"Manda, kamu yang sabar ya, yang tabah! Jangan pernah merasa kalau kamu sendiri. Kita akan selalu ada buat kamu!" Ucap Meli sambil merangkul Amanda dan mengusap-usap lengannya.
"Iya Manda, kita harus ikhlasin Om Adam!" Sambung Nina.
Amanda duduk bersimpuh disamping makam ayahnya dengan menatap kosong namun air matanya tak henti-henti mengalir. Adam Jason baru saja dikebumikan ditempat pemakaman umum tidak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal Amanda.
Dari kejauhan, Alex memperhatikan Amanda yang masih terus menangis duduk disamping makam ayahnya. Setelah meminggalkan rumah sakit tadi, Alex langsung menuju kealamat tempat tinggal Amanda dan saat sampai, ia melihat jenazah Adam Jason sedang diangkat dibawa masuk kedalam mobil jenazah. Alex pun mengikutinya dari jauh hingga ke tempat pemakaman.
Alex kembali masuk kedalam mobilnya dan pergi.
***
Seminggu kemudian.
Amanda baru saja sampai didepan Kafe tempatnya bekerja. Ia langsung masuk ke ruangan atasannya untuk meminta maaf karena datang terlambat. Kini ia sedang berdiri menghadap sang atasannya didalam ruangan kerjanya.
"Maaf Pak Rudi, saya telat datang, karena tadi pagi saya ziarah ke makam ayah saya!" Ucap Amanda dengan pelan dan terlihat begitu sedih.
Rudi, atasan sekaligus pemilik Kafe tempat Amandan bekerja memang selalu baik kepadanya dan ia tidak mempermasalahkan alasan kenapa Amanda terlambat datang.
"Tidak apa-apa Manda. Kafe juga belum ramai. Kalau kamu masih belum siap untuk bekerja, kamu boleh ijin pulang." Jawan Rudi dengan penuh perhatian.
"Tidak Pak. Terimakasih banyak karena Bapak sudah memberikan cuti panjang untuk saya kemarin." Ucap Amanda dengan memaksakan senyumnya karena tidak dipungkiri kalau hatinya masih sangat sedih dan berduka. Ia selalu teringat ayahnya dan kesalahan yang ia lakukan kepada ayahnya sebelum ayahnya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
"Sama-sama Manda! Tapi apa kamu yakin sudah siap bekerja? Muka kamu pucat sekali." Tanya Rudi sambil beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Amanda lalu sedikit menunduk memperhatikan wajah Amanda yang memang terlihat sangat pucat.
"Ehm, saya baik-baik kok Pak." Jawab Amanda sambil mundur selangkah karena merasa tidak nyaman berdekatan dengan atasannya.
Tiba-tiba tubuhnya terhuyung dan hampir terjatuh kalau saja Rudi tidak sigap menangkapnya. Karena sebenarnya, Amanda sedang tidak enak badan beberapa hari ini. Namun ia memaksakan dirinya berangkat kerja. Bagaimana pun juga ia harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
'Ceklek!'
Suara pintu terbuka dari luar dan muncul seorang wanita berpakaian modis dengan menjinjing tas mahal bermereknya dan sepatu high-heels brandednya.
Wanita itu melotot saat melihat Rudi merangkul Amanda. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berjalan cepat kearah mereka dengan wajah yang sudah merah padam karena terbakar api cemburu. Amanda dan Rudi menoleh bersamaan melihat kearahnya.
"Kurang ajar!! Dasar perempuan murahan!! Begini ya ternyata kelakuan kalian?! Nggak tau malu!!" Ucap wanita itu berteriak memaki dan membentak Amanda hingga suaranya terdengar sampai luar ruangan. ia langsung menyeret tangan Amanda dan mendorongnya hingga tersungkur dilantai.
"Aawh!" Pekik Amanda saat jatuh tersungkur dengan keras.
"Vina, kamu apa-apaan sih?!" Bentak Rudi pada Vina yang merupakan istrinya sambil menahannya untuk menghentikan karena ingin menyerang Amanda kembali.
"Apa-apaan kamu bilang? Kamu yang apa-apaan! Jadi ini selingkuhan kamu hah?" Vina yang tersulut emosi ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Amanda berusaha bengkit berdiri dengan lemah.
"Ma-maaf Bu, saya ...."
'PLAKKK!!!'
