Bab 4.Menginap

****

"Nduk, tangis Nduk! wis bengi. Ndang baliko." (Nak, bangun Nak, sudah malam. Cepatlah pulang)! Seseorang mengguncang tubuh Yulia. Ia mengerjapkan matanya, merasa asing dengan tempatnya, saat ini. Ia lalu memandang dirinya sendiri yang ternyata masih memakai mukena. Seorang ibu tua tersenyum dihadapan Yulia yang langsung bangun dari tidurannya.

Ah, rupanya aku ketiduran di Mushala. Aku kelelahan menangisi nasibku tadi.

"Iki piye, kok malah ngalamun mbak'e!" seru ibu tua itu. (Ini gimana kok malah ngelamun mbaknya.)

"Ah, iya Bu, maaf saya ketiduran. Ibu nungguin saya ya tadi? Duuh, saya benar benar minta maaf." Yulia merasa tak enak hati. Dengan cepat ia bangun.

Ibu itu tersenyum yang menampakkan beberapa giginya. Karena memang sudah ompong.

"Nggak papa Nduk, ibu gak tega ninggalin kamu sendiri yang tertidur nyenyak disini. Takutnya ada orang berniat jahat. Apalagi kamu kan Ayu dan putih begini, pasti banyak laki laki iseng yang menggoda kamu. Jangan sampai kamu ketahuan sama orang seperti mereka. Terus kamu diapa apain."

Alasan ibu tua itu tetap di mushala menungguinya membuat hati Yulia terenyuh. Padahal ia tidak mengenal Yulia, bisa saja ia meninggalkannya dalam kesendirian. Betapa baiknya wanita ini.

Tatapannya sendu. Mata Yulia juga udah terasa berat karena bengkak terlalu banyak menangis.

"Yo wis, ini sudah jam 10 malam. Kamu pulanglah dulu. Nggak baik anak gadis keluyuran malam malam." Yulia bingung. Tak mungkin ia pulang sendirian semalam ini. Ibunya pasti terkejut dan Yulia tak menginginkan itu terjadi. Iapun menoleh di seluruh ruangan mushala.

"Kalau saya menginap disini kira kira aman gak ya, Bu?" Tanya Yulia menemukan ide, tapi ia sendiri tak yakin. Ke hotel pun tak mungkin. ia tak punya banyak uang saat ini. Selama menjadi istri Wahyu, ia hanya menjadi ibu rumahtangga.

"Jangan Nduk! memang rumahmu jauh ya, kok malah mau nginap disini?" selidik ibu tua itu.

"Saya harus naik angkutan buat pulang ke rumah, Bu!" Ibu itu kaget.

"Oh, jadi rumahnya jauh to? Gimana kalau malam ini kamu tidur dirumah saya Nduk, apa ibumu kira kira bingung nyariin ndak?" Yulia berpikir sejenak.

"Ibu sendiri gimana? Anak atau cucunya gak keberatankah kalau saya nginap di rumah Ibu. Saya sendiri juga ngeri kalau harus pulang malam malam begini."

Ibu itu tersenyum. "Gak ada yang marah. Wong saya sendirian dirumah. Anak sama cucu saya satu satunya meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan. Dan suaminya balik ke tempat tinggal orang tuanya. Aku dengar sih dia udah nikah lagi Nduk." Terang ibu itu. Yulia terkejut, tak menyangka jika ibu itu hidup sendirian. Ia jadi teringat ibunya sendiri.

"Maaf ya, ibu. Saya bukan bermaksud membuka kesedihan ibu lagi." ibu itu langsung menggeleng.

"Nggak nak, saya sudah ikhlas ditinggal oleh suami dan juga anak cucu ibu. Ibu cuma bisa pasrah. Nasib ibu memang seperti ini."

"Oiya dari tadi nyerocos tak jelas, tapi gak tahu namanya. Kamu bisa panggil saya Bu Darsih." Wanita tua yang ternyata bernama Bu Darsih menyalami Yulia.

