Bab 11. Ibu Sakit

⚕️⚕️⚕️⚕️

Pagi itu Yulia bangun sedari Subuh, setelah menunaikan kewajiban nya, ia keluar kamar dan mendapati dapur masih kosong.

Apa ibu sudah pergi ke pasar?

Tak biasanya ibu gak pamit jika mau ke pasar.

Oiya, bukankah tadi malam ibu mengeluh sakit ya?

Yulia bergegas ke kamar ibunya.

Tok tok tok!

"Ibu!"

Tak ada jawaban saat ia mengetuk pintu. Yulia kemudian membuka pintu kamar karena perasaannya tak enak.

"Ibu! belum bangun rupanya." monolog Yulia sambil mendekati sang ibu.

"Ibuu!" lirih Yulia memanggil, lalu sang ibu membuka matanya.

"Yulia! Badan ibu lemas." ucap ibu setelah membuka mata. Sayu. Buru buru Yulia menyentuh dahi, tidak panas.

"Ibu memangnya kenapa? Ya Alloh ibuu! Pucat sekali ibu!"

Gimana ini?

"Ah ibu! Biar Yulia ambilkan air anget dulu ya, Bu!" Yulia beranjak tergesa keluar kamar dan menuju dapur untuk membuat teh.

"Ayo, Bu! diminum teh angetnya." Ibu berusaha bangun lalu menggeser tubuhnya bersandar ditembok, ia lalu meminum teh dan habis setengah gelas.

"Gimana Bu, apa yang ibu rasakan sekarang?" tanya Yulia penuh kekhawatiran. Hanya ibu yang ia punya saat ini.

"Ibu lemes Yul, rasanya ibu gak ada tenaga buat gerakin badan ibu!" Terlihat ibu berusaha mengangkat tangannya. Tapi sangat sulit.

"Kalau gitu, ibu istirahat dulu jangan kemana mana ya? Yulia mau belikan bubur dulu di tempat mbak Munaroh. Dia masih jualan kan Bu?" Ibu Yulia yang bernama Bu Kanti itu mengangguk.

Yulia setengah berlari pagi itu, berjarak dua ratus meter dari rumahnya mbak Munaroh jualan bubur ayam. Sesampainya di sana ternyata ada beberapa orang yang juga mengantri.

Beberapa menit giliran Yulia yang dilayani.

"Buburnya dimakan di sini apa dibungkus mbak?" tanya penjual bubur tanpa menengok.

"Dibawa pulang mbak, satu aja." penjual itu mengangguk. Dan setelah selesai menyerahkan pada Yulia.

"Lima ribu mbak!" penjual itu kaget setelah tahu siapa pembelinya.

"Yulia!" Mbak Munaroh berseru dengan tersenyum. Yulia memberikan uang pecahan 20 ribuan setelah menerima bungkusan.

"Eh, nggak usah Yulia. Buat kamu gratis. Bawa aja. Kok tumben kamu pagi pagi ada disini Yulia? Ibumu sehat kan?" Mbak Munaroh penjual bubur nyerocos bertanya pada Yulia.

"Aduh mbak nanyanya satu satu dong! Hehehe!" canda Yulia.

"Ibu sakit, makanya aku beli bubur. Buat ibu. Terus ini uangnya cepat diambil mbak! Aku khawatir sama ibu!" paksa Yulia menyodorkan uang berwarna hijau muda itu. Tapi mbak Munaroh menolaknya.

"Udah Yulia, kasihkan saja sama ibumu. Ibumu itu sering banget bantu aku waktu aku susah dulu. Ini gak seberapa, sama sekali gak sebanding." Mbak Munaroh mendorong uang yang diberikan.

"Duh, jadi gak enak hati aku mbak. Kalau begitu makasih ya mbak. Besok besok gini lagi ya mbak! Hehehe." Yulia nyengir sambil berlalu. Ia cukup akrab dengan mbak Munaroh dan suka saling bercanda dan meledek.

"Semoga Bu Kanti cepet sehat ya Yulia!" mbak Munaroh setengah berteriak.

"Ibuuuu! ibuuu!" panggil Yulia agak keras saat ia sampai dan langsung ke dapur ambil mangkuk.

"Ayo Bu! Duduk lagi terus makan. Yulia tadi udah panggilkan Dokter Andreas buat periksa ibu."

Sebelum pulang tadi, Yulia mampir ke rumah dokter Umum depan gang masuk rumah Yulia.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Yulia mulai menyuapi ibunya. Namun baru satu suap perut ibu Kanti seperti diaduk aduk. Rasanya mual dan mau muntah.

