Amanda masih duduk dikursi panjang ditemani oleh Riana. Wajahnya tampak begitu pucat. Tubuhnya lemah dan ia juga merasa pusing karena terus menangis. Matanya terlihat sembab dan bengkak. Amanda menatap kelantai dengan tatapan kosong.
Suara ponsel Riana memecah keheningan sesaat. Segera Riana meraih ponselnya dari dalam tasnya dan menjawab panggilan teleponnya.
"Ya hallo Ma, ada apa?" Ucap Riana lembut menerima telepon dari mamanya.
"...."
"Aku sekarang sedang dirumah sa..." Belum selesai menjawab, Mamanya sudah memotong ucapan Riana.
"...."
"Apa? Apa harus sekarang Ma?" Tanya Riana dengan terkejut.
"...."
"Hah? Apa? Tapi Mam ...Hallo Mam! Mama?" Belum sampai menjawab tapi mamanya sudah menutup sambungan teleponnya. Riana menghela nafasnya berat menoleh kearah Amanda yang juga sedang menatapnya.
"Ada apa?" Tanya Amanda kepada Riana.
"Manda, mamaku baru aja pulang dan menyuruhku untuk siap-siap karena siang ini mamaku mau mengajakku ke luar kota ke tempat Om Herman." Jawab Riana dengan berat hati sambil menatap Amanda.
"Ya udah kalau gitu kamu pulang aja, Ana! Aku nggak apa-apa kok!" Ucap Amanda dengan menatap Riana.
Riana tidak langsung menjawab dan ia menatap Amanda sambil menitikan air matanya. Ia tau kalau sahabatnya ini sedang butuh seseorang untuk menguatkannya. Tapi ia harus pulang sekarang atas perintah ibunya.
"Riana, aku nggak apa-apa kok! Kamu pulang aja!" Lanjut Amanda sambil meraih tangan Riana dan menggenggamnya.
"Tapi Manda..kamu sendirian disini..kamu.."
"Udah sana pulang! Mama kamu pasti udah nungguin!" Sahut Amanda memotong ucapan Riana.
"Maafin aku Manda!" Ucap Riana sambil menangis memeluk erat Amanda.
"Kamu nggak perlu minta maaf, aku yang seharusnya berterimakasih ke kamu! Udah sana, kamu cepet pulang!" Jawab Amanda sambil melepaskan pelukan Rian.
"Kamu selalu kabari aku ya Manda!" Pinta Riana sambil mengusap air mata Amanda.
"Hmm, ya!" Jawab Amanda sambil mengangguk.
Riana kemudian bangkit dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan Amanda dengan perasaan yang begitu berat karena tidak bisa ikut mengantar jenazah Adam Jason ke peristirahatannya yang terakhir.
Tidak biasanya, mamanya menyuruhnya pulang dengan tiba-tiba dan memintanya ikut ke luar kota menemui Om nya yang tinggal disana. Biasanya, mamanya tidak pernah mengajaknya. Mungkin karena saat ini memang ada hal yang sangat penting hingga mamanya memintanya untuk ikut pikirnya.
Setelah kepergian Riana, Amanda pun beranjak dari tempat duduknya dan bergegas pergi karena jenazah ayahnya akan segera diangkat dan dimasukkan kedalam mobil jenazah untuk dibawa pulang ke rumah duka.
Tubuh Amanda gemetar dan ia merasa sangat lemas. Amanda berusaha untuk menguatkan dirinya.
Ayah, apa aku bisa hidup tanpa ayah? Ucap Amanda bertanya dalam hati.
Dipikirannya saat ini terus terbayang-bayang wajah ayahnya yang selalu tersenyum kepadanya. Amanda berjalan menyusuri koridor menuju lift.
Amanda berjalan dengan lemah dan tatapannya kosong. Langkahnya semakin melemah. Wajahnya yang tampak pucat, ia juga merasa semakin pusing mungkin karena terlalu banyak menangis.
Sesampainya didepan pintu lift yang terbuka, tiba-tiba tubuh mungilnya terhuyung dan terjatuh. Namun ia merasakan ada yang menarik tangannya hingga masuk kedalam lift dan tubuhnya menabrak tubuh seorang pria tinggi berdada bidang.
Amanda mencium aroma yang familiar ditubuh pria yang saat ini sedang mendekapnya. Perlahan ia melepaskan dekapannya dan menatap siapa pria yang telah menariknya yang hampir terjatuh barusan.
Pria itu menatapnya lekat dan pandangan mereka bertemu. Amanda pun seperti mengingat sesuatu saat menatap pria itu.