"Saya Yulia Bu! Waah, ternyata nasib saya tak jauh beda dengan Bu Darsih. Selama ini saya merasa nasib saya adalah yang terburuk di dunia ini." Bu Darsih tersenyum mendengar penuturan Yulia. Dimata Bu Darsih, Yulia terlalu sempurna secara fisik untuk menderita. Tapi memang iya, terkadang kesempurnaan fisik tak menjamin keluarga dan rumahtangganya bahagia. Ada orang yang biasa biasa saja, tak cantik atau tak tampan namun tidak juga buruk rupa. Tapi kehidupan asmara dan rumahtangganya ayem tenteram, gemah Ripah loh jinawi. Itu mungkin juga tergantung dari pribadi masing masing orang. Eh, kok malah nyerocos gak karuan. 😂😂

Yulia mengikuti langkah Bu Darsih, beberapa saat kemudian, kira kira dua ratusan meter menuju gang sempit dan agak becek. Karena terlihat jalan setapak yang mereka lalui itu, warga sekitar melakukan aktifitas cuci mencuci, seperti cuci baju, cuci piring juga cuci sepeda, dipinggir gang. Yang cuma ada saluran air pembuangan sangat kecil Tak terbayangkan jika hujan lebat, air mengalir dijalan gang itu yang membuat jalan rabat sering kali cepat rusak terkena gerusan air hujan.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka telah sampai disebuah rumah sangat sederhana. terbuat dari setengah dinding bata bagian bawah, dan dari anyaman bambu bagian atasnya. Atapnya dari asbes dan tanpa di plafon.

Perabot perabot rumah pun sangat sederhana, bahkan bisa dibilang banyak yang usang.

"Maaf Nak Yulia, rumah ibu cuma seperti ini, tapi paling tidak untuk malam ini kau lebih aman disini daripada tidur di mushala." ucap Bu Darsih membereskan baju yang belum sempat dibereskan sehabis di cuci. Tergeletak asal di kursi ruang tamu.

"Tak apa Bu, rumah ibu saya juga sederhana. Beliau seperti ibu, tinggal sendiri di rumah. Karena saya ikut suami, dan kakak saya juga sudah menikah dan tinggal di kontrakan dipinggiran kota." ucap Yulia merendah. Bu Darsih hanya ber-oh ria.

Lalu Bu Darsih mempersilakan Yulia duduk di kursi, sedang dirinya pamit untuk masuk kedalam, membereskan tempat yang akan Yulia pakai untuk menginap.

Tak butuh waktu lama, Bu Darsih kembali dengan membawa secangkir teh hangat.

"Sekali lagi maaf ya Yulia, ibu cuma ada teh, silakan diminum. Biar perutmu hangat." Setelah meletakkan cangkir didepan Yulia, Bu Darsih duduk di kursi berhadapan dengannya.

"Ya Alloh, ibu kok repot repot bikinin saya teh sih Bu. Tapi terimakasih, karena saya memang haus." Yulia nyengir kuda. Kalimat awal seolah olah menolak, tapi ujung ujungnya berterimakasih dan ia membutuhkan air untuk membasahi tenggorokannya.

Kruuuk! Terdengar suara perut berbunyi. Yulia tersenyum menahan malu, tadi dia memang belum makan malam. Ditambah lagi menangisi nasibnya membuat ia lupa makan.

"Ah, Yulia. Ibu punya beberapa mie instan, ibu mau memasaknya untuk makan malam. Kau tak apa kan makan mie instan?" tawar Bu Darsih sambil tersenyum memperlihatkan beberapa giginya yang sudah banyak yang tanggal.

"Apa biar saya saja yang masak Bu, dimana dapurnya? Gak enak saya terus nyusahin ibu." Yulia telah berdiri. mau mengikuti Bu Darsih.

"Baiklah, ayo kita ke dapur." ajak Bu Darsih. Mereka melewati lorong kecil dengan kamar yang berhadapan.

"Kamu bisa menaruh tasmu di kamar sini Yulia, sekaligus tempat nanti kamu tidur." Bu Darsih membuka pintu. Terlihat sebuah ranjang berukuran kecil dan dengan kasur tipis melapisinya. Disisi tempat tidur ada sebuah lemari plastik ukuran kecil juga.

"Terimakasih banyak ya Bu, saya tak tahu andai saya tak bertemu Bu Darsih, mungkin saya bakal tidur di emperan toko. Atau di mushala tadi. " Bu Darsih cuma tersenyum.

