Pelukan Rindu

Kalisa pov.

Aku memutuskan untuk tidur dikamar May dan Reyhan malam ini, aku takut kejadian kemarin akan terulang, pokoknya selagi ada Mas Hendri dirumah aku akan tidur dengan anak-anak. Setelah makan malam aku membersihkan diri untuk segera istirahat, kali ini aku memakai piyama yang cukup tertutup. Sungguh memang aku benar-benar takut, walaupun sebenarnya batinku juga menginginkannya.

Aku melangkah ke kamar mereka.

Ceklek!

Ternyata Reyhan masih ada di meja belajarnya, ku lihat ia sedang membaca buku dongeng. Begitu aku membuka pintu, matanya reflek mengarah padaku.

"Nda." panggilnya.

"Kakak kok belom tidur?" balasku seraya menuju ke arahnya.

Reyhan mengangguk.

"Belum ngantuk Nda." Adunya.

Aku mengusap kepalanya. " Yaudah sini biar Nda yang bacain, Kakak tidur yah, udah malem loh nanti besok kesiangan bangunnya."

Anakku yang hebat dan pintar, ia langsung mengangguk setuju lalu mulai berbaring. Sedangkan gadis kecilku sudah mendengkur halus bersamaan dotnya yang masih menempel dimulut.

Sebelum aku memulai cerita. Aku bertanya dulu pada Reyhan.

"Kak, tadi ayah kesini? "

"Iya Nda, boboin May tuh." sambil melirik si kecil dengan ekor matanya.

Aku mengangguk, baguslah batinku. Dia pasti tidak akan kesini lagi kan?

Aku memulai membaca sebuah kisah. Antara Ratu dan Raja yang setia. Hingga tak berapa lama kemudian Reyhan pun mulai terpejam. Dan aku sudah menguap beberapa kali. Aku memastikan dulu anakku benar-benar tidur apa belum. Barulah aku ikut berbaring disampingnya. Menarik selimut hingga keatas dada.

Hendri pov.

Aku terbangun dari tidurku tepat di jam 2 dini hari. Aku membasuh muka dan berniat ingin ke kamar Kalisa. Sungguh aku rindu tidur dengan posisi memeluk dirinya.

Ceklek!

Alhamdulillah batinku, kamaranya tidak dikunci. Namun setelah aku melangkah ke arah ranjang. Ku lihat istriku tidak ada disana.

Kemana dia?

Aku mengecek kamar mandi. Nihil dia tidak ada juga disana. Sepertinya dia tidur dikamar anak-anak. Aku segera bergegas melangkah ke kamar kedua anakku.

Alhamdulillah sama. Pintu ini sama sekali tidak dikunci seperti biasa.

Dari cahaya yang remang aku bisa melihat Kalisaku yang tidur nyenyak dengan memeluk May dan Reyhan. Setitik air itu menetes. Membuktikan bahwa aku benar-benar rindu padanya. Aku melangkah ke arah ranjang dengan lemah.

Mengapa begitu sulit menggapaimu Kal, padahal kita dekat dan tak memiliki jarak.

Aku membaringkan tubuhku disamping Reyhan. Bersebrangan dengan Kalisa. Tanganku terulur untuk menjangkau kepalanya. Aku usap perlahan dengan begitu sayang. Lalu aku menggenggam tangannya erat. Namun tak berapa lama usai aku melakukan itu, ada pergerakan dari tubuhnya. Mungkin ia terusik dengan tindakkanku.

Matanya yang indah, yang selalu menatapku dengan teduh perlahan mengerjap. Ia langsung menarik paksa jemarinya yang sedang aku genggam, namun seerat mungkin aku tak melepasnya.

"Biarlah seperti ini Kal, sekali ini saja. Ku mohon." ujarku mengiba padanya. Ia menatapku namun ku lihat ada banyak kekecewaan di binar matanya.

Maafkan aku Kalisa.

"Tidurlah, aku tidak akan macam-macam." sambungku kembali menenangkan hatinya yang kini sudah membeku dan pastinya membenciku.

Kali ini tidak ada perlawanan, dia membisu dan tak berapa lama ia mulai terpejam. Dan aku pun menyusulnya ke alam mimpi.

***

Kalisa pov.

Aku sudah bersiap untuk pergi ke toko, kali ini aku tidak membawa May, karena ada ayahnya. Ya pasti May selalu menempel pada cinta pertamanya itu. Kalo May menangis pasti juga dia akan diantarkan kesana. Aku melangkah ke arah kamar May untuk pamit, sebelum sampai dikamar anak-anakku, aku mendengar sayup suara Mas Hendri sedang menelpon. Aku berhenti sejenak untuk mendengarkan percakapannya. Aku berdiri disamping tembok.

