Bab 16. Jangan Panggil Pak

****

Yulia berwajah cerah ceria, senyumnya merekah indah laksana bunga mawar yang berwarna pink. Hari ini dia telah mendapatkan gaji pertamanya. Puji syukur tak lupa ia panjatkan pada yang Maha Kuasa, ia belum berani membuka amplopnya Berapapun gajinya ia akan selalu bersyukur.

Untuk kenang kenangan mendapat gaji pertama, besok aku akan membelikan sang ibu baju gamis baru di pasar. Aku juga ingin membeli buat diriku sendiri satu. Terus apa lagi ya?

Ah Yulia, Yulia. Berapa gaji kamu saja belum tahu, sudah berandai andai ingin ini ingin itu. Jangan terlalu banyak angan angan Yulia, entar kau malah kecewa sendiri.

Bujuk sisi hatinya yang lain.

Sesampainya dirumah malam itu, ia membersihkan diri, shalat isya lalu menengok ibu di kamar sambil membawa amplop gajinya.

"Bu, Alhamdulillah, hari ini aku gajian. Aku ingin ibu yang membukanya." ucap Yulia mengangsur amplop coklat ke hadapan sang ibu.

"Kenapa gak kamu sendiri yang buka Yul, itu kan gaji kamu. Hasil jerih payah kamu selama satu bulan ini. Kenapa harus ibu?" Bu Kanti heran pada anaknya. Ia yang selama sebulan ini susah payah bekerja, pengeluaran bulanan pun Yulia yang urus semua. Hasilnya menjual cincin nikahnya dengan Wahyu. Yulia sekuat tenaga berusaha move on. Tak mau lagi bersusah susah memikirkan nasib buruknya. Baginya itu adalah pelajaran yang sangat berharga dalam hidupnya. Mulai saat ini ia pasrahkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya ia anggap takdir yang memang harus ia jalani dan lalui. Ia yakin dengan Firman Nya dan menanamkan dalam hati yang menyebutkan bahwa Setiap kesusahan akan dibarengi dengan kemudahan.

"Iya, Yulia ingin ibu yang membukanya pertama kali, biar berkah. Siapa tahu gajinya berlipat ganda. Andai gaji Yulia dua juta siapa tahu jadi empat juta." gurau Yulia membuat sang ibu tersenyum.

"Baiklah, akan ibu buka ya! Bismillahirrahmanirrahim."

Ibu membuka amplop. Semua uang dalam amplop itu berwarna merah.

Sepertinya lebih dua juta. batin Yulia. Dan apa itu? Ada sebuah amplop lagi. Yulia hanya memandangi ibu yang menghitung jumlah lembaran.

"Banyak sekali Yul, ini juga kok amplopnya dua!" keduanya bersitatap heran.

Ibu mulai menghitung lagi. Karena tak percaya jumlahnya ibu menghitung sampai tiga kali, tiga puluh lembar uang warna merah.

"Ini, ini benar Yulia? gajimu tiga juta, apa nggak salah amplop nih?" Yulia kaget. Ekspektasinya gaji dia paling banyak dua juta. Ia meminta uang yang dipegang ibunya. Dihitung lagi. Sama, tiga juta.

"Gak tahu Bu? besok biar Yulia tanyakan sama mbak Fani, terus itu amplop satunya Bu, buka lagi." dengan tak sabar ibu merobek amplop yang ada dalam amplop. Agak kecil amplopnya, Yulia melotot. Isinya uang lagi warna merah dan jumlahnya sepuluh lembar.

Ya Tuhan, apakah ini mimpi, apa mbak Fani dan pak Romi sedang mengantuk saat memasukkan uang, atau jangan jangan keliru dengan punya mbak Fani?

Lusa lalu Yulia baru tahu kalau mbak Fani dan bos Romi sepupuan. Ibunya mbak Fani adalah adik dari ayah Bos Romi, apa mungkin ini gajinya dan ketukar dengan kepunyaannya?

Keesokan harinya, Yulia berangkat pagi dan langsung menemui mbak Fani.

"Assalamu'alaikum, mbak Fani!" Yulia celingukan di ruang kasir. layar laptop sudah dihidupkan.

"Fani gak masuk hari ini. Anaknya sakit, ada apa?" ternyata bos Romi yang ada di ruangan kasir.

"Oh maaf pak Bos. Saya kira mbak Fani. Mmm, saya_ saya mau tanya sesuatu sama Pak Bos" mengeluarkan amplop yang ia lem lagi tadi malam.

