Episode 9

Mataku melebar melihat nominal angka yang tertera pada layar mesin ATM. Mas Pras menepati permintaanku semalam dan lagi tanpa bantahan. Aku jadi penasaran seberapa uang yang dia punya, tapi dipikir gaji seorang montir apa begitu besar melebihi pekerja kantoran?

Entahlah. Memikirkannya membuatku pusing. Aku pun kini langsung melakukan transaksi pembayaran biaya acara kunjungan wisata melalui transfer antar rekening, tinggal pencet menu pilihan dan memasukan kode transaksi. Struk bukti transaksi tercetak keluar, beres.

Senyumku mengembang sejak memasuki area kampus, kali ini ditangan kananku tertenteng satu buah plastik berisi makanan. Terlihat kedua teman baikku Nisa dan Vera sudah menduduki bangku favorit mereka. Segera aku melangkah menghampiri mereka seraya meletakkan bawaanku ditengah-tengah meja.

"Apa ini?" Ucap Nisa yang menunjuk ke arah plastik.

"Buka aja," jawabku seraya mendudukan diri di kursi.

"Donat," celetuk Vera yang melongokkan kepalanya menatap kearah bungkusan plastik yang baru saja dibuka oleh Nisa.

"Boleh dimakan gak nih?" tanya Nisa memastikan.

"Makan aja," ucapku sambil tersenyum lebar.

"Bahagia banget," ujar Nisa dengan intonasi penekanan. Ia kini mulai mengunyah satu gigitan donat.

"Jelas dong, kan dua minggu lagi kita pergi ke Singapura," ujarku dengan senyum bahagia.

"Serius? Bukannya kamu gak ada duit?" tanya Nisa dengan raut wajah heran.

"Kamu lupa dia ada suami!" sahut Vera dengan muka datarnya.

"Enak juga ada suami, gak punya duit tinggal minta. Kebutuhan terpenuhi, apa-apa terjamin —," ucapan Nisa terhenti sebab kini ada mahasiswa yang tiba-tiba muncul mendekat ke arah kami menyahuti ucapan Nisa barusan. "Siapa yang punya suami?" tanya Dicky penasaran.

Akupun seketika memberi pelototan tajam ke arah Nisa yang kurasa mulutnya sudah tak bisa lagi dikondisikan. Nisa pun meringis menanggapi sikapku. Kemudian dia berujar, "Yang punya suami ya istrilah, masak Bapak lu yang punya suami. Lagian jadi laki kepo amat sih?" omelnya pada Dicky.

"Nanya doang, salah?" ucapnya diakhiri dengan intonasi tinggi.

"Salah banget. Cowok dilarang kepo ntar jatuhnya malah berujung nyinyir. Mau dibilang lambe turah?" tegas Nisa.

"Amit-amit deh!" sahut Dicky dengan gaya tubuh merinding. "Donat tuh, ambil ah!" sambung Dicky seraya mencomot satu biji donat.

"Asal nelen aja, baca dulu bismillah!" Kata Nisa menepis tangan Dicky yang hendak memasukkan donat ke dalam mulut.

"Udah," sahutnya.

"Kapan?" tanya Nisa dengan alis menyatu. "Perasaan aku gak dengar?" sambungnya lagi.

Dicky menghela nafas, bibirnya kini menipis. "Dalam hati. Dan haruskah kamu mendengar kata hatiku?"

"Ogah," sahut Nisa kemudian dan membuat aku dan Vera terkekeh dibuatnya.

"Iyain aja, kali aja dihati Dicky ada namamu," celetuk Vera kemudian. Membuat Dicky tersedak sebab namanya disebut-sebut. Sedangkan Nisa bibirnya langsung mencebik kesal.

***

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Segala persiapan sudah kulakukan, barang bawaan aku taruh dalam koper ukuran sedang.

Pagi ini aku diantar oleh Mas Pras, rasanya begitu lama perjalanan yang ditempuh hingga sampai ke kampus. Aku duduk dengan meremas kedua tanganku, pandanganku juga tak tenang sebab dari tadi aku malah mengabsen jalan-jalan yang biasa kulalui.

"Mas pasti bakal rindu kalau kamu gak ada dirumah," celetuk Mas Pras membuatku menoleh ke arahnya. Tapi hanya sekejap aku kembali melempar pandanganku ke arah jalanan.

"Kamu gak rindu jauh dari Mas?" tanyanya memastikan.

"Kan pergiku gak lama," sahutku setengah mendesahkan nafas kesal. Apa-apain sih, yang ada justru aku senang sebab gak bertatap muka dengan Mas, batinku bersuara.

"Iya, tapi sama saja. Mas kan malam tidur sendirian," ucapnya santai seraya membelokkan setirnya ke arah kanan.

