Pov Author
Kalisa merasakan nafasnya begitu panas, tenggorokannya kering, dan badannya pegal-pegal tidak karuan.
Wanita cantik itu membuka matanya, mencoba mencari air yang biasanya ada diatas nakas. Namun tidak ada.
Badannya mulai menggigil. Reyhan yang menyadari ada pergerakan diranjang tidurnya langsung terbangun. Dan mendapati kondisi sang bunda sedang tidak baik-baik saja.
"Nda sakit? " begitu Reyhan berdiri disamping Kalisa. Bibir bundanya terlihat sangat pucat. Dan badannya begitu panas. Kalisa yang sedang sekarat tak mampu membalas apa-apa ucapan anaknya.
Reyhan segera berlari keluar mencari sang ayah dikamarnya.
Tok tok tok
"Ayah, buka ayah. Nda sakit." ucap Reyhan dengan suara keras. Berharap sang ayah cepat membuka pintunya.
Hendri yang baru saja terlelap dalam tidurnya kembali membuka mata. Ketika mendengar gedoran pintu dan sayup-sayup suara anak sulungnya.
"Ayah buka. Nda sakit ayah. Kasian bunda." ulang Reyhan.
Hendri segera beranjak dari ranjang dan membuka pintu kamarnya. Kantuknya langsung hilang begitu mendengar Kalisa sakit.
Dia melihat sosok pria kecil dihadapannya hampir menangis.
"Sayang kenapa? " tanya Hendri. Wajahnya tak kalah cemas.
"Bunda sakit yah. Kasian bunda badannya panas."
Hendri mengangguk lalu tanpa menunggu waktu, keduanya langsung masuk ke dalam kamar Reyhan dan May, dimana Kalisa berada.
Begitu sampai disamping Kalisa, lelaki itu langsung mengecek keadaan istri tercintanya. Benar saja. Panas Kalisa begitu tinggi. Badannya saja sampai menggigil.
"Sayang... Kita ke rumah sakit yah." ujar Hendri begitu cemas. Ia terlebih dahulu menyuruh Reyhan untuk mengambil kerudung bundanya. Setelah itu Hendri langsung membopong tubuh Kalisa untuk dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil.
Sebelum berangkat lelaki itu menelpon Maya terlebih dahulu. Ia tak mau kalau sampai Reyhan dan May ikut ke rumah sakit.
"Reyhan sama May tunggu tante Maya kesini yah. Jangan kemana-mana." titah Hendri namun Reyhan menggeleng, pria kecil itu meminta ikut.
"Nak, lalu siapa yang akan menjaga adikmu? Nda pasti tidak papa." sejujurnya ia pun sangat khawatir. Namun ia tak mau kalau sampai kekhawatirannya membawa dampak juga bagi anak-anaknya.
"Ayah berangkat yah, kasian Nda. Reyhan jagain adik. Ingat jangan kemana-mana sebelum tante Maya kesini." Hendri kembali memberi peringatan.
Kali ini Reyhan menurut. Dengan air mata menderas pria kecil itu merelakan bundanya yang sedang sakit hanya pergi bersama ayahnya.
"Nda... "
****
Pov Hendri
Sesampainya dirumah sakit aku langsung membopong kembali tubuh Kalisa yang tidak berdaya.
Aku berteriak pada suster dan dokter yang berjaga pagi ini untuk segera menangani istriku.
Tak berapa lama, Kalisa dibawa ke ruang pemeriksaan. Aku berjalan mondar-mandir tidak karuan. Perasaan cemas, bersalah, tidak becus, bodoh menjadi satu.
Sayang... Ku harap kamu baik-baik saja.
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka menampilkan dokter wanita yang telah memeriksa Kalisa.
"Bagaimana keadaan istri saya dok? " tanyaku dengan segera.
"Bu Kalisa hanya demam biasa pak. Itu semua dikarenakan kurangnya asupan makanan serta beban pikiran. Sebaiknya Bu Kalisa dirawat inap. Dan begitu keluar dari rumah sakit ini bapak harus memperhatikan kembali pola makannya. Atau sesekali boleh lah ajak Bu Kalisa pergi jalan-jalan untuk merefresh otaknya." ucap sang dokter.
Deg!
Perasaan bersalahku semakin bersarang. Pasti penyebab sakitnya Kalisa adalah aku. Aku benar-benar tidak becus mengurus istriku sendiri.
Ya Tuhan... Mengapa kau buat diriku bodoh seperti ini, hingga aku menyakiti istriku sendiri. Tak hanya hatinya tapi tubuh Kalisa juga ikut merasakan akibatnya.
Aku mengangguk "Terimakasih dok."