"Ini, gaji saya ini apa gak ketuker sama punya siapa gitu, Pak. Saya orang baru, kenapa segini besar gaji saya? Itu sebabnya saya pikir takutnya ketuker sama teman. Kasihan kalau sampai begitu. Dan ini amplopnya juga dua." meletakkan di meja kasir. Mereka duduk berhadapan.

"Ini tidak salah." Romi menggeser kembali amplop itu ke depan Yulia.

" Amplop ini memang buat kamu. Dan untuk amplop yang yang kecil itu, anggap saja sebagai rasa terima kasih karena kamu ngajarin Shila ngaji."

" Aku sendiri gak bisa ngajari ngaji. Sebenarnya ada madrasah, tapi aku belum tega melepas dia ngaji dengan banyak teman. masih terlalu kecil." ucapnya menjelaskan pada Yulia kenapa amplopnya sampai dua.

"Tapi Pak, saya ikhlas ngajarin Shila ngaji. Itung itung amal saya, gak semua bisa dinilai dengan materi, Pak. Saya gak bisa menerimanya." mengangsurkan lagi amplop kecil ke hadapan bos Romi.

"Yulia, aku juga ikhlas memberikannya sama kamu. Kalau kamu menolak, ibu akan sangat marah sama aku. Sudahlah, terima saja. Aku yakin kamu membutuhkannya, belikan saja makanan yang bergizi untuk ibu kamu, biar beliau tetap sehat." ucapnya dengan tegas, tak mau dibantah lagi. Yulia tercekat.

"Sudahlah. Tuh, teman teman kamu sudah pada datang. Jangan sampai mereka mengira kita sedang macam macam. Keluarlah!" Romi menunjuk dengan dagunya. Yulia kaget menyadari bahwa tadi mereka hanya berdua, karena tujuannya adalah mbak Fani.

Belum ada pelanggan yang datang, karena pintu cuma terbuka sedikit. Terlebih dulu para karyawan akan membersihkannya. Menyapu dan mengepel.

"Baiklah Pak Romi, kalau begitu terima kasih banyak." Yulia berdiri dan sedikit membungkukkan badan lalu beranjak.

"Tunggu Yulia!" Yulia menoleh lagi dan mendekat. Hatinya dag dig dug tak karuan. Entah mengapa.

"Aku mau tanya Yulia , apa aku terlalu tua hingga kamu panggil aku Pak? Lagipula, kapan aku nikah sama Ibu kamu?"

Mengesalkan.

"Lah, terus saya panggilnya gimana?" hampir saja ia tabahkan kata 'pak' diakhir kalimatnya.

"Terserah, yang penting bukan Pak, apalagi Om atau Kakek!" katanya lugas.

Namun Yulia menutup mulutnya menahan tawa. Bisa bisanya Bos Romi bercanda seperti itu.

H**ahaha.

"Kamu menertawaiku?" Romi melotot.

Dan yang bersangkutan tak merasa kalau kata katanya lucu, malah tersinggung. Lalu bengong karena Yulia tersenyum malu padanya. Bahkan wajahnya langsung memerah seperti tomat.

"Maaf Pak, ehh apa ya? Saya harus panggil gimana nih Bos? Kalau begitu saya permisi, Bos!" Yulia segera angkat kaki, sebelum singa mengaum lagi.

Saat Yulia sudah tak terlihat lagi, senyum tipis menghiasi bibir Romi.

****

Hari ini Yulia izin kerja setengah hari. Banyak yang harus ia kerjakan dirumah. Tiap hari ia bangun sebelum subuh untuk tahajjud, setelah subuh ia masak dan cuci pakaian dan mengurusi sang ibu yang belum bisa mandiri sepenuhnya. Jam delapan pagi ia bekerja sampai jam delapan malam. Sampai rumah sudah lelah dan langsung istirahat. Tak ada waktu baginya buat bersih bersih rumah. Akan ia gunakan setengah hari ini untuk beres beres.

Setelah mendapat jatah makan siang, ia segera pamit. Di perjalanan ia melewati toko baju yang langsung memberi tag harga murah yang besar pada setiap barisnya. Ia berbelok ke toko itu dan memilih milih. Baju masih terlihat bagus bagus, namun dijual dengan harga miring karena cuci gudang. Yulia berniat membeli baju untuk dirinya dan juga ibu.

Saat dirinya memilih milih baju, terdengar klakson mobil berbunyi begitu dekat. Karena tempat ia memilih baju memang sangat dekat dengan bahu jalan. Yulia menoleh, dan dari dalam mobil menyembul kepala, seseorang yang ia kenal dan sangat ia hindari saat ini sedang tersenyum mengejek.