"Katanya lapar, ayo kita masak mie dulu. Tetangga disini banyak yang baik hati pada ibu. Mereka sering memberi ibu mie, telur ataupun beras." Bu Darsih bercerita sambil menggandeng Diah ke sebuah dapur sederhana. Mengambil panci kecil dan mengisinya dengan air, dan menyalakan kompor. Lalu Bu Darsih mengambil sesuatu dari sebuah kardus diatas meja, yang ternyata dua bungkus mie instan rasa soto dan dua butir telur.

Setelah agak lama menunggu dan air tak kunjung mendidih, Yulia menundukkan kepala, melihat ternyata tak ada api dibawah panci.

"Yaah, Bu. Ternyata lpg nya habis. Mana udah malam. Apa masih ada warung yang dekat dan masih buka menyediakan lpg semalam ini?" Tanya Yulia. Ia harus masih menahan lapar malam ini.

"Jauh neng, ada ind*m*rt buka 24 jam. Tapi tempatnya jauh. Ah, ibu ingat, kemarin ada Bu RT ngasih roti sama ibu. Dan belum ibu buka. Bisa buat ganjal perut malam ini daripada jauh jauh nyari LPG." Ibu Darsih mencari cari didalam kardus yang tadi. Dan menemukan sebungkus roti basah lumayan besar. Cukup kenyang jika dimakan dua orang.

Setelah Bu Darsih membagi roti menjadi dua bagian menggunakan pisau, merekapun kembali ke depan dan memakan roti bersama teh.

Benar dugaan Yulia , ia cukup merasa kenyang makan setengah bagian roti. Lalu Bu Darsih meminta Yulia untuk istirahat di kamar karena hari sudah larut malam.

Keesokan harinya, seusai shalat subuh. Yulia pamit untuk membeli LPG, ternyata hanya didepan gang tempat rumah Bu Darsih dan toko sudah buka. Di sana juga menyediakan sayuran segar.

Yulia pulang dengan membawa seikat kecil kacang panjang, terung dan seiris tempe.

"Bu, saya beli sayuran ini buat dimasak. Ada bumbu dapurnya kan, Bu!" tanya Yulia meletakkan belanjaannya diatas meja. Lalu memasang tabung LPG pada regulator.

Bu Darsih mengangguk. "Kamu kok repot repot beli sayur sih Yulia. Tadi ibu mau memetik sawi disebelah rumah. Itu saya yang tanam. Ya sudah berarti ibu gak jadi petik sayurnya." Memang ada beberapa pohon sawi disebelah rumah ditanam menggunakan polibag.

"Kalau begitu sawinya di buat sayur besok aja Bu!"

"Bismillahirrahmanirrahim." ucap Yulia sebelum mencoba menyalakan nya.

Dengan cekatan Yulia memasak.

Setelah nasi matang, sayur dan beberapa potong tempe goreng tersaji diatas meja, Yulia mengajak Bu Darsih untuk sarapan. Bu Darsih hanya mengambil sayur saja untuk dimakan dengan nasi.

"Bu, ini tempenya dimakan! Enak loh Bu, tempenya!" Yulia menyodorkan piring tempe dihadapan Bu Darsih, dengan maksud biar Bu Darsih mengambil untuk lauk.

"Saya mana bisa makan tempe goreng, Yulia. Gigi saja cuman beberapa!" Bu Darsih bermaksud bercanda sambil tersenyum.

"Ya Alloh Bu, maaf ya! Saya tak ingat. Sekali lagi saya minta maaf. Kalau begitu Bu Darsih lauk kerupuk ya, biar saya belikan dulu. " Yulia sudah berdiri bermaksud meninggalkan meja makan. Tapi tangan Bu Darsih menahan Yulia untuk beranjak.

"Gak usah Yul, saya biasa kok cuma makan sama sayur, gak masalah buat ibu. Kamu gak usah terlalu memikirkan ibu. Baiklah, saya akan ambil tempenya. "

Bu Darsih mengambil tempe itu. Mereka makan menggunakan tangan. Walau masakan cuma sederhana, tapi terasa nikmat.

Bu Darsih memencet mencet tempe itu sebelum ia memasukkan kedalam mulut.

"Sudah sangat lama ibu gak makan tempe. Ini enak sekali Yul." kata Bu Darsih setelah memakan satu suapan nasi yang ada tempenya. Yulia merasa tidak enak hati. ia tahu Bu Darsih hanya ingin menyenangkannya.

\=\=\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

Nyai iia

Nyai iia

4 like..