Amanda meringis karena tiba-tiba Vina menamparnya dengan sangat keras hingga membuat tubuh mungilnya terhuyung dan hampir tersungkur. Sebelah wajahnya terlihat memerah dan sedikit bengkak. Amanda juga merasakan mati rasa pada sebelah wajahnya akibat tamparan Vina yang cukup keras.
"Vina! Cukup!" Bentak Rudi kembali sambil menarik Vina menjauhkannya dari Amanda.
"Kamu mau bela dia hah? Jadi ini alasan kamu, kenapa ahir-ahir ini kamu jarang pulang dan sering mengabaikanku?Ternyata kamu ada main dengan karyawanmu yang murahan ini hah??" Tanya Vina masih dengan suara keras membuat para karyawan yang diluar ruangan mendengar dan berbisik-bisik membicarakan tentang Amanda dan atasannya.
Air mata Amanda sudah mengalir deras. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Vina yang menyebutnya murahan.
"Aku bilang cukup!! Jangan bawa-bawa masalah pribadi kita kesini!" Tegas Rudi pada istrinya untuk menghentikan ucapan pedas yang keluar dari mulutnya itu.
"Kamu memang keterlaluan Mas! Kamu lebih bela perempuan murahan ini? Aku ini istri kamu Mas!" Ucap Vina sambil menangis dan memukul dada bidang suaminya.
Rudi hanya diam saja dan menghela nafasnya panjang untuk meredam emosinya.
Vina kemudian berbalik dan menatap tajam Amanda.
"Sekarang juga, kamu cepat pergi dari sini!! Kamu aku PECAT!!" Ucap Vina dengan keras membuat Amanda tersentak.
"Saya..permisi!" Ucap Amanda dengan suara bergetar dan langsung berlari keluar.
Teman-teman kerjanya yang sedari tadi mendengar dengan jelas keributan yang terjadi didalam ruangan atasannya, mereka berbisik-bisik.
"Pantas saja Pak Rudi baik banget sama dia, ternyata dia simpanannya!" Bisik teman kerjanya pada temannya yang lain.
"Iya, dasar pelakor!" Ucap teman lainnya menanggapi ucapan temannya.
Mendengar itu, hati Amanda semakin seperti diremas. Begitu perih.
Amanda berlari keluar meninggalkan Kafe tempat ia bekerja. Ia sudah dipecat dengan sangat terhina. Ia terus berlari sambil sesekali mengusap wajahnya yang basah karena air matanya yang tak kunjung henti mengalir. Penderitaan hidupnya begitu lengkap. Ia merasa tidak punya harapan dan tujuan lagi untuk hidup.
Kondisi Amanda sedang kurang sehat. Tubuhnya terasa begitu lemas. Ia baru saja mendapat tamparan keras sekaligus hinaan, membuatnya merasakan sesak dan sakit didadanya. Amanda juga merasa putus asa. Terlintas dipikirannya ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga dan menyusul kepergian ayahnya.
Ia menghentikan langkahnya dan menatap kosong kearah jalanan. Ia sama sekali tidak memperhatikan dan tidak peduli dengan jalanan yang begitu ramai kendaraan yang melintas. Perlahan ia melangkahkan kakinya menyeberangi jalan dan menghentikan langkahnya ditengah jalan.
'TIN..TIN..TIIIN!'
Suara klakson mobil begitu keras terdengar. Mobil sport mewah berwarna hitam berhenti tepat didepan Amanda dan hampir saja membuat tubuh mungil Amanda tertabrak. Amanda mengangkat wajahnya dan menatap kosong ke arah mobil yang hampir saja menabraknya kalau si pengemudi terlambat sedetik saja menginjak rem.
Amanda merasakan tubuhnya semakin lemas dan kakinya sangat lemas. Tiba-tiba saja ia terperosot jatuh dan terduduk bersimpuh diaspalan. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis seolah tidak mendengar suara bising klakson dari semua kendaraan memintanya untuk segera menyingkir karena telah membuat kemacetan dijalan raya.
...*****...
...Readers! Jangan lupa likenya ya! Terimakasih banyak sudah mengikuti dan selalu mendukung karya-karya saya! 🙏🏻😍❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Bang Adit👻ᴸᴷ
jangan nangis Mulu kasian mata tuhh..
kek dd aja cengeng 🤧🤧
2022-12-17
1
Tri Puji Hastuti
titik terendah seorang wanita tanpa seorangpun ada disisinya...
2021-10-15
0
amalia gati subagio
gw miris dgn karakter perempuan menyak menyek baper....🙈🙉🙊👊👊🤓😁🙄😤🙏💪💪
2021-10-12
10