Sandaran

Aku sedang duduk di depan toko siang itu, karena tidak terlalu ramai aku jadi bisa berleha-leha sekarang. Kebetulan May dan Reyhan pun sedang tidur siang. Aku memainkan ponselku dan ku lihat ada dua pesan masuk dari sahabatku yang kini sedang merantau.

Ku buka pesan darinya, lalu ku baca. Dia bilang dia pulang hari ini, dan dia langsung mengabari ku. Ternyata dia masih menganggapku ya. Padahal kita tidak terlalu sering menanyakan kabar satu sama lain ketika jauh. Tapi begitu pulang, dia langsung ingat padaku.

"Aku tunggu As." balasku dipesan tersebut.

Lalu tak berapa ponselku berbunyi kembali menandakan ada pesan baru masuk.

Astri : Ku dengar rumah tanggamu sedang tidak baik Kal? Apa benar? Jika iya kamu akan ku interogasi karena tidak memberitahu aku. Besok tunggu aku dirumahmu. Jangan kabur kamu!!!

Aku tersenyum melihat balasan Astri, ia sungguh peduli padaku. Namun senyum itu hilang seketika saat aku ingat masalahku.

Astagfirullah...

Tidak, aku tidak boleh berlarut-larut. Akan ku jalani ini dengan tenang. Agar hatiku bisa ikhlas dan mendapat ridho-Nya.

"Pokoknya aku tunggu ❤❤❤." balasku lagi pada Astri.

"Mba." panggil Tikah kepadaku. Aku reflek berdiri kaget.

"Iya kenapa Tik? " tanyaku kepadanya. Ia terlebih dahulu membaca catatan. Lalu kembali berucap padaku.

"Sabun stoknya udah abis Mba, sama sembako juga ya Mba." ujarnya.

Aku manggut-manggut.

"Oke nanti aku telpon dulu ya suplayernya suruh anterin Sabun sama sembako kesini, ada lagi nggak Tik? "

"Nggak Mba, itu aja cukup stok yang lain masih lumayan."

"Oke deh, oiya Tik besok aku nggak ke toko yah, soalnya ada temen mau dateng. Kalo pun ke toko aku paling sorean gapapa ya." ujarku sambil menepuk pelan bahunya.

"Iya gapapa Mba. Santai aja sama saya mah. Hehe."

Aku mengacungkan dua jempolku ke arahnya. Tanda bangga.

****

Esoknya tepat di jam 2 siang Astri benar-benar datang ke rumahku. Ia membawa beberapa oleh-oleh untukku dan juga anak-anakku. Dengan senyum sumringah dia menghampiriku dan memelukku erat, karena saking lamanya kita berpisah. Ya hampir 2 tahun kita tidak berjumpa, dan hampir setengah tahun aku dan dia tidak saling memberi kabar, mungkin karena kesibukannya. Dan karena aku terlalu fokus pada keluarga.

"Mau dipintu aja nih." godaku, karena dia tak kunjung ingin melepas pelukannya. Mungkin diselingi rasa iba juga.

"Iya-iya Kalisa." balasnya seraya melepaskan diri. Lalu matanya celingukan seperti mencari seseorang.

"Anak-anak pada kemana? "

"Mereka tidur siang As. Nanti mau ashar baru deh pada bangun." jawabku sesuai kenyataan.

Astri manggut-manggut. Lalu ia langsung menarik tanganku ke arah sofa. Entahlah dia seperti nya sudah tidak sabar mendengar curhatanku. Sebenarnya aku juga tidak mau kalau masalah ini sampai ada yang tahu. Tapi mau ditutupi seapik apapun, bangkai itu akan tetap tercium, dan bau busuknya akan menguar kemana-mana. Meski tidak sekarang.

"Jelaskan padaku!!" to the point.

"As apa nggak mau minum dulu? " tawarku, karena tidak mungkin kan aku membiarkan tamu ku diam saja dan tak disuguhi apa-apa.

"Yaudah buruan ah bikin, orange juice. Jangan lama-lama loh Kal!" tegasnya.

Hadeuh... Aku sampe geleng-geleng kepala. Sebenarnya siapa yang punya masalah? Kenapa jadi dia yang tidak sabaran begini?

Aku melangkah ke dapur untuk membuat dua orange juice. Satu untukku dan satu untuk Astri. Aku tidak terlalu banyak menambahkan gula karena aku dan Astri memang sama-sama tidak terlalu menyukai makanan atau minuman manis.

Begitu selesai aku langsung membawa dua orange juice itu ke depan dengan menggunakan nampan karena aku juga membawa beberapa camilan.

"Silahkan Mba Astri yang cantik. Yang tidak sabaran. " ujarku dengan menggodanya.

"Ck! Gue udah gereget duluan soalnya Kal. Gue benci banget tuh yang namanya pelakor. Gue inget ibu gue." ucapnya lemah diujung kalimatnya. Aku mengusap bahunya pelan. Aku tahu orang tua Astri juga memang berpisah gara-gara orang ketiga. Hingga ibunya di diagnosa sakit parah. Namun alhamdulillah setelah lepas dari ayahnya Astri. Beliau sehat kembali, dengan Astri yang banting tulang untuk biaya pengobatan ibunya. Aku benar-benar cukup bangga padanya. Dia bekerja sampai lupa pada dirinya sendiri, dia lupa dengan cinta pada lawan jenisnya. Dia lupa bahwa dia sudah memasuki kepala tiga dan belum berumah tangga.

