****
Waktu berjalan dengan cepat dan tak terasa satu bulan telah berlalu dengan semestinya. Ibu Kanti sudah semakin sehat, walau tangannya masih lemah, bahkan untuk mengikat rambut atau memakai baju saja ia belum maksimal. Namun sangat di syukuri oleh Yulia, ibunya mengalami perkembangan kesehatan yang signifikan, itu kata dokter Andreas.
Tanpa diminta beberapa hari sekali dokter Andreas mengontrol keadaan Bu Kanti tanpa diminta. Ia sudah tahu Yulia telah bercerai dari suaminya. Kentara sekali ia sedang pedekate dengan Yulia walau Yulia tak pernah memberi harapan. Ia juga tak mau menerima sedikitpun uang yang diberikan oleh Yulia maupun Bu Kanti.
Sementara itu, Bu Alvi juga sangat getol mendekatkan putranya dengan Yulia, mulai dari mengirim Shila ke rumah Bu Kanti lalu sore harinya ia menyuruh Romi mengambil anaknya, atau tiba tiba ia datang saat makan siang dan meminta Yulia untuk makan bersama mereka. Diantara teman teman Yulia juga sudah bukan rahasia lagi, terlalu terlihat jelas jika Bu Alvi menginginkan Yulia menjadi ibu sambung Shila.
Saat melihat anaknya seperti batu yang tak akan bergerak jika bukan ia yang menyuruh mendekati Yulia, Bu Alvi menjadi gemas sendiri.
"Romi, kamu tuh ya! ibu itu makin tua, gak bisa terus merawat anak kamu. Usaha dong kamu Rom!"
keluh Bu Alvi pagi itu, ia merasa pusing. Beberapa hari ini Shila selalu rewel pengen ketemu Tante Yulia. Bagaimana gak pusing, setiap pagi Shila gak mau mandi atau berangkat sekolah dengannya atau Romi. Malah minta Tante Yulia yang memandikan atau mengantar sekolah. Tak mungkin juga pagi pagi ia menelpon Yulia untuk datang ke rumah mereka untuk sekedar memandikan atau mengantar ke sekolah, sedang Yulia sendiri punya kewajiban mengurusi ibunya sebelum berangkat pergi ke swalayan.
"Ibu juga sih, ngapain deket deketin Shila sama Yulia. Harusnya kalau Shila merengek pengen ketemu perempuan itu, ibu alihkan perhatiannya. Bukan malah mengantarnya ke rumah Bu Kanti. Kalau gini kita juga yang repot." Demi apa, mendengar anaknya yang keras kepala Bu Alvi meradang.
"Romiiii! Kamu tahu gak sih maksud ibu. Kalau kamu mau menikah sama Yulia, bukan kita aja yang untung, Yulia juga bisa menjadi ibu rumah tangga saja ngurusi anak kamu sama ibunya juga barengan. Kamu yang cari nafkah, Yulia yang ngurus rumah sama keluarga. Beres kan? Kebutuhan biologis kamu juga terpenuhi, sampai kapan kamu menyesali kepergian Dina. Dia sudah tenang di alamnya, harusnya kamu kirim doa saja, jangan merasa bersalah kalau kamu jatuh cinta lagi dan menikah lalu punya anak. Gak ada yang salah atas semua ini."ceramah panjang lebar Bu Alvi. Geram. Bisa bisa ia darah tinggi memikirkan Romi yang keras kepala.
"Tapi ibu dulu bisa kan, gak menikah lagi meski Ayah meninggalkan kita lebih dulu, Ibu juga gak menikah sampai sekarang. Ibu bisa, kenapa aku tidak?"
"Beri waktu Romi, Bu! Romi masih cinta banget sama Dina, belum bisa berpaling. Lagian belum tentu Yulia mau nikah sama Romi."
Romi tahu mantan suami Yulia, Wahyu. Laki laki yang cukup tampan, begitu juga Romi sering melihat dokter Andreas, mendekati yulia. Dokter Andreas, dulu mereka adalah jemaah gereja yang sama. Romi adalah mualaf sebelum menikahi Dina yang seorang Muslim. Romi janji pada istrinya waktu itu akan mendalami agama dengan baik. belajar shalat dan belajar membaca huruf Arab sampai bisa membaca Alquran. Tapi itu hanya wacana saja.
Romi memang rajin shalat Dan bisa menguasai bacaannya dengan baik karena hafal luar kepala, namun untuk belajar membaca huruf demi huruf Arab ia masih pusing, karena juga sibuk dengan pekerjaan. Itulah sebabnya ia selalu mengulur ulur waktu jika anaknya minta ia mengajari ngaji. Karena ia memang belum bisa, bahkan Shila lebih bisa menguasai huruf huruf Arab daripada dirinya.