"Udah Yul, jangan paksa ibu. Ibu bisa benar benar muntah. Ini aja gak bisa ketelen!" Bu Kanti terlihat kesulitan menelan.

"Ya Alloh, Buuu!" mata Yulia berkaca kaca. Yulia melihat jarum jam. Sudah jam tujuh, artinya sebentar lagi ia harus kerja. Ia baru bekerja dua hari, masa sih harus izin gak masuk?

Yulia dalam dilema. Di satu sisi ia tak tega meninggalkan ibunya. Di satu sisi ia harus bekerja untuk biaya hidup sehari hari. Ia tak mau bergantung pada siapa pun, apalagi ibunya sedang sakit. Untuk jaga jaga berobat saja Yulia tak punya uang. Semasa manjadi istri Wahyu, Yulia tak pernah pegang uang selain untuk belanja kebutuhan dapur. Dan itu menjadi tamparan keras buat Yulia, bahwa ia harus menjadi wanita yang tak bergantung sepenuhnya pada suami. Ia bertekad harus mandiri.

Harus!

Hhhh, Bisa stres aku.

Tak berapa lama, datanglah seorang dokter, masih muda dan cukup tampan. Ia tersenyum manis pada Yulia saat Yulia mempersilakan dia masuk.

"Ibu dari kemarin katanya lemes dok! Terus badannya juga susah di gerakin."Adu Yulia.

"Baik Yulia, akan saya periksa ya, ibunya." Dokter Andreas mengeluarkan alat alatnya. Sebuah alat pengukur tensi dan stetoskop.

Yulia memperhatikan dengan seksama dari tempatnya berdiri apa yang dilakukan dokter Andreas.

"Apa ibu mengalami pusing?"

"Sedikit dokter. Sebenarnya gak begitu pusing, tapi kalau saya paksa badan saya bangun, rasanya seperti berputar putar, dan mau muntah."

"Tensinya ibu Kanti sangat tinggi Yulia. 200/100 mmHg. Tapi jangan khawatir ya! Yang penting Bu Kanti harus istirahat yang cukup, jangan berpikir berlebihan. Harus santai ya Bu ya! Terus obatnya diminum sampai habis." kata sang dokter menasehati.

"Apa yang menyebabkan ibu saya tensinya tinggi, dokter?" tanya Yulia setelah pemeriksaan selesai.

"Secara umum tensi terlalu tinggi ada banyak penyebabnya Yulia. Bisa dari kolesterol tinggi, bisa juga dari pikiran yang berlebihan. Pola hidup ibu Kanti harus diperbaiki mulai sekarang. Karena kalau tidak, akibatnya bisa fatal. Karena sebenarnya ibu Kanti saat ini mengalami stroke ringan Yulia. Jadi harus benar benar diatur pola makannya. Juga gak boleh stres. dan banyak istirahat."

"Ibu Kanti jangan sampai jatuh ya, Yulia. Bahaya!"

"Untuk makanannya sementara ini makan yang gak pakai santan ya Bu, goreng gorengan juga dikurangi. Pedes dikurangi. Terus air putihnya juga yang banyak, kalau bisa yang hangat. Makan sayur sama buah juga sangat membantu agar tensi cepat turun." Dokter muda nan tampan itu menuliskan resep pada nota lalu menyerahkannya pada Yulia.

"Bu, njenengan iku mikir opo? santai wae nggih Bu! Ben awet sehat, syukur syukur kalau sampai bisa momong cucu, anaknya Yulia nanti. hehehe.

(Bu, ibu mikir apa? santai saja ya bu? biar awet sehat. Syukur kalau nanti bisa sampai momong cucu, yaitu anaknya Yulia.)

Sang dokter malah becanda tapi garing dan melirik Yulia penuh arti.

"Ditebus ya obatnya. Biar ibu cepet sembuh." Yulia menatap nanar resep itu.

Ya Alloh, cobaan apalagi ini!

"Terima kasih dokter." ujar Yulia sambil mengikuti dokter keluar.

"Berapa biayanya dokter?" tanya Yulia setelah mereka didepan. Kira kita ibu Kanti tak mendengar.

"Biayanya nanti untuk menebus obat saja Yulia. Saya ikhlas menolong Bu Kanti. Tak usah memikirkan saya." ucapan dokter Andreas membuat Yulia tak enak hati.

"Tapi, dok!"

"Sudah cukup Yulia. Aku hanya ingin membantu. Tak lebih. Jangan kamu menolaknya, saya akan sangat sedih jika kamu menolak...."

