*****
"Yulia, aku ingin bicara sama kamu sebentar, gak apa apa kan?" mbak Fani berkata tiba tiba, saat semua karyawan sudah pulang. Tinggal Yulia, dan mbak Fani. Tentu saja juga dengan Bos Juteknya, karena mobilnya masih terparkir rapi. Mungkin ia masih diatas bersama anaknya.
Yulia mengangguk mengiyakan mbak Fani. Walau Yulia sebenarnya merasa sedikit was-was, karena tadi pagi dia telat datang.
"Yulia! Sebagai karyawan baru, kami perlu tahu identitas kamu. Apa status kamu, dimana rumah kamu?" Yulia diberondong pertanyaan oleh mbak Fani. Yulia mengangguk lagi. ia lega karena tadi berpikir ia akan ditegur karena keterlambatannya. Ternyata bukan masalah itu.
"Nama saya Yuliana mbak" Lalu Yulia mengeluarkan dompet dari Sling bag nya. Mengambil kartu identitas dan menyerahkannya pada mbak Fani dihadapannya. Fani membaca dengan teliti, lalu mengeluarkan hapenya. dan memfoto kartu itu.
"Eh, tapi untuk alamat rumah itu alamat lama mbak. Itu alamat rumah mantan suami aku, dan sekarang aku tinggal dirumah ibu aku. Deket kok dari sini. Biar aku catat alamatnya ya!" Mbak Fani mengangguk. Fani menyerahkan kertas dan pulpen pada Yulia.
"Mantan? Jadi kamu...?"
" Iya mbak, aku menyandang status janda baru beberapa hari lalu. Suami aku menceraikanmu karena aku belum memberikannya keturunan, di tahun ketiga pernikahan kami." ujar Yulia menunduk. Ia lalu membungkam mulutnya sendiri. Duuhh. Bisa bisanya aku nyerocos tentang statusku yang janda.
"Maaf mbak Fani." Yulia salah tingkah. Menyesal tentu. Ia sudah menulis alamatnya dengan lengkap. lalu menyodorkannya pada mbak Fani.
"Ah, maaf. Bukan maksud aku membuatmu sedih, aku hanya menjalankan kewajibanku. Walaupun ini cuma swalayan kecil, tapi identitas karyawan harus jelas. " kata mbak Fani menetralkan suasana.
Yulia mengangguk. "Iya mbak, tak apa. Memang seharusnya begitu." Yulia menyodorkan kertas yang berisi alamat rumahnya. Mbak Fani terlihat mengangguk angguk.
"Ya sudah, Terima kasih atas kerjasamanya Yul, anggap aja aku teman kamu. Gak perlu sungkan sungkan ya? Disini kita satu tim. Harus bekerjasama dengan baik. Tak ada istilah senior dan junior." kata mbak Fani terlihat tulus dan tersenyum.
" Ya udah, kamu boleh pulang sekarang. Sampai jumpa besok ya Yul! Hati hati dijalan. Serentetan kata kata itu menenangkan Yulia. Aman. Pikir dia. Yulia lalu segera undur diri dari hadapan mbak Fani.
"Oh iya mbak Fani saya lupa." baru beberapa langkah kaki Yulia membalikkan badan dan mendekati Fani.
"Ada apa lagi Yul?" Fani yang sedang mematikan komputer menoleh.
"Maaf mbak, kalau boleh tahu siapa ya namanya Bos. Aku kan kerja disini, tapi gak tahu siapa namanya. Di sini cuman dia saja yang saya tidak tahu namanya." Fani tertawa, merasa lucu dengan pertanyaan Yulia. Yulia jadi merona merah pipinya karena malu. Menyesal telah menanyakannya pada mbak Fani. Harusnya ia tanya sama Lasmi, Yeni atau Risma saja.
"Ya sudah mbak, gak jadi pengen tahu namanya bos. Aku panggil aja Bos jutek." ucap Yulia manyun.
