Pov Kalisa
Kalisa : " Waalaikumussalam. Iya benar ini dengan Kalisa. Salam kenal."
Lalu aku menekan kata send. Dan pesan itu berhasil terkirim, terbaca. Hah terbaca? Jadi dia dari tadi menunggu balasanku.
Padahal aku cukup lama menimang untuk membalasnya atau tidak.
Astaghfirullah... Kamu tidak boleh geer Kalisa!
Hatiku mengingatkan diri ini, bisa saja memang dia sedang berbalas pesan dengan yang lainnya. Hingga tanpa menunggu waktu pesanku langsung terbaca.
Nomor tidak dikenal : " Alhamdulillah... Senang berkenalan denganmu. Panggil saja aku Rama. Ya Kalisa?"
Cukup lama aku berbalas pesan dengan Mas Rama. Aku tak menyangka Astri memberikan informasi kepada lelaki itu, bahwa aku ini seorang janda beranak dua.
Kurang ajar!
Aku langsung mengirimi sahabatku itu sebuah pesan. Aku mencak-mencak tidak terima. Tapi bukannya merasa bersalah. Astri malah melawak dan akhirnya membuatku tertawa. Haha ya membuatku tertawa lepas tanpa beban dan luka.
Namun seketika tawaku menyurut, begitu ku dengar suara anak-anakku dan ayahnya memanggilku dari arah pintu. "Ndaaa." panggil Reyhan dan May.
Mas Hendri kembali menatapku dengan tajam. Aku tak mengerti dengan sorot mata itu. Tapi aku sama sekali tidak peduli. Punya hak apa dia?
Aku segera bangkit dari atas ranjang, lalu menghampiri mereka bertiga.
"Eh anak Nda udah pada pulang." ucapku, lalu mengecup pipi Reyhan dan May.
"Ayah nggak dicium Nda? " tanya Reyhan seraya mendongakan kepalanya menatapku. Ia pasti menyadari suatu kebiasaan kami yang tiba-tiba tidak kami lakukan.
"Ah iya Reyhan sama May udah makan siang belom? " aku mengalihkan pembicaraan. Ku lihat Mas Hendri seakan menggeram.
Reyhan menggeleng. "Kita nggak mungkin makan siang tanpa Nda, jadi makanannya dibawa pulang deh." anak lelakiku mengangkat apa yang ia bawa. Yang ku yakini isinya makanan semua.
Ahhh... Benar-benar beruntung aku memiliki anak sepertinya, yang begitu menyayangi aku dalam hidupnya.
Aku tersenyum. Lalu meraih bungkus makanan itu dari tangannya.
"Ayo kita makan bersama." ucapku dengan semangat, yang disambut riang oleh anak-anakku.
*****
Pov Hendri
Aku kembali sendiri dikamar ini, karena setelah makan malam Kalisa langsung melarikan diri masuk ke kamar anak-anak.
Bagaimana bisa Kalisa hamil lagi kalo begini?
Siang tadi hatiku kembali kacau, melihat tawanya yang begitu riang, namun bukan aku alasannya tertawa. Ku yakin itu orang lain. Tapi apa harus dia sebahagia itu?
Ahhh... Rasanya aku ingin melempar sesuatu.
Saat sendiri seperti ini, pikiranku kembali melayang pada malam itu. Malam yang menjadi akar dari kehancuran rumah tanggaku.
Aku sama sekali tidak ada niat untuk mengkhianati Kalisa. Tapi kesempatan itu memberi ruang untuk aku mencobanya.
Malam itu aku merasa begitu suntuk. Karena begitu banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Hingga sudah satu minggu aku terus begadang setiap malam.
Biasanya aku akan menelpon Kalisa, untuk mengadu padanya, aku meminta semangat dan doa darinya. Agar aku bisa melewati ini semua dengan perasaan tenang dan santai. Maklum kami ini berjauhan, jadi kami hanya bisa melakukan panggilan.
Tapi tidak untuk malam itu, saat pikiranku sedang tidak karuan, tiba-tiba Bima rekan bisnisku mengajakku untuk pergi ke cafe. Karena merasa benar-benar butuh ketenangan, tanpa basa basi lagi aku langsung saja menerima tawarannya.
Setelah ia mengirimkan lokasi cafe itu dimana. Aku langsung menancap gas membelah jalan raya yang masih tampak ramai oleh anak-anak muda.
Dan akhirnya sekitar dua puluh menit, aku sampai dilokasi cafe tersebut. Ku lihat Bima juga baru sampai dengan seorang wanita seksi disampingnya. Aku tidak tahu itu siapa, dan aku tidak peduli padanya. Yang penting pikiranku bisa kembali tenang walaupun hanya sebentar.
Aku dan Bima memesan satu ruangan VVIP di cafe tersebut.
Rekanku itu memesan beberapa botol minuman haram, yang tidak mungkin akan ku sentuh walaupun secuil. Aku masih punya iman.