Dulu dokter Andreas pernah menyatakan perasaan pada Yulia. Tapi Yulia dengan halus langsung menolaknya karena mereka berbeda keyakinan. Dan lagi pula hati Yulia saat itu telah terpaut dengan Wahyu. Selain jika dengan Wahyu satu keyakinan, dokter Andreas juga kalah gercep. Ia menyatakan perasaan setelah Yulia menerima pinangan Wahyu tiga tahun lalu.

Dan sampai saat ini sama sekali tak terdengar oleh Yulia jika dokter Andreas dekat dengan perempuan. Bahkan sampai saat ini ia masih betah melajang.

\=\=\=\=\=

Hai, aku datang lagi....

Masih menunggukah?

semoga ya....

Gak bosen ma cerita yang aku tulis.....

Terpopuler

Comments

Sang Dewi

Sang Dewi

hai ka, aku mampir lagi..

2022-02-07

1

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

Hmm, Ternyata bnyak yg suka dengan Yulia yaa, 🤭

2021-10-03

2

Yeni Eka

Yeni Eka

Oh, dulu dokter Andreas suka sm Yulia. Banyak yg suka kamu Yul

2021-09-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cerai dan Diusir
2 Bab 2. Masa Indah
3 Bab 3.Periksa ke Dokter
4 Bab 4.Menginap
5 Bab 5. Menyesal
6 Bab 6. Gadis kecil yang Imut
7 Bab 7. Telat
8 Bab 8. Siapa Nama Bos?
9 Bab 9. Hampir Saja
10 Bab 10. Makan Malam
11 Bab 11. Ibu Sakit
12 Bab 12. Telat (lagi)
13 Bab 13. Jodohmu di tangan anakmu
14 Bab 14. Menginap
15 Bab 15. Dua Sisi
16 Bab 16. Jangan Panggil Pak
17 Bab 17
18 Bab 18. Ayo kita nikah
19 Bab 19. Aku di lamar.
20 Bab 20.Menyatakan perasaan
21 Bab 21. (di) Belanja (in)
22 Bab 22. Benar Kata Ibu
23 Bab 23. No Titel
24 Bab 24. Insiden
25 Bab 25.
26 Bab 26.
27 Bab 27. Bertemu lagi
28 Bab 28. Luka Lama Berdarah Kembali
29 Bab 29. Tambah Masalah
30 Bab 30. Bonus visual
31 Bab 31. Kedatangan Saudara
32 Bab 32. Melamar
33 Bab 33. Melamar 2
34 Bab 34. Menentukan Jawaban
35 Bab 35.
36 Bab 36. Nostalgia dengan cerita sebelah
37 Bab 37. Nostalgia dengan Cerita Sebelah 2.
38 Bab 38. Apakah ini Jawaban?
39 Bab 39. Shila Sakit.
40 Bab 40. Iya, Saya Terima.
41 Bab 41.
42 Bab 42.
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46.
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54.
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102.
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106.
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118.
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Kedatangan Tamu Dari Jauh
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1. Cerai dan Diusir
2
Bab 2. Masa Indah
3
Bab 3.Periksa ke Dokter
4
Bab 4.Menginap
5
Bab 5. Menyesal
6
Bab 6. Gadis kecil yang Imut
7
Bab 7. Telat
8
Bab 8. Siapa Nama Bos?
9
Bab 9. Hampir Saja
10
Bab 10. Makan Malam
11
Bab 11. Ibu Sakit
12
Bab 12. Telat (lagi)
13
Bab 13. Jodohmu di tangan anakmu
14
Bab 14. Menginap
15
Bab 15. Dua Sisi
16
Bab 16. Jangan Panggil Pak
17
Bab 17
18
Bab 18. Ayo kita nikah
19
Bab 19. Aku di lamar.
20
Bab 20.Menyatakan perasaan
21
Bab 21. (di) Belanja (in)
22
Bab 22. Benar Kata Ibu
23
Bab 23. No Titel
24
Bab 24. Insiden
25
Bab 25.
26
Bab 26.
27
Bab 27. Bertemu lagi
28
Bab 28. Luka Lama Berdarah Kembali
29
Bab 29. Tambah Masalah
30
Bab 30. Bonus visual
31
Bab 31. Kedatangan Saudara
32
Bab 32. Melamar
33
Bab 33. Melamar 2
34
Bab 34. Menentukan Jawaban
35
Bab 35.
36
Bab 36. Nostalgia dengan cerita sebelah
37
Bab 37. Nostalgia dengan Cerita Sebelah 2.
38
Bab 38. Apakah ini Jawaban?
39
Bab 39. Shila Sakit.
40
Bab 40. Iya, Saya Terima.
41
Bab 41.
42
Bab 42.
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46.
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54.
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102.
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106.
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118.
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Kedatangan Tamu Dari Jauh
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!