"Skenario Cinta Nyai"

2021-07-22

1

KOHAPU

KOHAPU

semangat

2021-06-14

1

ratu adil

ratu adil

tu tu kshan thor lau ada orng yg tinggal sndirian...dlu bhkan peenhnkrn ksihan aq nemni nenek2 tdur cma ber2...jka ankx dtang aq pindah nemni nenek lainx yg jga tdur sndirian...pgi ngtr k pasar jualan daun...skrng 1 nenk yg oeng punx ninggal aq d warisi 1 betak dan rumah....yg 1x msh hdup muga alloh ngsh ksmptn aq ngjak dia umroh akhjr thn

2021-06-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cerai dan Diusir
2 Bab 2. Masa Indah
3 Bab 3.Periksa ke Dokter
4 Bab 4.Menginap
5 Bab 5. Menyesal
6 Bab 6. Gadis kecil yang Imut
7 Bab 7. Telat
8 Bab 8. Siapa Nama Bos?
9 Bab 9. Hampir Saja
10 Bab 10. Makan Malam
11 Bab 11. Ibu Sakit
12 Bab 12. Telat (lagi)
13 Bab 13. Jodohmu di tangan anakmu
14 Bab 14. Menginap
15 Bab 15. Dua Sisi
16 Bab 16. Jangan Panggil Pak
17 Bab 17
18 Bab 18. Ayo kita nikah
19 Bab 19. Aku di lamar.
20 Bab 20.Menyatakan perasaan
21 Bab 21. (di) Belanja (in)
22 Bab 22. Benar Kata Ibu
23 Bab 23. No Titel
24 Bab 24. Insiden
25 Bab 25.
26 Bab 26.
27 Bab 27. Bertemu lagi
28 Bab 28. Luka Lama Berdarah Kembali
29 Bab 29. Tambah Masalah
30 Bab 30. Bonus visual
31 Bab 31. Kedatangan Saudara
32 Bab 32. Melamar
33 Bab 33. Melamar 2
34 Bab 34. Menentukan Jawaban
35 Bab 35.
36 Bab 36. Nostalgia dengan cerita sebelah
37 Bab 37. Nostalgia dengan Cerita Sebelah 2.
38 Bab 38. Apakah ini Jawaban?
39 Bab 39. Shila Sakit.
40 Bab 40. Iya, Saya Terima.
41 Bab 41.
42 Bab 42.
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46.
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54.
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102.
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106.
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118.
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Kedatangan Tamu Dari Jauh
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1. Cerai dan Diusir
2
Bab 2. Masa Indah
3
Bab 3.Periksa ke Dokter
4
Bab 4.Menginap
5
Bab 5. Menyesal
6
Bab 6. Gadis kecil yang Imut
7
Bab 7. Telat
8
Bab 8. Siapa Nama Bos?
9
Bab 9. Hampir Saja
10
Bab 10. Makan Malam
11
Bab 11. Ibu Sakit
12
Bab 12. Telat (lagi)
13
Bab 13. Jodohmu di tangan anakmu
14
Bab 14. Menginap
15
Bab 15. Dua Sisi
16
Bab 16. Jangan Panggil Pak
17
Bab 17
18
Bab 18. Ayo kita nikah
19
Bab 19. Aku di lamar.
20
Bab 20.Menyatakan perasaan
21
Bab 21. (di) Belanja (in)
22
Bab 22. Benar Kata Ibu
23
Bab 23. No Titel
24
Bab 24. Insiden
25
Bab 25.
26
Bab 26.
27
Bab 27. Bertemu lagi
28
Bab 28. Luka Lama Berdarah Kembali
29
Bab 29. Tambah Masalah
30
Bab 30. Bonus visual
31
Bab 31. Kedatangan Saudara
32
Bab 32. Melamar
33
Bab 33. Melamar 2
34
Bab 34. Menentukan Jawaban
35
Bab 35.
36
Bab 36. Nostalgia dengan cerita sebelah
37
Bab 37. Nostalgia dengan Cerita Sebelah 2.
38
Bab 38. Apakah ini Jawaban?
39
Bab 39. Shila Sakit.
40
Bab 40. Iya, Saya Terima.
41
Bab 41.
42
Bab 42.
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46.
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54.
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102.
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106.
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118.
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Kedatangan Tamu Dari Jauh
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!