Kalisa pov.
Setelah Mas Hendri keluar dari kamar, aku langsung membenamkan wajahku didalam bantal, seraya memukul-mukul ranjang untuk melampiaskan kekesalanku. Nyatanya hati ini tak merasakan kelegaan, yang ada aku semakin dibuat emosi oleh pikiranku sendiri. Aku benci, aku benci dengan ini!!!!
Sebenarnya aku juga rindu, aku tidak munafik, aku rindu sentuhan lembut itu, aku rindu belaiannya yang selalu menghangatkan hatiku, aku menginginkan kecupan setiap malam yang selalu dia berikan sebelum kami berdua terlelap, ataupun seusai kami puas bercinta. Namun tatkala membayangkan Mas Hendri meraup kenikmatan surga dunia bersama wanita lain, aku kembali pada kubangan rasa kekecewaan yang begitu dalam, aku tidak sanggup bila harus menerimanya lagi untuk hal yang satu ini. Ini perih dan sungguh menggores luka dihati.
"Akkhhhh... Kenapa harus seperti ini!!!!! "
***
Hendri pov.
Aku keluar dari kamar kami berdua sebelumnya, lalu melangkah ke kamar tamu. Kamar yang sudah Kalisa siapkan untukku ketika aku pulang ke rumah ini. Awalnya aku ingin tidur lagi dikamar kita berdua, namun melihat Kalisa yang begitu kukuh untuk tidak menerimaku, akhirnya aku memutuskan untuk keluar, aku mengalah kali ini, karena aku bisa mengerti bahwa sakit yang ku torehkan memang begitu dalam. Luka yang aku beri pada hatinya sungguh sangat besar. Kalisaku kini telah berbeda, ia bukan lagi wanita manis yang selalu menyambut ku dengan riang ketika aku akan pulang, bukan lagi wanita yang ceria yang selalu menyemangatiku disetiap waktu. Dan itu semua karena salahku sendiri, semuanya karena kebodohanku yang hanya mengikuti bujuk rayu nafsu.
"Mas rindu Kal, Mas rindu padamu." gumamku seraya memeluk guling. Namun tidak ada kehangatan disana, semuanya terasa dingin tanpa dekapannya.
*********
Kalisa pov.
Kumandang adzan telah terdengar, aku bangun lalu pergi ke dapur untuk minum terlebih dahulu, setelahnya aku langsung masuk kembali ke dalam kamar dan berniat membersihkan tubuhku untuk menunaikan sholat.
Pagi ini aku memakai long dress rumahan, yang memang biasa aku pakai untuk bersantai didalam rumah. Begitu aku keluar aku dibuat terkejut, karena tiba-tiba sudah ada Mas Hendri diatas ranjangku. Ya karena aku lupa mengunci pintu lagi tadi.
Mau apalagi dia?
Aku menguncir rambutku yang tergerai, lalu mencoba mendekat, namun ia tak ku anggap ada. Aku melangkah seperti biasa lalu meraih mukena.
Tap...
Mas Hendri memegang pergelangan tanganku dengan kuat, dadaku bergemuruh bersamaan dengan nafas yang tak begitu teratur. Darahku berdesir sangat aneh. Perasaan apa ini?
Aku tak menepisnya, ku biarkan saja dan aku ingin mencoba meladeninya dengan baik-baik. Karena aku sungguh lelah bila harus tarik urat melulu jika berbicara dengannya.
"Sayang." panggilnya dengan suara lembut.
'Cuih' rasanya aku ingin meludah mendengar panggilan itu, sama sekali tidak lagi indah. Bahkan aku merasakan jijik yang luar biasa.
Ia mendekat lalu meraih pinggangku, dengan cepat ia merapatkan tubuh kami berdua hingga mata kami bertemu, lalu aku langsung berpaling darinya. Aku tidak mau terperdaya.
"Kalisa, Mas mohon sekali saja." ujarnya seraya mendekatkan wajahnya, hingga hidung mancungnya sudah menyentuh hidungku, dan hembusan nafasnya yang hangat menerpa kulit wajahku. Seketika tubuhku meremang, merasakan kembali kehangatan ini. Aku juga rindu, aku juga rindu padamu. Kata hatiku.
Tatapan matanya begitu mendamba, aku sampai terbuai lagi dibuatnya.
Cup...
Dia meraih bibirku dengan perlahan, mencoba membuatku masuk dalam permainannya, semakin lama aku semakin terlena, namun entah ada bisikan apa pikiran ku berangsur sadar. Sesegera mungkin aku mendorong tubuh Mas Hendri kebelakang hingga ia terjungkal diatas ranjang. Namun secepat kilat tanganku kembali dicekal olehnya.
Ia mengangkat tubuhku dengan paksa, ia sama sekali tidak peduli meskipun aku terus meronta. Aku memukuli dada bidangnya.
"Lepaskan Mas, lepaskan! Apa kau sudah gila." teriakku.
"Aku bilang lepas!!!! "
Ia tak peduli, ia membaringkan tubuhku diatas ranjang dengan perlahan, namun tanganku terus dia pegang.
"Kau mau apa sebenarnya?" bentakku. Aku menelan ludahku beberapa kali, karena melihat sikap Mas Hendri yang seperti ini.
"Mas rindu padamu Kal, Mas rindu." matanya kembali memohon, mungkin sebenarnya dia juga tidak ingin seperti ini, tapi apalah daya semuanya sudah terjadi.
Aku kembali meronta, dan tak mau mendengar apapun lagi dari mulutnya, namun semakin aku ingin lepas dia semakin menarikku paksa. Pegangan nya semakin kuat saja. Sungguh aku sudah seperti ingin diperkosa.
Aku tak sanggup berteriak karena bibirku kini dibungkam olehnya. Ia terus-terusan memancingku. Agar aku bergairah dalam permainannya. Air mataku kembali mengalir, desiran aneh itu serasa menyakitkan. Bayang Mas Hendri yang sedang bercinta dengan wanita ular itu terus berputar di otakku, membuat aku tak bisa menerima perlakuannya padaku. Tangannya yang satu sudah ingin melucuti bajuku. Tapi sebelum itu...
"Ayah.. Hiks, hiks. Na. "
Dan suara itu sukses membuat tenaganya melemah, secepat mungkin aku mendorong tubuh Mas Hendri dan keluar dari kungkungannya, aku berlari ke kamar sikecil dengan sekuat tenaga, takut-takut Mas Hendri kembali mencekalku dan memaksa melakukannya.
Aku langsung memeluk May yang menangis karena mengiggau.
"Malaikat penyelamat Nda." gumamku seraya mengecup keningnya.
******
Ditunggu like, komen and votenya....
Kalo ada krisannya juga silahkan....
Yuhuuuuu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
LENY
duh maksa Hendry 😡
2024-08-10
0
Ririn Santi
aku vs memahami perasaan kalisa yg terkoyak oleh oenghianatan
2022-09-23
0
Caramel Latte
mending ini om hendri mah sadar dia salah. coba baca cerita om fikri, bikin gedeg dan pengen nguleg2 jadi sambel🤣🤣
2022-07-08
0