"Ayo sekarang cerita sama gue." titahnya setelah meneguk orange juice nya. Aku mengangguk perlahan. Lalu aku menceritakan kembali kejadian itu. Hari dimana aku lupa akan sikap hormat ku pada Mas Hendri. Aku berkata kasar, aku menolaknya bahkan aku menganggapnya tidak ada. Tapi bukan salahku bukan? Karena semua yang aku lakukan atas dasar rasa sakit yang ku peroleh darinya. Dia yang memulainya lebih dulu. Dia yang memancingku. Apa aku salah dengan sikapku yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaanku? Apa aku yang salah karena tidak lagi bersikap layaknya seorang istri padanya, karena yang ku rasa bukan lagi cinta. Tapi luka. Luka yang entah aku pun tidak tahu kapan sembuhnya.

"Aku mempertaruhkan hatiku As, demi masa depan anak-anakku." setetes air itu kembali mengalir. Menunjukkan betapa sakitnya hatiku walaupun hanya sekedar mengingatnya. Aku mulai menunduk dan terisak.

"Kal... Ada saatnya kita harus mengalah. Tapi ada saatnya juga kita harus bertindak tegas pada sesuatu itu. Apalagi ini menyangkut hatimu. Aku yakin hatimu sudah patah berkeping-keping. Dia sudah mengkhianatimu. Sebesar apapun kata maaf. Pengkhianatan itu memang nyata ia lakukan. Bukan tidak sadar. Dia pasti sesadar-sadarnya melakukan itu. Dia menikmatinya Kalisa. Menikmati sesuatu yang tidak ia dapatkan ketika jauh disana."

Aku semakin terisak mendengar penuturan Astri. Benar. Mas Hendri menikmatinya. Bahkan sampai berbuah. Ya Tuhan....

Astri mulai meraih bahuku yang sudah bergetar hebat. Aku merasa punya seseorang sekarang. Seseorang yang kini bisa aku jadikan sandaran. Aku kembali menumpahkan semuanya disana. Dibahu Astri.

"Sabar Kal. Ini semua ada hikmahnya. Jika kamu memang benar-benar tidak kuat melewati ini semua. Ku mohon mundurlah."

Aku langsung mendongak dan menatap Astri. Aku menggeleng cepat dengan air mata yang bercucuran.

"Kenapa? " tanyanya.

"Tidak bisa As. Aku tidak bisa! "

"Kamu masih mencintainya? " Astri memandangku lekat. Mencoba mencari jawaban dari sorot mataku.

Aku menunduk. Jauh didalam lubuk hatiku, memang perasaan itu masih menggelora, namun dengan terpaksa harus ku kubur dalam-dalam, walaupun menyesekan dada. Delapan tahun bukanlah waktu yang sebentar. Aku sudah begitu hafal dengan segala seluk beluk lelakiku. Semua favoritnya bahkan menjadi favorit ku. Segala yang ada padanya aku suka. Begitu pun sebaliknya. Tapi kenapa? Kenapa kini hadir orang ketiga diantara kita.

"Kal. Benar kamu masih mencintainya? "

Aku malah semakin terisak kencang. Aku tak mampu menjawab pertanyaan Astri lagi. Kekecewaan yang mendalam sudah bersarang dihatiku. Tapi kenapa? Membencimu adalah hal yang sulit bagiku.

****

Sloww update yaaa guysss...

Jangan lupa tinggalkan jejak. Dan jangan lupa juga buat baca karya yang satunya #CintaLelakiBiasa ❤❤❤

Terimakasih 🌷🌷🌷

Terpopuler

Comments

💞DARRA💞💖

💞DARRA💞💖

sekuat kuatnya wanita tp klo diduakan lebih baik mundur, InsyaAllah akan ada kebahagiaan yg lebih hakiki Aamiin

2022-05-19

1

Tri Wijayanti

Tri Wijayanti

hidup itu pilihan tapi menghadapi tantangan hidup itu adalah ujian bukan hanya uji nyali tapi juga uji keimanan

2022-04-30

1

Nina Rochaeny

Nina Rochaeny

dulu suamiku juga selingkuh...langsung aq to the poin pilih dia atau aq,alhamdullilah aq yg terpilih...kita hrs tegas sebagai istri,andai suami pilih pacarnya kita tinggal bilang god by....emang laki cuma satu

