Esok harinya Astri kembali membesuk sahabatnya Kalisa. Entah kenapa perasaannya selalu tak enak saat Kalisa harus dirawat inap dirumah sakit. Meski ada Hendri disana.
Dengan memakai jasa taksi online. Wanita yang hampir masuk kepala tiga itu menyambangi rumah sakit yang kemarin ia datangi. Ia membawa beberapa buah tangan untuk sahabatnya.
Tanpa harus bingung mencari ruangan lagi Astri langsung melangkah ke kamar Kalisa.
"Assalamualaikum?" ucap Astri seraya menyelonong masuk.
"Waalaikumussalam." balas Kalisa dan Hendri berbarengan.
Dari yang bisa kita lihat Hendri baru saja menyuapi Kalisa sarapan. Di lanjut dengan minum obat. Sebenarnya Kalisa enggan menerima perlakuan manis Hendri, tapi karena suaminya itu memaksa, akhirnya dia pasrah saja.
"Kal aku bawakan buah. Nanti dimakan yah." ujar Astri seraya mendudukan diri dikursi kosong yang berada diruangan Kalisa.
Kalisa mengangguk "Makasih As, kamu repot-repot terus. Ibu kamu nggak papah ditinggal sendiri? " ia merasa tak enakan.
"Santai kali Kal. Ibuku juga udah biasa ditinggal. " Astri menjeda kalimatnya "Hen kalo mau pulang, pulang dulu aja. Bebersih badan dulu tuh, biar Kalisa gue yang jaga." Astri mengarah pada Hendri yang masih setia duduk disamping istrinya.
Hendri terdiam. Sejatinya ia ingin selalu menemani Kalisa. Namun ada benarnya juga perkataan Astri jika dirinya harus membersihkan diri terlebih dahulu. Dari kemarin ia sama sekali tidak mengganti baju. Karena saat ibunya kesini pun beliau lupa untuk membawa baju ganti anak lelakinya.
"Gapapa, sekalian tengok anak-anak." ujar Kalisa. Membuat niatan Hendri untuk pulang makin mantap.
Hendri terlebih dahulu mengelus kepala Kalisa "Mas pulang dulu yah, kalo ada apa-apa langsung hubungi Mas. Nanti Mas beri tahu anak-anak kalau besok kamu sudah bisa pulang." Dengan berani Hendri mengecup bibir Kalisa yang masih terlihat sedikit pucat itu.
Kalisa termangu, sedangkan Astri tergagap dengan adegan yang baru saja dilihatnya "Lu kira-kira lah Hen, masih ada gue disini."
Sedangkan rona dipipi Kalisa tak dapat disembunyikan lagi.
"Hehe. Gue kira udah pergi." ucap Hendri.
"Sialan! "
Tanpa mau menunggu waktu lagi Hendri segera berlalu dari kamar itu. Pulang untuk membersihkan diri dan mengisi perut. Serta mengecek keadaan anak-anaknya.
Setelah kepergian Hendri Astri mulai mendudukan diri disamping sahabatnya. Tempat dimana Hendri duduk tadi.
Mereka berdua berbincang dan Astri menceritakan kejadian kemarin saat dirinya dan Sela adu mulut.
Keduanya nampak tertawa renyah. Hingga suara ketukan pintu membuat tawa mereka menyurut seketika.
"Siapa ya As? Bukannya Mas Hendri baru pulang 20 menit yang lalu? " tanya Kalisa, yang ditanya hanya angkat bahu.
Tanpa meminta izin terlebih dahulu. Orang yang mengetuk pintu tersebut langsung menyelonong masuk.
Langkahnya langsung terhenti begitu melihat wajah Astri. Air mukanya berubah pias, namun dengan segala keangkuhannya ia berjalan seanggun mungkin ke ranjang tempat Kalisa berada.
*****
"Hallo Bu? Apa anak-anak ada disitu? " tanya Hendri begitu sambungan telpon terhubung. Pasalnya saat ia pulang rumah tampak begitu sepi, ia kira Ibu dan juga Maya menginap dirumahnya, ternyata tidak.
"Yasudah nanti Hendri kesana, aku mau melihat keadaan mereka. Kalisa yang minta."
Tak berapa lama kemudian sambungan telpon itu terputus karena ia harus cepat-cepat untuk mandi dan bersiap ke rumah ibunya untuk melihat kedua anaknya.
****
Setelah melihat keadaan anak-anaknya yang ia pastikan baik-baik saja, Hendri langsung meluncur kembali ke rumah sakit untuk menemani Kalisa.
Ketika sampai Hendri langsung melangkah dengan tergesa dilorong rumah sakit. Dari arah luar kamar inap Kalisa terdengar sayup-sayup seseorang sedang bertengkar. Tanpa menunggu waktu lagi Hendri langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Astri STOP!!! " suara gelegar Hendri menghentikan aksi Astri yang sedang menjambak rambut ikal Sela.