"Kenapa bisa sampai seperti itu sih Sel? " tanya Mas Hendri. Dia terdiam seperti sedang mendengarkan balasan orang diujung sana, yang ku yakini itu adalah si ular berbisa.

"Sel tapi aku baru pulang dua hari, baru dua hari loh Sel. Tidak bisakah kamu mengurusnya sendiri? "

Mas Hendri mengayunkan tangannya seperti kesal. Lalu tangannya mengarah pada pelipis dan memijatnya pelan.

"Iya baiklah, baiklah aku kesana." ucap Mas Hendri mengakhiri percakapan mereka. Lalu tep dia mematikan telpon secara sepihak.

Ketika aku menyadari Mas Hendri sudah tidak lagi menelpon, aku berniat melangkah kembali. Namun Mas Hendri memanggil ku, aku berubah jadi gugup karena merasa tertangkap basah sudah menguping pembicaraannya. Secepat mungkin ia melangkah ke arahku yang sudah mau masuk ke kamar si kecil.

"Kal, tunggu." cegahnya.

Aku memejamkan mata sebentar lalu menghadap ke arahnya. Aku mendongak memberanikan diri menatap lagi wajah itu. Wajah yang sebenarnya sangat aku rindukan. Namun segera ku tepis semua bayang-bayang itu. Aku tidak boleh seperti ini gumamku.

"Ada apa? " tanyaku dengan nada seperti biasa.

"Sela jatuh dari kamar mandi Kal, dia sekarang di rumah sakit dan aku harus segera kesana." balasnya hati-hati.

"Lalu? " tanyaku singkat.

"Aku izin ya, aku sadar iya aku salah, baru 3 hari ini aku dirumah, dan sekarang aku akan pergi lagi." gurat sendu terlihat jelas sekali dikeningnya, aku yakin dia bimbang. Antara memilih tetap tinggal atau pergi dengan membuat satu lagi kekecewaan.

Aku membuang nafas, agar rasa sesak ku juga terbawa oleh hembusan itu.

"Kamu tidak perlu izin denganku, aku sudah bilang itu padamu." ujarku. Menatap netra kecoklatan yang dahulu hanya milikku, hanya menatap padaku.

"Kalisa, kamu masih istriku."

"Lalu jika aku tidak mengizinkanmu apa kamu akan tetap disini? "

"Kal, mengertilah."

"Kamu lihat! Ada atau tidaknya izin dariku, kamu akan tetap pergi bukan? Kamu akan tetap kesana menemui cintamu yang sekarang? Dan meninggalkanku dalam duka yang selalu kamu toreh berkali-kali, dalam cambuk yang selalu kamu beri pada hati ini, namun aku? Aku tetap bertahan! Boleh aku egois sedikit saja? Boleh aku meminta waktumu sebentar saja hanya untuk keluarga kecil kita? Bolehkah? " Aku memukul bahunya, dan berniat kembali ke kamarku, namun secepat kilat Mas Hendri meraih jemariku dan memelukku dari belakang. Sangat erat. Dan aku hanya diam menikmati momen ini. Aku mulai lemah.

Ya Tuhan sebenarnya aku juga rindu padanya. gumamku dalam hati.

"Aku mencintaimu Kal, sangat, sangat mencintaimu." ujarnya tersedu-sedu. Kami berdua hanyut dalam pelukan ini, pelukan rindu yang tak pernah berujung. Karena walaupun raga kami dekat, semuanya seakan jauh dan tak dapat kami gapai bersama. Harapan itu seperti hilang begitu saja.

Serpihan hati ini kau peluk erat... Akan ku bawa sampai ku mati... Memendam rasa ini sendirian... Ku tak tau mengapa aku tak bisa melupakanmu... 🎶🎶 Mas Hendriku ❤

*********

Uhuy tersedu-sedu akuuu....