Seketika aku melirik kesal ke arahnya. Dasar pria mesum, yang dipikir hanya ranjang saja, batinku.

Mas Pras terkekeh, melihat raut wajahku. "Tuh kan, gak relakan kalau Mas tidur sendirian dirumah," ucapnya dengan nada menggoda.

"Ya udah kalau gak mau tidur sendirian, tidur sama kucingnya Bik Marni. Kucingnya pasti juga butuh ditemani," ucapku sarkas. Dan menyebalkannya lagi Mas Pras justru terkekeh mendengar ucapanku.

Dan kini mobil sudah sampai didepan gedung kampus. Saat Mas Pras hendak mematikan mesin mobil aku cepat-cepat berujar, "Mas sampai disini saja."

Mas Pras menoleh ke arahku dengan menaikkan alisnya. "Aku antar sampai dalam."

"Gak perlu," ucapku spontan. Mas Pras sontak melirikku dengan tatapan yang sulit ku artikan, segera aku meralat ucapanku. "Mas lihat deh, itu teman-temanku sudah menungguku disana. Lagi pula sepertinya bus sudah siap untuk berangkat ke bandara. Jadi sampai disini saja ya Mas mengantarku," ujarku disertai rayuan.

Mas Pras terlihat menghela nafas kemudian berucap , "Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Jangan lupa makan yang teratur dan setelah sampai kabari Mas."

Akupun tersenyum kaku kepadanya dan mengangguk. Saat aku hendak menarik handle pintu mobil justru Mas Pras menarikku ke dalam pelukannya.

"Mas, udah dong," keluhku sambil berusaha melepas pelukannya.

"Ingat pesan Mas baik-baik," ucapnya memberi peringatan padaku saat pelukan kami terlepas. Akupun mengangguk menanggapi ucapannya, dan kali ini yang terjadi justru Mas Pras mendaratkan bibirnya pada milikku, hal itu sontak membuat mataku melebar.

Dengan cepat aku mendorong dadanya agar jarak kami tercipta. "Mas! ini di kampus. Gimana kalau dilihat orang atau kepergok satpam!" omelku padanya.

"Tinggal jawab saja kalau kita suami istri," jawabnya enteng.

"Mas lupa ini di tempat umum!" ucapku seraya mendegus keras.

"Iya, Mas minta maaf."

Suasana hatiku kini berubah menjadi kesal. "Ya sudah buka bagasinya, aku mau ambil koper," ucapku ketus.

Terdengar Mas Pras menghela nafas, dan dia mulai membuka bagasi belakang dengan menekan salah satu komponen dalam mobil. Saat aku hendak membuka mobil dia berujar lagi dan membuatku memutar bola mata jengah.

"An, sepertinya ada yang kamu lupakan, kamu belum berpamitan pada Mas," ucapnya.

Akupun membalikkan setengah badan kemudian meraih tangan kanannya dan mendaratkannya dibibirku. Begitupun dengannya yang kini bergantian mencium keningku.

"Sudah, aku berangkat dulu. Assalamualaikum," ucapku keluar dari mobil dan melangkah membuka bagasi mobil mengambil koper. Setelahnya aku baru bisa bernafas lega, sebab beberapa hari kedepan aku tidak bertatap muka dengannya.

To be Continue

**sampai sini sudah pada kesal belum sama si Anna. Karakter wanita yang beda dari yang lain yaaaaaaaaaaa

yukk ditunggu komentarnya, di bawah ini**

Terpopuler

Comments

Lena Sari

Lena Sari

gitu amat Ama suami,,giliran minta duit ja baru manis.

2023-08-29

0

momnaz

momnaz

nunggu..in ana kena azab 😆😆😆😆

2022-03-12

0

incess cenayu

incess cenayu

yang pengen banget dimanjain diperhatikan sama suami itu banyak banget Ana, semoga suatu saat nanti dirimu sadar untuk membalas perhatian ketulusan hati dan cintanya suami ke dirimu

2022-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Ruang Rindu
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 Episode 85
87 Episode 86
88 Episode 87
89 Episode 88
90 Episode 89
91 Episode 90
92 Episode 91
93 Episode 92
94 Episode 93
95 Episode 94
96 Episode 95
97 Episode 96
98 RUANG RINDU
99 Ekstra Part
100 Ekstra Part
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Ruang Rindu
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
Episode 85
87
Episode 86
88
Episode 87
89
Episode 88
90
Episode 89
91
Episode 90
92
Episode 91
93
Episode 92
94
Episode 93
95
Episode 94
96
Episode 95
97
Episode 96
98
RUANG RINDU
99
Ekstra Part
100
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!