"Hahaha Yulia, kenapa gak kamu tanya langsung sama si bos, siapa namanya. Itung itung ngajak kenalan gitu." Yulia tak menanggapi keisengan mbak Fani. Ia sudah berdiri dan mau pamit.
"Ok. Ya udah aku kasih clue aja ya, nama bos kita seperti nama pasangannya Yuli. Kisah romantis sepasang pengantin remaja tahun 70 An itu loh!" Yulia mengerutkan alis tak mengerti.
"Ah mbak Fani kok malah bikin teka teki gimana sih mbak? Mana saya tahu film tahun segituan Aku kan belum lahir." Fani tertawa lagi menggoda Yulia.
"Itu tuh orangnya muncul. Tanya aja langsung sama yang punya nama."
" Mas, ajakin kenalan dong karyawan barunya? Dia pengen tahu namamu , tapi malu tuh." ucap Fani karena bos jutek tiba tiba muncul.
"Mbak Fanniiii!" merona merah karena malu muka Yulia. Frontal banget ngomongnya. Fani senyum senyum. Lelaki itu terlihat kaget, namun sedikit senyuman tersungging dari bibirnya.
"Oh, saya Romi!" lelaki yang telah jadi bosnya itu mengulurkan tangan. Sedikit tersenyum. Berbeda 180 derajat saat tadi dan kemarin. Yulia jadi gelagapan.
Sa-saya Yulia, Bos. Maaf, saya gak ada maksud,,," menerima uluran tangan Romi dan segera melepasnya. Bos jutek yang ternyata bernama Romi segera menuju meja kasir dan tak menggubris omongan Yulia. Ia menghidupkan kembali komputer dan asyik mengutak atik komputernya tanpa memperdulikan Yulia maupun Fani lagi. Yulia dongkol dalam hatinya.
"Tuh kan! Kalian pasangan yang serasi, Romi sama Yuli. Mereka itu kan pasangan fenomenal Zaman baheula. " mbak Fani masih tersenyum usil.
"Ya, sudah selesai 'kan mbak Fanni? Saya permisi pulang sekarang." ucap Yulia kesal. Ingin rasanya ia langsung pergi, tapi tak sopan.
Yulia menatap Romi bermaksud untuk pamit, dan ternyata Romi juga sedang meliriknya sebentar. Belum juga Yulia membuka mulut Romi sibuk lagi dengan komputernya.
"Ya udah, saya benar benar permisi Assalamu Alaikum." Yulia beranjak pergi tanpa menoleh lagi ke belakang. Saat diteras swalayan Ia melihat mobil Bos jutek udah bergeser dari tempatnya.
Ia melangkah menuju trotoar, namun berhenti karena sebuah kepala menyembul dari dalam mobil.
"Tante Yulia! Tante Yulia mau pulang ya?" ternyata bos kecil, Shila.
"Eh Shila. Iya nih Shila, tante mau pulang. Selamat malam Shila!" kata Yulia melambaikan tangan pada Shila. Shila pun membalasnya dengan melambaikan tangannya juga.
"Tante, naik apa Tante?" tanyanya lagi.
"Tante jalan kaki Shila, rumah tante deket kok. Sambil olahraga biar jadi sehat." ujarnya sambil tersenyum pada Shila. Didalam mobil ternyata Shila bersama dengan seorang wanita setengah baya dengan rambut yang diwarnai. Coklat. Wanita itu tersenyum pada Yulia dan Yulia membalas senyumnya.
Mirip.
Apa itu ibunya bos jutek Romi? Kalau iya sungguh berbeda dengan anak dan ibunya. Mereka terlihat ramah dan murah senyum. Tidak seperti laki laki itu. Yulia.
