****
"Apa ini semacam perjanjian pra nikah?" Yulia memicingkan mata. Menatap lelaki yang baru mengajaknya nikah tersebut. Mata elangnya kini terlihat sendu.
"Perjanjian pra nikah yang bagaimana maksud kamu? Dalam kamus aku gak ada kata seperti itu. Janji itu yang ada ya setelah nikah. Setelah ijab kabul itu. Gak ada yang namanya janji pra nikah." ucap Romi tegas.
"Lagian kalau dipikir pikir dari kita berdua tak ada yang dirugikan. Kamu janda dan aku duda. Sudah pernah merasakan yang namanya hubungan suami istri. Biarlah semua mengikuti alur seperti air yang mengalir."
"Baiklah, sekiranya cukup seperti ini pembicaraan kita. Aku beri waktu kamu berpikir, dan aku tunggu jawabmu esok lusa. Dan juga, besok kamu gak perlu datang kesini, pikirkan aja matang matang apa yang aku katakan tadi. Dan lusa kita ketemuan untuk membahas hal lebih lanjut. Sekarang pulanglah, dan ini kunci sepedanya, kamu pakai saja." Romi mengulurkan kunci motor yang tadi ia gunakan membonceng Yulia.
Diiih, ini sih perintah bos pada karyawannya, bukan permintaan selayaknya calon suami ke calon istri. Dasar! kayak kanebo baru dijemur, kaku.
Perlahan Yulia berdiri setelah mengambil kunci motor.
"Baiklah saya permisi!" Yulia berjalan gontai, namun baru dua langkah saat terdengar Romi memanggilnya lagi.
"Yulia, kamu bisa tanya Fani bagaimana dia memanggilku. Tapi aku minta kamu jangan memanggilku seperti kamu memanggil mantan kamu." Yulia yang berbalik mengerutkan alis.
Apa sih maksudnya nih orang. Pede banget aku bakal setuju menikah sama dia.
"Gak usah sering sering mengerutkan alis sama dahi, cepet keriput nanti kamu." Romi tersenyum garing, bermaksud bercanda namun Yulia malah melotot padanya.
Yulia segera keluar. Sebelum belok ia sempatkan diri menengok pada Romi dan lelaki itupun sedang menatap punggungnya. Senyam senyum gaje.
Sesampainya dirumah, Yulia segera membersihkan diri, tak sabar untuk curhat dengan sang ibu. Bagaimanapun juga ia tak mau salah langkah lagi.
"Buuu!" panggilnya membuka pintu.
"Ada apa Yul!" sudah isya belum?" kata ibu agak serak, sepertinya sudah mengantuk.
"Ibu udah ngantuk ya? Ya udah besok saja Bu! selamat istirahat!" Yulia sudah mau menutup pintu.
"Yul!"
"Aeh iya Bu! ibu tidur aja, maaf kalau Yulia ganggu." ibu bangkit dari tidurannya dan tersenyum melambaikan tangan pada Yulia.
"Kemarilah." Yulia pun mendekati sang ibu dan duduk ditepi dipan.
"Kamu mau bicara apa? katakanlah sekarang, siapa tahu besok sudah lupa, ketumpuk sama obrolan yang lain!" ibu seperti tahu kalau anaknya sedang memikirkan sesuatu.
"Yulia mau curhat Bu!"
"Hhmmm!"
"Iya, anggap aja ibumu ini Mamah Dedeh." canda Bu Kanti. Karena kesibukannya Yulia jarang ngobrol dan bercanda dengan ibu.
"Ih, ibu! Yulia serius nih!"
"Iya deh iya. Apa, katakanlah?"
"Bu, Yulia dilamar Bu!" ibu menatap tajam Yulia. Beberapa lama terdiam.
"Siapa?"
" Romi, anaknya Bu Alvi, yang punya swalayan. Menurut ibu gimana?" menatap ibunya yang juga menatap Yulia.
"Hmm, ibu sudah duga. Kamu deket sama ibunya. Anaknya juga lengket denganmu. Kemarin lusa Bu Alvi juga pernah datang kemari. Tanya tanya masalah perceraianmu." Tentu saja Yulia terkejut.
"Hah, benarkah Bu? Terus
dia tanya apa aja, dan apa jawab ibu." Yulia merapat pada ibunya, tak menyangka sepertinya bos Romi sama ibunya sudah merencanakan ini semua.
"Nggak kok, beliau cuman tanya kenapa kamu sampai dicerai sama suami kamu! Terus ya, ibu jawab setahu ibu, karena kamu belum bisa hamil sampai sekarang. Cuman itu jawaban ibu."
"Oiya, terus katanya tadi dia ngelamar kamu? Apa kamu lupa Yul, kamu baru sebulan pasca cerai. Bukankah harusnya sekarang kamu dalam masa Iddah ya? Apa kamu udah ngasih jawaban?" ungkap ibu membuat Yulia membulatkan netranya.
"Ya Tuhan, Bu! Kok aku bisa lupa ya, hal sebesar ini. Astaghfirullahaladzim." ucap Yulia penuh penyesalan. Ia benar benar lupa tentang kaidah wanita yang baru bercerai, baik cerai hidup maupun cerai mati.
"Lalu gimana dengan Romi atau ibunya. Apa mereka juga lupa dan tak tahu tentang hal itu?
"Maaf Bu, aku belum cerita ya sama ibu. Bos Romi itu muallaf sebelum menikah sama istrinya dulu. Dan kalau Bu Alvi sepertinya ia masih pada keyakinan lamanya. Jadi wajar kalau mereka tak tahu tentang hal itu." ibu mengangguk faham.
****
"Mbak Fani, aku mau tanya boleh?" Yulia memberanikan diri mengetik pesan pada Fani. Ia penasaran, bagaimana mbak Fani memanggil Romi.
Kenapa sih gak terus terang aja, maunya dipanggil gimana? Dipanggil 'Pak gak mau, dipanggil Bos, malah marah. Gerutu Yulia.
Tak lama terdengar pesan di hp Yulia.
"Tanya apa Yulia, kalau aku bisa jawab akan aku jawab!" segera Yulia mengetik balasan.
"Cuman mau tanya mbak, mbak Fani manggil Bos Romi gimana?"
Send.
"Gimana apa maksudnya Yul, aku gak ngerti!" Isshh.
"Maksud aku, mbak Fani manggil Bos Romi itu apa? Mas, Bang atau Aa atau yang lainnya?"
Agak lama baru ada balasan lagi.
"Ooo itu. Aku manggil dia, Bang Romi, emang kenapa Yul? Kepo aku!" memakai emoticon ketawa.
"Ah gak apa apa. Cuman nanya doang. Makasih jawabannya mbak. Selamat malam." setelah itu Yulia tak melihat hape lagi. ia men Silent hpnya.
Yulia yakin yang di sana sedang mengerutkan dahi. Heran.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Afseen
abang romi, kaya judul lagu rita sugiarto😁😁😁
2021-11-16
0
Yeni Eka
Yah, terus ga bs nikah dulu dong, belom selesai masa idah
2021-09-13
1
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
smngt thor dtunggu feddbacknya
2021-08-09
0