Penampilan keduanya nampak berantakan akibat perkelahian yang tak terelakan. Namun disini yang terlihat lebih parah adalah Sela, sudut bibirnya berdarah, pipinya juga sedikit lebam akibat pukulan yang diterimanya.
"Ku bilang cukup As, kenapa kamu tidak mau dengar? " ujar Kalisa yang sudah mati-matian melerai perkelahian dua wanita tersebut. Dengan susah payah ia memegang infus terus meneriaki Astri untuk berhenti namun sahabatnya itu seakan tuli. Dan saking bimbangnya, Kalisa sampai lupa kenapa tadi tidak memanggil tim keamanan saja.
Hendri membantu Sela untuk berdiri, dilihatnya kondisi sang istri yang mengenaskan membuat emosinya sedikit terpancing. Karena walau bagaimana pun Sela sedang mengandung anaknya.
Astri memicingkan matanya ke arah dua orang itu "Dasar wanita jalang murahan!!! " maki Astri.
"Cukup Astri, kamu hampir saja mencelakai ibu dari calon anakku. " bentak Hendri.
Deg!
Ibu dari calon anakku?
Hati Kalisa kembali seperti dihantam ribuan tombak. Jantungnya seakan diperas habis oleh kenyataan. Mendengar dengan telinganya sendiri bahwa sang suami menyebut Sela sebagai ibu dari calon anak mereka.
"Cuih, aku tidak peduli Hendri." Astri sama sekali tidak takut dengan bentakkan Hendri, lain dengan Kalisa yang sudah mulai berurai air mata. Tubuhnya hampir limbung kalau saja tangannya tak meraih pegangan disisi ranjang.
"Mas wajahku sangat sakit." ucap Sela sambil memegangi wajahnya yang lebam.
"Dasar munafik, pintar sekali cari muka." lagi-lagi Astri bersuara.
"Ku bilang cukup Astri. Berhentilah bersikap bar-bar seperti ini."
Hal itu sukses membuat Sela tersenyum sinis dibalik tubuh Hendri.
Ingin rasanya Astri kembali mencakar wajah wanita bernama Sela itu, namun Hendri seakan melindunginya. Dan saat ia melihat Kalisa yang termangu ditempatnya, hati Astri ikut merasa ngilu. Merasakan betapa sakitnya melihat orang yang kita cinta memberi perhatian kepada wanita lain selain dirinya.
Tanpa melihat ke arah Kalisa. Hendri dengan cepat membawa Sela keluar untuk diperiksa, dengan pura-pura tertatih Sela melangkah dengan dipapah suaminya.
"Kal kamu—?"
"Aku tidak papa As." mulut Kalisa mungkin bisa berkata tidak. Namun hatinya? Bahkan air matanya saja menderas. Tangis Kalisa pecah.
Menandakan betapa sakitnya perasaannya yang selama ini ia tahan. Bertahan hanya demi melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan di dampingi sosok seorang ayah.
Astri mengguncang tubuh Kalisa dengan pelan "Cukup Kal, jangan bodoh dan jangan mau menjadi budak dari sisi lemahmu itu. Tunjukkan kalau kamu memang kuat. Setidaknya lawan dia." ujar Astri sedikit menekan kata-katanya. Sungguh ia sudah geram melihat Kalisa yang terus-terusan tersakiti.
"Jika memang kamu tidak bisa melepas Hendri, ku mohon buktikan kamu bisa membalas perbuatannya. Agar Hendri dan wanita itu tidak semena-mena terhadapmu. Aku punya rencana. Ku harap kamu mendengarkan aku sebelum wanita itu merebut semuanya darimu."
Lalu Astri merengkuh kembali pundak sahabatnya yang sedang patah. Patah berkali-kali namun tetap saja masih memakai hati dalam hubungan ini.
Dengan melihat ini semua, aku akan berjuang lebih keras untuk mempersatukan kamu dan Rama Kal, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Namun bukan lagi bersama Hendri.
*****
Like and komennya jangan lupa yah....
Dibaca juga karyaku yang satunya #Cintalelakibiasa 🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Nurwahidah
ini sih namanya teman membawa bencana
2023-06-11
0
Juan Sastra
jadi.muak sama hemdri,,tadinya ku pikir emang hilaf tapi kalo udah begini ggak penyesalan sama sekali dari hendri..malah sengaja menikmati di atas lukanya kalisa..aku mendukung kalisa jika ingin melepas hendri,,
2023-02-15
0
tridiah setiowati
satu kata buat kalisa " Bodoh "
2022-12-17
0