"Pagi sayang."
Sapaan Mas Pras mengalun lembut ditelingaku mengakibatkan mood pagiku hancur berkeping. Bukannya aku membuka mata, justru mataku kembali terpejam.
"Bangun, sholat subuh dulu," perintahnya seraya mengguncang pelan bahuku.
"Aku masih ngantuk Mas," gumamku kesal seraya aku menggerakkan bahuku agar terlepas dari cekalan Mas Pras.
Tapi Mas Pras membuatku makin kesal karena dia membangunkanku dengan menghujaniku dengan ciuman. Hal itu membuatku semakin murka, hingga aku bergegas bangkit dari posisi tidurku.
"Mas apain sih pagi-pagi asal cium aja, apa yang semalam masih kurang?" omelku sambil mendegus keras-keras.
"Habis kamu susah dibangunin," ujarnya santai. Kini Mas Pras berdiri menegapkan tubuhnya sambil berkacak pinggang, bisa kulihat dirinya yang sudah berpakaian rapi memakai sarung, baju koko juga peci.
"Tunggu apa lagi, malah bengong disitu. Terpukau yang akan ketampanan suamimu ini?"
Mendengar ucapannya mendadak perutku terasa melilit. Aku pun menipiskan bibirku, mencibirnya. "Mas gak jijik apa pagi-pagi cium aku, tuh lihat ilerku aja belepotan," kataku mengusap pipi lalu memperlihatkan telapak tanganku yang basah.
Mas Pras menghela nafas sejenak. "Kalau kamu gak dibangunkan dengan cara seperti itu, sampai adzan bedug pun kamu gak akan bangun," ucapnya.
Bukannya aku tadi bertanya jijik atau gak, tapi kenapa jawabannya justru berupa sindiran. Gak nyambung, batinku.
"Sudah hampir iqomah," ucapnya sambil melirik jam didinding. "Cepat bangun, mandi habis itu sholat subuh. Mas ke masjid dulu," perintahnya sambil mengacak rambutku.
"Ya bawel," ucapku lirih saat dia berjalan kearah pintu.
"Awas kalau kamu balik tidur!" ancamnya saat Mas Pras hendak menutup pintu.
Akupun memutar bola mataku jengah, ia akan terus merecokiku kalau aku tak bangun dari tidur, batinku.
Segera aku turun dari ranjang sambil menghentakan kakiku kesal dan kulihat Mas Pras tersenyum sambil menutup pintu. Menuju ke kamar mandi kemudian mengerjakan perintah Mas Pras disertai menggerutu dalam hati.
***
Aku sudah berpakaian rapi dan lengkap, kini aku menuruni anak tangga hendak menyantap sarapan. Seperti biasa makanan tersaji lengkap diatas meja.
Kulirik di atas meja ada menu ayam panggang madu. Seketika keningku mengernyit, belum aku mengeluarkan suara Bik Marni yang sedang mencuci perabot dapur menghentikan aktifitasnya dan berujar, "Pagi ini Bibik gak masak Non. Itu tadi Tuan yang menyuruh saya untuk menghangatkannya, katanya untuk menu sarapan."
Akupun mengangguk menanggapi ucapan Bibik. "Mas Pras dimana Bik?" tanyaku seraya mendaratkan bokongku duduk di kursi.
"Aku disini sayang, baru sebentar kutinggal saja sudah rindu," sahutnya yang muncul dari arah pintu.
Apa tadi dia bilang, Rindu? Rasanya membuat perutku mual saja mendengarkan hal itu. "Aku sudah lapar," sahutku sarkas.
"Pagi-pagi kenapa sudah jutek begini, harusnya perbanyak senyum biar makin cantik," ucap Mas Pras disertai mencubit dan menarik pipiku hingga membuatku memekik geram.
"Mas apa-apaan sih, resek banget!" teriakku.
Mas Pras kini terkekeh melihat sikapku, rasanya dia itu gak ada puasnya kalau gak bikin aku sehari diam. Ada saja ulahnya yang membuat diriku makin sebal, apalagi melihat dia tertawa, rasanya aku begitu muak. Hilang sudah nafsu makanku pagi ini.
"Kamu mau kemana?" tanyanya kala aku beranjak dari kursi yang aku duduki.
"Aku jadi gak nafsu makan," ucapku ketus.
Kening Mas Pras mengernyit diapun bangkit dari kursi kemudian memperhatikan wajahku, intens. "Apa kamu sakit?" tangannya hendak mendarat dikeningku tapi segera kutepis.
Aku pun menggeleng.
"Pagi ini apa kamu ada kelas?"
Dan aku menjawab ucapan Mas Pras dengan anggukan.
"Bagaimana kalau pagi ini Mas yang antar," tawarnya padaku dan membuat mataku menyipit, karena sejauh ini aku selalu berangkat berkendara mobil sendiri. "Mas hanya khawatir, kamu terlihat masih kecapekan. Yang semalam Mas minta maaf, harusnya Mas perhatikan kondisi kamu," jelasnya sambil mengelus pipiku.
Menyebut kata-kata semalam, keningku sontak mengernyit. Mengingat semalam aku langsung tertidur begitu selesai.... Oh sial, umpatku dalam hati.
Seketika aku langsung memegangi kepalaku, dengan pikiran yang kalut aku segera berlari menuju kamar, tanpa mempedulikan panggilan dan pertanyaan Mas Pras.
Tiba di kamar aku langsung melangkah menuju kearah meja riasku, membuka laci dibagian bawah dan mengambil obat pencegah kehamilan kemudian segera menelannya.
Sial sungguh benar-benar sial, karena yang biasanya aku mengonsumsinya rutin setelah berhubungan intim, semalam aku sampai teledor sebab ketiduran.
Rasanya aku belum siap jika mengandung, aku masih butuh kebebasan dan lagi aku juga tak ingin punya anak dari Mas Pras. Karena sampai sejauh ini hatiku masih belum mau menerima kehadirannya.
Alasannya karena dia sama sekali bukan tipeku, usianya yang jauh dariku dan aku tak cinta.
Pintu berderit, segera kusembunyikan sisa obat yang ada ditanganku. Karena aku gak mau Mas Pras tahu apalagi mencerca dengan macam pertanyaannya.
"Kenapa terburu-buru ke kamar, apa ada masalah?" tanyanya yang terdengar khawatir.
Aku menggeleng. "Hanya aku mau siap-siap, takut terlambat karena pagi ini aku ada kelas," jawabku asal dan segera aku mengambil tas.
To be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Suhartik Hartik
sabar ya mas Pras ...
2023-01-23
0
YesLin
Mas Pras sabar bgt
2022-01-18
0
Putri Pink
suami perhatian gitu mau ditinggalin...
aadduuuhhhh kasih aku aja lah,kl memang ada dikehidupan nyata
2021-12-13
0