Dokter itu menanggapiku dengan senyuman, lalu melangkah kembali menuju ruangannya.
Aku masuk ke ruangan dimana Kalisa terbaring lemah dengan cairan infus ditangannya.
Air mataku merembes tanpa bisa ku cegah.
Aku duduk disampingnya. Menggapai tangan kuat yang selalu ku genggam ketika aku lemah. Menaruhnya dipipiku.
"Maafkan mas Kalisa." lirihku, cairan bening itu semakin menderas. Hingga tak terasa membasahi tangan Kalisa yang masih terlihat pucat seperti tak ada darah mengalir disana.
Kring... kring...
Ponselku berdering dengan nyaring. Ku rogoh sakuku untuk menggapainya.
Marsela?
Aku berdecak, disaat saat seperti ini untuk apa ia menghubungiku. Aku sebenarnya malas untuk meladeninya. Namun aku juga tak lupa ada tanggung jawabku dirahimnya.
Aku sedikit menjauh dari tempat pembaringan Kalisa.
"Ada apa? " tanpa basa-basi.
Wanita itu berbicara semaunya, aku menanggapinya tak begitu serius membuatnya jengkel.
"Kamu dimana? " tanyanya. Nada suaranya menyelidik.
"Aku dirumah sakit. Kalisa dirawat disini."
Aku mendengarkan kembali ocehannya yang tiada henti.
"Terserah!"
Lalu tep... Sambungan telpon ku putus. Kepalaku bisa pecah bila terus mendengarkan dia bicara.
Aku kembali duduk disamping Kalisa yang belum sadarkan diri. Tanganku mengelus lembut pipinya, terasa begitu hangat.
"Bangunlah sayang."
Dan tak berapa lama kemudian, seperti sebuah mantra, Kalisa mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya.
"Sayang, kamu sudah bangun? " aku memapah tubuh Kalisa yang ingin duduk bersandar.
"Aku dirumah sakit Mas? " tanyanya lemah. Aku mengangguk. Aku begitu senang mendengar nada bicara Kalisa yang kembali lembut.
"Mas pesankan makan yah. Abis itu kamu harus minum obat." ucapku seraya bangkit dari tempat duduk. Namun...
Tap
Aku kembali menoleh ke arah Kalisa yang memegangi pergelangan tanganku.
"Anak-anak mana? Apa mereka dirumah? Dengan siapa? " tanyanya beruntun. Ku kira dia menahanku karena ingin ku temani.
"Mereka sama Maya. Habibahku tenang saja yah." ucapku memberi ketenangan. Dari dulu aku memang kerap memanggilnya seperti itu. Sebuah panggilan sayang yang takan mungkin pernah aku lupakan.
Manik matanya langsung berpusat ke bawah. Cekalan tangannya terlepas. Lalu kepalanya mengangguk.
Tak berapa lama kemudian, seorang suster membawakan satu mangkuk bubur dan satu gelas air putih pesananku.
"Mas suapin yah? " ia sama sekali tak menggeleng ataupun mengangguk. Jadi ku artikan iyah saja.
"Aaa." titahku. Aku kembali tersenyum karena Kalisa menuruti perintahku.
Selesai memakan bubur, aku kembali menyuruhnya untuk minum obat. Biasanya dia begitu susah jika disuruh untuk meminum obat, ada minta dimanja dulu lah, ini lah itu lah. Namun kali ini tidak.
"Istirahat lagi yah, nanti sore Ibu mau kesini katanya." aku mengelus kepalanya.
"Bawa anak-anak yah? "
Aku menggeleng.
"Ini rumah sakit sayang, tidak baik untuk mereka."
Dia mengangguk lemah akan keputusanku. Aku membantunya kembali untuk berbaring.
***
Pov Author
Jam 4 sore dua orang wanita berbeda generasi dan satu anak lelaki berjalan mencari sebuah ruangan dirumah sakit terkemuka dikota mereka.
"Bu, benar ini nomor kamarnya? " tanya Astri pada Ibu Hendri, alias mertua Kalisa.
"Iya As, tadi kata Maya itu." beliau menggandeng tangan cucu kesayangannya yang merengek minta ikut untuk melihat keadaan sang Bunda.
"Yaudah Bu, kita coba ketuk yah."
Ibu Hendri mengangguk.
Tok tok tok
Lelaki yang sedang menyuapi istrinya buah itu langsung menengok ke arah pintu. Dimana suara gedoran itu berasal.
"Sebentar yah, itu sepertinya ibu." ujarnya seraya meletakan irisan buah diatas nakas.
Ceklek!