Terpopuler

Comments

Santunah Darlis

Santunah Darlis

gak suka penghianatan bagaimanapun kronologinya tetep tersakiti kalisa

2024-12-08

0

yuning

yuning

banjir bantal aku

2024-07-20

0

Wanda Revano

Wanda Revano

masih abu2 blm bisa mnebak kek gmna alurnya tpi seru sih

2022-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Pertengkaran
2 Mencoba Ikhlas
3 Kekuatan
4 Berita Duka Lara
5 Aku Nyonyanya
6 Wanita Ular
7 Sayatan
8 Bayangan
9 Perasaan Gagal
10 Kewajiban Yang Gugur
11 Malaikat Penyelamat
12 Akankah?
13 Pelukan Rindu
14 Sandaran
15 Ide Gila!
16 Percintaan Menyeramkan
17 Balas? Tidak?
18 Biang Kehancuran
19 Pahlawan
20 Rencana
21 Meminta Adil
22 Awal
23 Permintaan
24 Let's play
25 Hiburan
26 Kekesalan Sela
27 Sudah jatuh, tertimpa tangga
28 Roti
29 Kebohongan
30 Pertengkaran lagi
31 Naluri Seorang Istri
32 Kalisa hamil lagi
33 Sakit perut
34 Tersindir
35 Cukup sampai disini
36 Kejutan terakhir
37 Batu berlian vs Batu koral
38 Bisa tanpa sosoknya
39 Akhirnya tahu
40 Mencari masalah
41 Sela juga bekerja
42 Lowongan pekerjaan
43 Hatiku lega
44 Pertemuan
45 Dunia kelam lagi
46 Persimpangan jalan
47 Ayah seorang pembohong
48 Pelampiasan kekesalan
49 Meminta pertolongan
50 Tatapan yang sama
51 Memaafkan
52 Malam Minggu malam panjang
53 Kecelakaan
54 Sadar Diri
55 Tunjukkan hanya untukku
56 Aku akan berjuang
57 Sah? SAH!
58 MP
59 Aku mencintaimu
60 PENGUMUMAN
61 New Story'
62 Menantang
63 Jangan ditutup
64 Ya Humairah
65 Permintaan (2)
66 Satu-satunya ratu
67 Biar rame
68 Bukan mandi biasa
69 Enak
70 Bantu kamu minum susu
71 Merah kaya tomat
72 Pindah
73 Bantu aku
74 Kalisa hanya milikku
75 Bersyukur
76 Aku harus waspada
77 Memperkenalkan Kalisa
78 Membawa Kalisa pergi
79 Tak sengaja
80 Membuat bulatan
81 Kabar
82 Muntah-muntah
83 Pemeriksaan
84 Bukan Kalisa
85 Kesukaanku
86 Tentang kembar
87 Mirip
88 Pertemuan (2)
89 Percaya atau tidak?
90 Sebuah jamuan
91 Menemani Rama bekerja
92 Tak percaya
93 Kenyataan
94 Papa atau bukan?
95 Tidak bisa tidur
96 Bertemu Ayah
97 Dua Putra Berharga
98 Ke Pemakaman
99 Akhir Kisah
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Pertengkaran
2
Mencoba Ikhlas
3
Kekuatan
4
Berita Duka Lara
5
Aku Nyonyanya
6
Wanita Ular
7
Sayatan
8
Bayangan
9
Perasaan Gagal
10
Kewajiban Yang Gugur
11
Malaikat Penyelamat
12
Akankah?
13
Pelukan Rindu
14
Sandaran
15
Ide Gila!
16
Percintaan Menyeramkan
17
Balas? Tidak?
18
Biang Kehancuran
19
Pahlawan
20
Rencana
21
Meminta Adil
22
Awal
23
Permintaan
24
Let's play
25
Hiburan
26
Kekesalan Sela
27
Sudah jatuh, tertimpa tangga
28
Roti
29
Kebohongan
30
Pertengkaran lagi
31
Naluri Seorang Istri
32
Kalisa hamil lagi
33
Sakit perut
34
Tersindir
35
Cukup sampai disini
36
Kejutan terakhir
37
Batu berlian vs Batu koral
38
Bisa tanpa sosoknya
39
Akhirnya tahu
40
Mencari masalah
41
Sela juga bekerja
42
Lowongan pekerjaan
43
Hatiku lega
44
Pertemuan
45
Dunia kelam lagi
46
Persimpangan jalan
47
Ayah seorang pembohong
48
Pelampiasan kekesalan
49
Meminta pertolongan
50
Tatapan yang sama
51
Memaafkan
52
Malam Minggu malam panjang
53
Kecelakaan
54
Sadar Diri
55
Tunjukkan hanya untukku
56
Aku akan berjuang
57
Sah? SAH!
58
MP
59
Aku mencintaimu
60
PENGUMUMAN
61
New Story'
62
Menantang
63
Jangan ditutup
64
Ya Humairah
65
Permintaan (2)
66
Satu-satunya ratu
67
Biar rame
68
Bukan mandi biasa
69
Enak
70
Bantu kamu minum susu
71
Merah kaya tomat
72
Pindah
73
Bantu aku
74
Kalisa hanya milikku
75
Bersyukur
76
Aku harus waspada
77
Memperkenalkan Kalisa
78
Membawa Kalisa pergi
79
Tak sengaja
80
Membuat bulatan
81
Kabar
82
Muntah-muntah
83
Pemeriksaan
84
Bukan Kalisa
85
Kesukaanku
86
Tentang kembar
87
Mirip
88
Pertemuan (2)
89
Percaya atau tidak?
90
Sebuah jamuan
91
Menemani Rama bekerja
92
Tak percaya
93
Kenyataan
94
Papa atau bukan?
95
Tidak bisa tidur
96
Bertemu Ayah
97
Dua Putra Berharga
98
Ke Pemakaman
99
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!