2022-04-27

0

lihat semua
Episodes
1 Pertengkaran
2 Mencoba Ikhlas
3 Kekuatan
4 Berita Duka Lara
5 Aku Nyonyanya
6 Wanita Ular
7 Sayatan
8 Bayangan
9 Perasaan Gagal
10 Kewajiban Yang Gugur
11 Malaikat Penyelamat
12 Akankah?
13 Pelukan Rindu
14 Sandaran
15 Ide Gila!
16 Percintaan Menyeramkan
17 Balas? Tidak?
18 Biang Kehancuran
19 Pahlawan
20 Rencana
21 Meminta Adil
22 Awal
23 Permintaan
24 Let's play
25 Hiburan
26 Kekesalan Sela
27 Sudah jatuh, tertimpa tangga
28 Roti
29 Kebohongan
30 Pertengkaran lagi
31 Naluri Seorang Istri
32 Kalisa hamil lagi
33 Sakit perut
34 Tersindir
35 Cukup sampai disini
36 Kejutan terakhir
37 Batu berlian vs Batu koral
38 Bisa tanpa sosoknya
39 Akhirnya tahu
40 Mencari masalah
41 Sela juga bekerja
42 Lowongan pekerjaan
43 Hatiku lega
44 Pertemuan
45 Dunia kelam lagi
46 Persimpangan jalan
47 Ayah seorang pembohong
48 Pelampiasan kekesalan
49 Meminta pertolongan
50 Tatapan yang sama
51 Memaafkan
52 Malam Minggu malam panjang
53 Kecelakaan
54 Sadar Diri
55 Tunjukkan hanya untukku
56 Aku akan berjuang
57 Sah? SAH!
58 MP
59 Aku mencintaimu
60 PENGUMUMAN
61 New Story'
62 Menantang
63 Jangan ditutup
64 Ya Humairah
65 Permintaan (2)
66 Satu-satunya ratu
67 Biar rame
68 Bukan mandi biasa
69 Enak
70 Bantu kamu minum susu
71 Merah kaya tomat
72 Pindah
73 Bantu aku
74 Kalisa hanya milikku
75 Bersyukur
76 Aku harus waspada
77 Memperkenalkan Kalisa
78 Membawa Kalisa pergi
79 Tak sengaja
80 Membuat bulatan
81 Kabar
82 Muntah-muntah
83 Pemeriksaan
84 Bukan Kalisa
85 Kesukaanku
86 Tentang kembar
87 Mirip
88 Pertemuan (2)
89 Percaya atau tidak?
90 Sebuah jamuan
91 Menemani Rama bekerja
92 Tak percaya
93 Kenyataan
94 Papa atau bukan?
95 Tidak bisa tidur
96 Bertemu Ayah
97 Dua Putra Berharga
98 Ke Pemakaman
99 Akhir Kisah
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Pertengkaran
2
Mencoba Ikhlas
3
Kekuatan
4
Berita Duka Lara
5
Aku Nyonyanya
6
Wanita Ular
7
Sayatan
8
Bayangan
9
Perasaan Gagal
10
Kewajiban Yang Gugur
11
Malaikat Penyelamat
12
Akankah?
13
Pelukan Rindu
14
Sandaran
15
Ide Gila!
16
Percintaan Menyeramkan
17
Balas? Tidak?
18
Biang Kehancuran
19
Pahlawan
20
Rencana
21
Meminta Adil
22
Awal
23
Permintaan
24
Let's play
25
Hiburan
26
Kekesalan Sela
27
Sudah jatuh, tertimpa tangga
28
Roti
29
Kebohongan
30
Pertengkaran lagi
31
Naluri Seorang Istri
32
Kalisa hamil lagi
33
Sakit perut
34
Tersindir
35
Cukup sampai disini
36
Kejutan terakhir
37
Batu berlian vs Batu koral
38
Bisa tanpa sosoknya
39
Akhirnya tahu
40
Mencari masalah
41
Sela juga bekerja
42
Lowongan pekerjaan
43
Hatiku lega
44
Pertemuan
45
Dunia kelam lagi
46
Persimpangan jalan
47
Ayah seorang pembohong
48
Pelampiasan kekesalan
49
Meminta pertolongan
50
Tatapan yang sama
51
Memaafkan
52
Malam Minggu malam panjang
53
Kecelakaan
54
Sadar Diri
55
Tunjukkan hanya untukku
56
Aku akan berjuang
57
Sah? SAH!
58
MP
59
Aku mencintaimu
60
PENGUMUMAN
61
New Story'
62
Menantang
63
Jangan ditutup
64
Ya Humairah
65
Permintaan (2)
66
Satu-satunya ratu
67
Biar rame
68
Bukan mandi biasa
69
Enak
70
Bantu kamu minum susu
71
Merah kaya tomat
72
Pindah
73
Bantu aku
74
Kalisa hanya milikku
75
Bersyukur
76
Aku harus waspada
77
Memperkenalkan Kalisa
78
Membawa Kalisa pergi
79
Tak sengaja
80
Membuat bulatan
81
Kabar
82
Muntah-muntah
83
Pemeriksaan
84
Bukan Kalisa
85
Kesukaanku
86
Tentang kembar
87
Mirip
88
Pertemuan (2)
89
Percaya atau tidak?
90
Sebuah jamuan
91
Menemani Rama bekerja
92
Tak percaya
93
Kenyataan
94
Papa atau bukan?
95
Tidak bisa tidur
96
Bertemu Ayah
97
Dua Putra Berharga
98
Ke Pemakaman
99
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!