"Astri, Ibu, Reyhan? " ucapnya sedikit terkejut. Pasalnya ia sudah memberi tahu untuk tidak memperbolehkan Reyhan ikut.
"Hen, mana Kalisa? Apa keadaannya baik-baik saja? " tanya Ibu Hendri.
Lelaki itu mengangguk, dan mempersilakan tiga orang itu untuk masuk.
"Ndaaaa.. " panggil Reyhan seraya berlari ke arah Bundanya.
Kalisa tersenyum senang karena buah hatinya datang untuk menjenguknya.
"Reyhan kenapa ikut? Harusnya kamu dirumah saja sayang." ucap Kalisa sambil membelai kepala anaknya.
"Rey khawatir sama bunda. Pengen liat bunda yang baik-baik aja."
Senyum Kalisa semakin mengembang " Nda baik-baik aja sayang, lusa juga sudah boleh pulang."
Sebegitu dekatnya kalian. Gumam Hendri.
"Kal ya ampun, gue kaget denger lo sakit." ucap Astri seraya cipika-cipiki.
"Ibu." panggil Kalisa, yang dipanggil tersenyum.
"Gimana Nak? Apa kamu sudah merasa enakan? "
"Kalisa gapapa Bu. Hanya butuh istirahat."
Ketiga wanita itu mulai berbincang. Menyisakan Hendri yang memperhatikan senyum Kalisa yang terasa sangat asli tidak penuh kepura-puraan.
Tiba-tiba...
Tok tok tok
Suara gedoran pintu kembali terdengar.
Membuat semua orang yang ada didalam mengarahkan pandangannya ke asal suara.
"Biar Hendri yang buka." lelaki itu sudah mau berdiri namun Astri mencegahnya.
"Hen, biar aku aja."
Hendri langsung duduk kembali. Dan Astri yang kini membuka pintu.
Ceklek!
"Mas He—" ucap wanita yang mengetuk pintu tersebut. Ucapannya terhenti, begitu tahu yang membuka pintu bukanlah orang yang ia tuju.
"Siapa kamu?" tanya Astri.
"Aku kesini cari Mas Hendri." balasnya tak menanggapi pertanyaan Astri.
Wanita itu menatap Astri, memindainya dengan jeli. Seakan mencari tahu siapa wanita yang ada dihadapannya ini.
"Ada urusan apa kamu dengan Hendri? " suara Astri berubah tak ramah. Ia curiga bahwa wanita ini adalah perusak rumah tangga sahabatnya.
"Siapa As? " tanya Kalisa dari dalam.
"Tamu tak diundang." balas Astri. Membuat Sela menggeram. Dan mengeratkan gigi gerahamnya.
"Aku tidak punya urusan denganmu, aku hanya mencari Mas Hendri, jadi minggirlah." Sela mencoba menerobos pintu masuk, namun tangannya segera dicekal oleh Astri.
"Jadi kamu wanita jalang itu? "
"Apa maksudmu? " Sela kembali menatap Astri.
"Perlu aku ulang? Kamu wanita jalang itu? "
Sela kembali menggeram, tangannya siap untuk menampar pipi mulus Astri.
Hap...
"Tak semudah itu kamu menyentuhku, tangan kotormu sungguh menjijikan, kalo sampai tangan itu menyentuh pipiku. Rasa-rasanya aku harus membasuh mukaku tujuh kali menggunakan tanah agar najis itu hilang."
"Kurang ajar! " sekali lagi Sela mencoba menampar pipi Astri yang sudah melecehkan dirinya.
"Ku bilang apa? Jangan coba-coba menyentuhku. Lebih baik pergilah wanita menjijikan, wanita yang hanya mengumbar liang sebagai santapan lelaki hidung belang." ucap Astri seraya menghempaskan tangan sela dengan kasar.
Wajah Sela nampak merah padam mendengar hinaan Astri yang terang-terangan.
"Hah... Sudah murahan, budek lagi."
Detik selanjutnya Sela terpaksa pergi dari rumah sakit itu, menghentikan niatnya untuk menjemput Hendri untuk pulang bersamanya.
Namun sebelum itu Astri mencekal langkah Sela menggunakan kakinya.
Dan brukk...
"Upssss. Maaf yah, tidak sengaja." ucap Astri sambil tertawa.
Kurang ajar!
****
Gimana? gimana?
Jangan lupa like, komen, vote and hadiah nya yahh tengkyuuu 😍😍😍🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
komalia komalia
mantap astri aku love sama kamu
2024-12-22
0
Hasriani Ache
Astri 👍👍👍🤭🤭
2024-07-19
0
Alivaaaa
Astri 👏👏👍👍
2023-10-08
0