Aku memanggil tukang servis langgananku, karena ternyata mesin cuciku tidak bisa dipakai pagi ini. Karena setelah aku cek kabelnya seperti di gigit tikus.
"Mau benerin apa Kal? " tanya Mas Ardi, begitu aku menyebutnya, aku mengenalnya karena dia ponakan sahabat mertuaku, dia orang yang sopan dan begitu menghargai wanita menurutku, karena itu terlihat dari bagaimana caranya dia berbicara, selalu saja menunduk tanpa mau menatap lawan bicaranya.
"Mesin cuci nih Mas, kayanya kabelnya di gigit tikus deh. " ujarku kepadanya, menjelaskan keluhanku.
"Oh yaudah, saya coba periksa dulu ya." balasnya, lalu mengecek mesin cuci milikku.
"Oh ya ini kabelnya nih Kal, saya benerin di depan ya. " lanjutnya, seraya meminta izin untuk membetulkan nya diteras depan rumahku, mungkin karena dia takut akan terjadi fitnah jika kami hanya berduaan didalam rumah. Aku pun mengangguk lalu tersenyum ke arahnya.
"Iya silahkan Mas, nanti saya anterin minum ke depan ya, saya buatin dulu, " ujarku.
Ia hanya menanggapiku dengan mengangguk sopan dan berlalu meninggalkan ku.
Kemudian aku melangkah ke arah dapur untuk membuatkan kopi untuknya.
Ketika aku akan mengambil gelas tiba-tiba saja tanganku terasa lemas, dan...
Prankk!!!
Astagfirullah. Aku menyebut asma Allah. Ada apa ini?
Hatiku tiba-tiba merasa resah dan tidak tenang, tapi apa sebabnya? Ada hubungannya kah semua ini dengan Mas Hendri?
Gelas yang ku ambil itu pecah, berceceran seperti hatiku sekarang. Aku mencoba memunguti pecahan gelas tersebut, dan tak terasa ternyata kaki berdarah karena terkena serpihan beling itu. Tapi semuanya tak seberapa, dibanding sakit hati yang sedang aku rasa.
Aku kembali mengambil gelas yang lain, dan mulai membuat kopi untuk Mas Ardi. Tak lupa juga aku mengambil biskuit yang ada dikulkas untuk camilan yang akan menemani laki-laki itu bekerja.
Setelah kopi itu jadi, aku keluar menghidangkan nya untuk mas Ardi.
"Mas disini ya kopi sama biskuitnya." ujarku kepadanya seraya menaruh kopi dan biskuit diatas meja, lalu dia hanya mengangguk mengiyakan ucapan ku.
"Ada yang perlu diganti nggak Mas? " tanyaku kepadanya.
Dia tetap fokus pada apa yang dikerjakannya, tanpa menoleh kepadaku dia menjelaskan apa saja yang harus diganti dan yang sedang ia perbaiki saat ini.
Kring... Kring
Ku dengar ponsel ku berdering begitu nyaring, aku pamit masuk dan mencari ponsel ku didalam kamar.
Setelah akau menemukan nya, ku lihat ada panggilan tak terjawab dan 2 pesan dari suamiku. Heuh suamiku? Rasa-rasanya, enggan aku menyebut nya lagi seperti itu.
Ku buka pesan darinya dengan begitu malas, aku menimang-nimang beberapa saat, lalu ku baca juga akhirnya.
Suamiku : Mas sudah menikahinya.
Foto : Dua orang yang sedang memamerkan cincin pernikahan mereka.
Duarrrrr....
"Huaaaaaaaa."
Bagai disambar petir disiang bolong, badanku terhuyung ke belakang dan menabrak dinding, aku menjerit didalam kamarku, aku tak peduli orang-orang akan mendengar suaraku atau tidak, yang jelas hatiku benar-benar terluka dengan pesan yang ku baca, meski memang aku yang menyuruhnya menikahi wanita itu. Tapi hatiku, hatiku sungguh masih sakit, hatiku tidak menerima, bahwa suamiku kini telah mendua, dan berbagi kasih dengan si dia.
"Apa kurangnya aku sih Mas? Apa hahhhh?? hiks, hiks "
Lagi-lagi ku tanyakan itu pada diri ku sendiri, aku sudah berusaha menjadi yang sempurna, tapi kenapa? Kenapa kamu malah mendua? Kenapa kamu begitu bodohnya memilih dia, dan tergoda padanya, kenapa? Salah ku apa? Salahku apa Mas?
Rasa sesak mulai menghimpit dadaku kembali. Inikah hukuman untuk segala dosa-dosaku? Atau sebuah teguran atas segala kekhilafanku?
Mas Ardi menghampiri ku, seperti nya karena teriakan ku terdengar sampai ke telinga nya.
"Kenapa Kal." tanyanya terlihat gugup dan bingung.
Bukannya menjawab mulutku malah terus mencercau dan berteriak akan sakit yang terus menggerogoti hatiku. Semakin lama semakin terasa saja sakitnya.
Dia menenangkan ku, tapi aku seperti orang kesetanan begitu tau secepat ini suamiku menikahi wanita iblis itu.
Mungkin jika bukan laki-laki seperti Mas Ardi yang disamping ku, mereka akan suka rela memelukku demi menenangkan amarahku, tapi dia tidak. Dia hanya menepuk bahu ku beberapa kali lalu menyuruhku istighfar dan memohon ampun kepada Tuhan.
"Ya Allah maafkan hamba, maafkan hamba yang telah menyalahkan takdirmu, maafkan hamba yang terlalu banyak mengeluh, maaf....hiks, hiks. "
Aku terus sesenggukan ditempat ku, merasakan kepiluan yang begitu mendalam. Dan sepertinya hanya aku yang merasakan ini, sedangkan suamiku? Dia pasti sedang bersenang-senang sekarang. Mas Ardi keluar dan kembali membawakan ku Air minum agar aku lebih tenang katanya. Setelah itu dia beranjak pergi dan meninggalkan ku sendiri, dikamar ini.
Tak ada lelahnya mataku terus mengalirkan bulir-bulir air yang kini tak ada artinya, rasa rinduku kini berubah benci, dan cinta yang dahulu begitu indah kini berubah duka. Manis kata-kata nya, kini berubah pahit bagai empedu yang memaksa masuk ke tenggorokan ku.
Ingin rasanya aku menyerah saja, tapi mengingat binar mata buah hati ku yang membutuhkan sosok Ayah, pikiranku kembali meyakinkan ku untuk bertahan, menjadi kekuatan bagi kepercayaan ku yang sudah di koyak-koyak habis oleh pengkhianatan. Perih, sakit yang ku rasa kini harus aku kubur dalam-dalam, biar sajalah, aku harus mengalah, ku korbankan hidupku yang singkat ini, untuk masa depan buah hatiku yang masih begitu panjang .
"Tetaplah jadi kekuatan Nda ya sayang. " lirihku disaat aku mulai terlelap karena begitu lelahnya menguras air mata yang terus mengalir tidak ada hentinya.
🔥🔥🔥🔥🔥
Tinggalkan jejak kalian ya ❤❤❤ bantu aku dengan memberi dukungan buat cerita mereka...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ney Maniez
gk kuat lah
2024-09-23
0
LENY
Mending CERAI KALISA ngaoain bertahan dgn suami kayak gitu.😡
2024-08-10
0
Ita rahmawati
ngapa ngamok kan kamu yg nyuruh nikahin 🤦♀️🤦♀️
2024-07-10
0