Apalagi ibunya, sampai saat ini Bu Alvi masih dengan keyakinan lamanya.
Bu Alvi memang tidak keberatan Romi mengikuti keyakinan Dina waktu akan menikah dulu, malah mewanti wanti agar supaya jika ia berniat jadi mualaf, harus konsekuen dengan pilihannya. Harus menjalankan tata cara keyakinan barunya dengan sempurna, akan tetapi saat istrinya meninggal karena mengalami e klampsia , sepertinya Romi sedikit melupakan tujuan mulianya. Belajar agama dengan lebih baik. Ia sibuk menyesali kematian mendiang Dina.
Romi bahkan juga merelakan salah satu ruangan atas swalayan miliknya untuk dijadikan mushala, tapi sepertinya penggunaanya belum maksimal. Hanya dirinya, Fani juga jarang jarang, dan Yulia. Yulia lah yang paling rajin mendatangi tempat itu, dan membuat suasana di ruangan itu hidup dengan bacaannya saat waktu istirahat tiba.
Ia juga tidak bisa memaksa karyawan lainnya untuk memanfaatkan tempat itu, hanya sekedar menyediakan tempat, siapa tahu ada yang berminat. Itu yang ia pikirkan.
Diantara beberapa karyawan, juga hanya Yulia a yang mengenakan kerudung. Bukannya apa, bukankah kewajiban setiap muslimah untuk menutup auratnya. Yaitu seluruh anggota tubuh, kecuali muka dan telapak tangan dan kaki. Ia juga tak berani menegur. Siapalah dirinya.
Ia juga diam diam malah menyimak dan berusaha mengingat ingat jika Shila belajar ngaji disampingnya.
"Romiii, itu karena kamu kurang usaha. Kamu tahu istilah witing tresno jalaran soko kulino', atau bisa karena biasa. Kalau kamu menikah, kamu akan terbiasa dengan istri barumu. Bukan untuk melupakan istri lama, namun memulai hidup baru itu lebih penting. Move-on dong. Life must go on! Romiiii. Tapi kamu! malah cuma jalan di tempat. " Romi memilih diam kala ibunya ngomel panjang memenuhi gendang telinganya. Baginya Omelan ibu seperti kidung atau nyanyian saat dulu ia mendengarnya sebelum tidur waktu kecil. Membuatnya menguap lebar.
Hooaaaamm!
"Romiiii!"
*****
Sementara di tempat lain.
"Andre, ibu bukannya tak tahu kamu deketin lagi Yulia, tapi ibu ingatkan kamu ibu sama Ayah gak akan pernah rela jika kamu mengubah keyakinan kamu demi dia. Kalau kamu maksa dan harus ada yang ngalah, dia yang harusnya ngalah sama kamu, ikut keyakinan kita."
"Paham kamu Ndre?" sentak sang ibu. Mereka punya keyakinan kuat dan memang Andre ada keturunan China. Kulitnya putih dengan mata agak sipit, khas keturunan ras itu.
"Bu, aku yakin gak akan mungkin Yulia ikut keyakinan kita. Haruskah kita sama sama keras kepala, kalau dengan itu Yulia bisa mau nikah sama Andre. Atau memang ibu sama Ayah menginginkan Andre jadi bujang lapuk seumur hidup?" keluh Andre. Panggilan dokter Andreas. Ibu dan Ayah Andre juga dokter.
"Kalau memang ia gak mau ikut kita, ya tinggal cari perempuan lain, Ndre. Kamu itu ganteng, seorang dokter, masa sih kamu mentok sama dia? Selain dia banyak wanita cantik masih murni lagi, lah dia. Dia seorang janda. Janda itu bekas laki laki lain Ndre, sadar gak sih kamu?
Dan yang paling penting satu keyakinan sama kita!" ibu Santo mulai meradang. Nadanya tinggi naik beberapa oktaf.
\=\=\=\=\=
Hai hai....aku datang lagi....
Dan ini melibatkan keyakinan lain. Jika ada yang punya keyakinan lain dan ikut membaca ceritaku, harap bijak ya! Bukan ada maksud menyinggung keyakinan lain itu.
This is just Story. Yang baik silakan diterapkan jika tak baik harap di unfav aja. Saya ikhlas.
Jangan lupa tinggalin jejaknya. Like, komen daaan Gift seikhlasnya. Jangan jadi pembaca ghaib ya! bikin merinding tahu. Hehehe.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Dika Laily
tetaplah yakin pada agama allah yulia
2021-11-25
0
Afseen
yg duda, ortunya yg ngebet anaknya yg gk mau ,yg bujangan anaknya yg pngen, ortunya yg gk stuju hadeeh
2021-11-16
1
Via🔥💰
aku mampir kak..semangat selalu
2021-07-31
0