Aku hanya memesan beberapa cola dingin, untuk menjernihkan kepalaku. Lalu beberapa bungkus rokok yang siap menemaniku malam ini.
Aku dan Bima sesekali mengobrol yang jalurnya entah kemana. Sedangkan ku lihat, wanita itu hanya diam dan melayani Bima. Menuangkan minuman ke gelas pria itu sambil sesekali melirikku.
Aku tak menanggapi tatapannya. Aku hanya fokus pada sebatang rokok dan dan cola ku saja.
Namun tiba-tiba wanita itu bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan Bima yang sudah mabuk dan mendekat ke arahku.
Entah dengan alasan apa, wanita itu menggesekan benda kenyal miliknya ke tanganku yang bertengger di pinggiran sofa.
Aku seperti tersengat listrik. Darahku berdesir dengan aneh. Seketika kelelakianku menegang, padahal itu hanya sebuah gesekan.
Ia mengerlingkan matanya menggodaku. Sejenak aku menggelengkan kepala, dan berusaha menolaknya. Namun kabut gairah lebih mendominasi tatkala tanganku dituntun untuk menyentuh miliknya yang begitu besar dan sangat menggoda.
Otakku membisikkan agar aku menarik kembali tanganku, namun naluri kejantananku berteriak untuk meminta lebih dari ini.
Sial!
Lagi-lagi wanita itu tersenyum. Lalu tanpa sadar dia sudah mendudukkan diri diatas pangkuanku.
Binar matanya seperti sihir. Membuatku tidak bisa berkutik saat ia meraih bibirku.
Perlahan kurasakan ada usapan lembut didadaku. Ternyata dia sudah membuka kancing kemejaku, tanpa aku tahu. Gairahku kembali tersulut, meminta untuk segera dipuaskan.
Wanita itu melepas pagutannya yang sama sekali tidak aku tolak, tanpa aku duga dia memperlihatkan bulatan indah yang terpampang jelas disana. Aku meneguk salivaku dengan susah payah.
"Kau mau mencobanya? " bisiknya tepat ditelingaku. Hembusan nafasnya membuat bulu kudukku meremang.
Aku ingin menolak, namun lagi-lagi wanita itu memberikan percikan-percikan api yang siap membakar tubuh ini.
"Ayolah, kau boleh mencobanya, sepuasmu."
Aku seperti sudah terhipnotis. Aku langsung mengangguk. Dan dibalas senyuman nakal dari bibir seksinya.
Aku segera memesan hotel yang ada didekat cafe. Sedangkan wanita itu menghubungi temannya untuk mengurus Bima yang sudah sangat mabuk.
Tanpa menunggu waktu lagi, dengan membawa wanita itu, aku kembali menancap gas mobilku untuk sampai dihotel itu.
Setelah check in, dan mendapatkan kunci kamar, aku langsung menarik wanita itu untuk masuk dan lekas naik ke atas ranjang. Aku membuka pakaianku tidak sabaran.
Saat itu aku benar-benar lupa statusku. Aku lupa siapa aku. Hingga yang ada dipikiranku hanya kepuasan dan kenikmatan.
Wanita itu mulai memancingku kembali. Seperti sudah tahu titik-titik lemahku ia mengulum sana-sini. Aku semakin tidak kuat dengan rasa yang ia berikan dengan segera aku mengungkungnya dibawahku.
Sekelebat wajah Kalisa datang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku seperti mencari kesadaran. Namun wajah Kalisa masih terpampang disana. Dan itu sukses membuatku tersenyum dan langsung menancapkan senjataku ke dalam liangnya.
"Kalisa." aku terus menyebut nama itu saat sesi percintaan kami berlangsung. Wajah wanita itu benar-benar lenyap dari pandanganku dan berganti menjadi wanita yang sangat kucintai.
"Akhhhhhh... Kalisa." erangku saat puncak itu tiba.
Setelahnya aku terkulai lemas disampingnya. Tak menyadari bahwa malam ini adalah biang kehancuran keluarga kecilku yang sudah aku bangun lebih dulu.
******
Gimana gimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ternyta dlm keadaan sadar sesadar² nya ya tp emang dia tergoda,,namanya juga laki² ya gtu deh,,nyeselnya belakangan,,nyesel² tp percuma klo setelah itu dilanjutin menikmati lagi dn lg,,atau mungkin itu cwe udh hamil duluan kn bisa dia sengaja jebak hendri 🤔
2024-07-10
0
Alivaaaa
owalaahh jadi Hendri dalam keadaan sadar 😡😡 aku jadi makin gedeg sama dia, pengen kubejek bejak dia 😡 pergi aja Kal dari suami macam Hendri
2023-10-08
0
himawatidewi satyawira
wah imannya sdh berubah jd imin ya ndri...
2023-06-26
0