"Setelah jadi mantan istri Wahyu, sekarang kamu cuma bisa beli barang murahan itu ya? cuiihhh! Menjijikkan." ucap wanita itu menghina Yulia secara frontal.

Yulia memerah mukanya menahan amarah. Namun tak bisa berkata apa apa. Yang ia lakukan hanyalah pura pura tak tahu, dan melengos.

Dasar! sudah jadi mantan aja masih suka menghina. Geram hati Yulia.

\=\=\=\=\=\=\=\=

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Jumianti

Jumianti

seneng banget ya Yul, saat gaji dari hasil keringatnya sendiri.

2022-06-28

0

Sang Dewi

Sang Dewi

romi modus 😋😋

2022-02-07

1

Afseen

Afseen

situ tuh yg mnjijikn cuiiiihhhh

2021-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cerai dan Diusir
2 Bab 2. Masa Indah
3 Bab 3.Periksa ke Dokter
4 Bab 4.Menginap
5 Bab 5. Menyesal
6 Bab 6. Gadis kecil yang Imut
7 Bab 7. Telat
8 Bab 8. Siapa Nama Bos?
9 Bab 9. Hampir Saja
10 Bab 10. Makan Malam
11 Bab 11. Ibu Sakit
12 Bab 12. Telat (lagi)
13 Bab 13. Jodohmu di tangan anakmu
14 Bab 14. Menginap
15 Bab 15. Dua Sisi
16 Bab 16. Jangan Panggil Pak
17 Bab 17
18 Bab 18. Ayo kita nikah
19 Bab 19. Aku di lamar.
20 Bab 20.Menyatakan perasaan
21 Bab 21. (di) Belanja (in)
22 Bab 22. Benar Kata Ibu
23 Bab 23. No Titel
24 Bab 24. Insiden
25 Bab 25.
26 Bab 26.
27 Bab 27. Bertemu lagi
28 Bab 28. Luka Lama Berdarah Kembali
29 Bab 29. Tambah Masalah
30 Bab 30. Bonus visual
31 Bab 31. Kedatangan Saudara
32 Bab 32. Melamar
33 Bab 33. Melamar 2
34 Bab 34. Menentukan Jawaban
35 Bab 35.
36 Bab 36. Nostalgia dengan cerita sebelah
37 Bab 37. Nostalgia dengan Cerita Sebelah 2.
38 Bab 38. Apakah ini Jawaban?
39 Bab 39. Shila Sakit.
40 Bab 40. Iya, Saya Terima.
41 Bab 41.
42 Bab 42.
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46.
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54.
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102.
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106.
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118.
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Kedatangan Tamu Dari Jauh
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1. Cerai dan Diusir
2
Bab 2. Masa Indah
3
Bab 3.Periksa ke Dokter
4
Bab 4.Menginap
5
Bab 5. Menyesal
6
Bab 6. Gadis kecil yang Imut
7
Bab 7. Telat
8
Bab 8. Siapa Nama Bos?
9
Bab 9. Hampir Saja
10
Bab 10. Makan Malam
11
Bab 11. Ibu Sakit
12
Bab 12. Telat (lagi)
13
Bab 13. Jodohmu di tangan anakmu
14
Bab 14. Menginap
15
Bab 15. Dua Sisi
16
Bab 16. Jangan Panggil Pak
17
Bab 17
18
Bab 18. Ayo kita nikah
19
Bab 19. Aku di lamar.
20
Bab 20.Menyatakan perasaan
21
Bab 21. (di) Belanja (in)
22
Bab 22. Benar Kata Ibu
23
Bab 23. No Titel
24
Bab 24. Insiden
25
Bab 25.
26
Bab 26.
27
Bab 27. Bertemu lagi
28
Bab 28. Luka Lama Berdarah Kembali
29
Bab 29. Tambah Masalah
30
Bab 30. Bonus visual
31
Bab 31. Kedatangan Saudara
32
Bab 32. Melamar
33
Bab 33. Melamar 2
34
Bab 34. Menentukan Jawaban
35
Bab 35.
36
Bab 36. Nostalgia dengan cerita sebelah
37
Bab 37. Nostalgia dengan Cerita Sebelah 2.
38
Bab 38. Apakah ini Jawaban?
39
Bab 39. Shila Sakit.
40
Bab 40. Iya, Saya Terima.
41
Bab 41.
42
Bab 42.
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46.
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54.
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102.
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106.
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118.
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Kedatangan Tamu Dari Jauh
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!