Yulia berjalan kaki menyusuri trotoar jalan raya yang cukup ramai oleh pejalan kaki maupun pedagang kaki lima. Badan rasanya pegal semua. Mungkin karena selama ini ia belum pernah bekerja sampai selarut itu. Dulu sebelum menikah dengan Wahyu, ia sempat bekerja di sebuah pabrik makanan kemasan yang jam kerjanya tak selama di swalayan. Hanya jam 8 pagi sampai jam 4 sore.
Yulia jadi berpikir, berapa ya kira kira gajinya? namun ia segera menepis semua pikirannya. Berapapun gajinya ia akan terima dengan senang hati dan semoga bisa mencukupi kebutuhannya dan ibu. Ingin rasanya Yulia meminta ibu untuk berhenti jualan.
Ia lalu teringat kejadian tadi.
Pikirannya menuntun Yulia untuk menengok ke sebelah kiri, sebuah bangunan cukup mewah bertuliskan 'Zoya Salon & Rias Pengantin'. Dari kejauhan ia melihat sepasang pria dan wanita yang keluar dari salon itu bergandengan mesra. Ia mengenali postur tubuh lelaki itu, karena pria itu pernah mengisi hidupnya selama 3 tahun dan baru beberapa hari lalu berpisah. Lebih tepatnya dia yang minta pisah secara sepihak.
Ya, yang Yulia lihat adalah mantan suaminya, Wahyu bersama seorang perempuan bergandengan mesra, mereka tampak bahagia. Apakah mereka akan segera menikah? Mengingat yang mereka datangi adalah tempat salon pengantin?
Yulia sudah tak bisa membendung air matanya. Nyatanya ia belum bisa sepenuhnya merelakan pria itu, walau ia sudah menyakiti hatinya, menorehkan luka yang begitu dalam. Menyayat hatinya dengan sembilu tajam.
Yulia menunduk agar mukanya tak terlihat jelas, ia berdiri agak jauh dari lampu jalanan. Mengikuti gerak langkah dua sejoli itu menuju mobil, sang pria membukakan pintu mobil untuk gadisnya, yang tak pernah ia lakukan pada Yulia. Membuat dadanya sesak dan buliran bening dari matanya jatuh lebih deras lagi.
Mobil itu keluar dari halaman parkir dan melewati Yulia yang menatap mereka yang terlihat tersenyum berdua, tak pernah sadar akan kehadirannya saat ini.
Ia menyeka air matanya.
Tega sekali kamu, mas? setelah apa yang aku korbankan untukmu selama ini, kau campakkan aku begitu saja. Karena keinginan kalian yang ingin segera menimang bayi. Sama halnya dengan diriku, aku pun ingin. Sangat ingin. Tapi kalian tak memberiku kesempatan, dan kau malah memilih wanita lain tanpa berjuang untuk kita berdua.
Sekali lagi ia menyeka air matanya, bahkan sekarang inguspun ikut keluar. Ia mengusap dengan ujung jilbabnya karena tadi ia lupa membawa tisu. Ia berjalan lagi mau menyeberang jalan, berbelok kearah gang menuju rumah ibunya.
Namun tanpa disangka dari arah kanan sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang. Namun Yulia terlanjur menyeberang beberapa langkah dan...
"Aaaa! Allohu Akbar!"
\=\=\=\=\=\=\=\=
To be continued.
Jangan lupa ritualnya ya, kawan
like
komen
gift bunga mawar atau kopinya. Biar author receh ini semangat
Bye bye....
Seperti sebuah kaca yang jatuh dan retak, ia tak kan pernah bisa kembali lagi seperti pada awal mulanya. Pasti banyak cacat di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Rembulan Jingga
👍
2024-05-15
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Apa it mobil Bos Duren Yaa, 🤔
ad sedikit typo kk Thor,
"Suami aku menceraikanmu karna aku belum,,,, "
Maaf,,,, 🙏
2021-10-03
0
Yeni Eka
Ya Ampin6si sweet Romi dan Yuli
2021-08-31
0