dan tidak berprikemanusiaan.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mohd Taufi
sungguh romantis baru kali ini novel yang q baca sangat keren smngat thor 🥰🥰🥰💪💪💪
2023-01-06
0
Franki Lengkey
thor ngeri sekali
2021-07-20
0
Erny Magdalena Paiman
cerita nya mengenai kekerasan melulu.
2021-06-15
2