Ia memicingkan matanya menatap pria tersebut. Wangi parfum yang tidak asing di indera pemciumannya membuatnya semakin yakin kalau tebakannya benar.
"Apa kamu baik-baik aja?" Suara merdu dari pria itu membuat Amanda tersadar dari lamunannya.
Jantungnya seketika berdegup dengan kencang. Amanda mengerjapkan matanya dan menghindari tatapan dari pria itu. Amanda mengalihkan pandangannya ke arah pintu lift.
"Hemm ya, aku baik-baik aja, terimakasih." Jawab Amanda dengan mengalihkan pandangannya ke pintu lift.
Apa dia yang semalam membawaku ke Villanya? Tanya Amanda dalam hati.
Amanda menoleh dan mendongak menatap pria disampingnya itu. Saat ia menatapnya, pria itu masih menatap Amanda dan pandangan mereka kembali bertemu.
'Ting!'
Suara lift membuat mereka langsung mengalihkan pandangan mereka kearah pintu lift yang terbuka.
Amanda bergegas keluar dari lift tanpa menghiraukan pria yang telah menolongnya sekaligus memeluknya beberapa detik yang lalu.
Pria itu masih terus menatap lurus kearah langkah Amanda dari dalam lift sampai pintu lift tertutup rapat.
***
"Alex?" Sapa dokter Robert yang merasa terkejut atas kedatangan Alex kembali yang langsung masuk kedalam ruangannya.
Alex sengaja datang kembali ke rumah sakit untuk menemui dokter Robert setelah menurunkan Devan dipinggir jalan tadi.
Dan untuk kedua kalinya Alex dipertemukan dengan Amanda dengan cara yang sama. Amanda masih belum menyadari kalau pria yang semalam membawanya ke Villa tempat tinggalnya adalah Alex.
Kedatangan Alex menemui Dokter Robert karena ada hal yang ingin ia tanyakan.
"Apa kamu tau gadis ini?" Tanya Alex sambil menunjukkan layar ponsel yang menampakkan foto seorang gadis yang sedang mangis dikoridor rumah sakit.
Robert mengernyitkan keningnya saat melihat foto Amanda.
"Ya, aku tadi melihatnya dilantai tiga. Memangnya siapa dia?" Tanya Robert menatap Alex dengan serius karena tidak biasanya sahabatnya bersikap seperti ini dan jarang sekali menemuinya hanya untuk menanyakan seseorang apalagi seorang wanita dan bahkan Alex sampai mengambil fotonya.
Kalau pun ada perlu, Alex lebih memilih menghubunginya dan menyuruhnya untuk datang menemuinya bukan kebalikannya.
"Aku datang kesini untuk bertanya!" Ucap Alex menatap serius Robert.
"Oke, tunggu sebentar!" Pinta Robert yang langsung memahami maksud Alex.
Robert mengecek CCTV melalui kompiternya. Karena ia merupakan pimponan rumah sakit ini, jadi selain diruang CCTV, ia bisa melihat langsung rekaman CCTV didalam ruangannya.
"Oh, kalau tidak salah, dia anak dari pasien yang dikabarkan meninggal dunia saat dibawa kesini tadi karena serangan jantung!" Ucap Robert memberi tau Alex.
Robert mengambil berkas laporan tentang pasien yang belum lama ia terima. Ia memberikan berkas laporan tentang pasien yang bernama Adam Jason kepada Alex. "Ini riwayat penyakit dari Adam Jason, pasien yang meninggal saat dibawa kesini tadi!"
Alex menerima berkas tersebut dan membacanya. Disana terdapat alamat rumah dan nomor ponsel yang ia yakini milik Amanda. Ia pun menyimpan nomor ponsel tersebut di ponselnya membuat Robert menatap aneh pada Alex.
"Memangnya, siapa dia Lex? Apa kamu kenal dengannya?" Tanya Robert dengan menyelidik.
Alex menghela nafasnya panjang tidak berniat menjawab Robert yang selama ini menjadi teman baiknya sama seperti Devan dan Nicholas.
"Aku hanya ingin tau ini saja, terimakasih!" Ucap Alex yang tidak menanggapi pertanyaan Robert.
Alex kemudian beranjak pergi meninggalkan rumah sakit.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
ree
terbaik.,
2023-09-16
1
Bang Adit👻ᴸᴷ
bucinn sudah
2022-12-17
1
yayan
kasian manda demi tmnnya dia rela bohong sm papanya...ngk taunya tu terakhir kalinya manda gmg n izin sm pa2nya bt yg terakhir pst susah bt maafin diri sendiri krn ngerasa slh
2021-10-30
6