Mas Pras mencengkeram pergelangan tanganku kuat dan setelah tiba di dalam kamar dia menghempaskanku begitu saja hingga aku tersentak kaget. Sungguh kali ini baru pertama kali kuketahui sisi lain dari dirinya, kasar.
Dia kini meraup wajahnya kasar. "Dari mana saja?" ucapnya penuh emosi, matanya kini jelas terpancar kemarahan didalam sana.
"A—aku...," ucapku terbata juga terputus sebab Mas Pras kini melangkah mendekat kearahku, tangannya bergerak maju melepas helm yang ku kenakan, setelahnya membantingnya ke lantai.
Brakkk
Bunyi bantingan helm itu membuatku spontan menjerit dan menutup telinga. Kini ketakutanku menjadi berkali-kali lipat. Sementara helm kini sudah tak lagi berbentuk. Bahkan aku sudah ingin berteriak lagi jika nanti Mas Pras mengamukiku.
"Jadi begini yang kamu lakukan diluaran sana!" ucapnya mendesis.
Terlihat Mas Pras merogoh mencari sesuatu dibalik saku celananya, setelahnya dia menghempaskan sebuah benda kecil diatas ranjang dan sontak membuatku membelalakkan mata. 'Dari mana Mas Pras mendapatkannya,' batinku.
"Sampai kapan kamu menyembunyikan ini dari Mas?" tanyanya dengan manik mata yang sedikit melebar menatapku begitu intens, seolah matanya mengunci pergerakanku.
"A—ku.."
"Jawab Ana!" bentaknya dan membuatku refleks terperanjat.
"Aku baru tahu itu seminggu yang lalu," ucapku menunduk tak berani menatapnya.
"Berapa usia kandunganmu?"
Aku menggeleng, "Aku tak tahu," jawabku mulai terisak.
"Kamu hamil dan kamu tak tahu—," ucapan Mas Pras terhenti, kemudian dia mendekat kearahku. Perlahan kedua tangannya memegangi bahuku dan kembali bertanya, "Siapa ayah dari janin yang kamu kandung?"
Isakku terhenti, perlahan aku mendongak memberanikan diri menatap balik sorot matanya.
"Katakan!" Aku menutup bibirku rapat, tapi justru Mas Pras mengguncang bahuku.
Air mataku kini semakin deras mengalir. "Mas bertanya ini anak siapa? Memang siapa yang selama ini, setiap malam meniduriku. Katakan Mas siapa!" ucapku kini menaikan intonasi suaraku.
Rasanya hatiku kali ini benar-benar sakit.
"Kamu tahu kalau kamu hamil, tapi keluar bersama laki-laki lain. Kamu tahu apa kamu pantas pergi dengan laki-laki lain, Anna!" bentaknya didepan mukaku.
Aku terdiam, dengan tubuh bergetar. Kini Mas Pras melepaskan tangannya dari pundakku dia berbalik badan dengan satu tangannya berkacak dipinggang sementara satu tangan lainnya meraup wajah kasar.
"Kalau Mas memang tidak mengakui anak ini, lebih baik Mas pulangkan saja aku kerumah orangtuaku," ucapku.
Spontan dia membalikkan tubuhnya menatapku, hingga tatapan kami menajam satu sama lain.
"Bagaimana, lalu setelah ini kita bisa bercerai," tantangku padanya.
Dia tampak terkejut dengan ucapanku. Sejenak dia menutup dan memejamkan matanya, seolah mengontrol emosinya yang tengah memuncak. Saat aku menatap kebawah terlihat kedua tangannya mengepal hingga terlihat urat-urat di nadinya. "Gak, Mas gak akan ceraikan kamu," ucapnya usai matanya terbuka menatapku.
"Kenapa? Bukankah Mas meragukan janin yang aku kandung ini milik siapa. Dan lagi aku juga tidak menginginkan anak ini!" teriakku mendekat seraya memukuli dadanya.
"Aku gak cinta sama Mas, dan kenapa Mas terus memaksaku. Aku kehilangan semuanya—kehilangan masa mudaku. Kamu jahat Mas, kamu jahat ... " aku meluapkan semua emosiku padanya dan terus-terusan memukuli dadanya, tak ada penolakan juga perlawanan darinya hingga membuat hatiku kini bertambah sakit. Badanku melemaskan, tak kuat menahan beban ditubuhku aku pun ambruk dengan air mata yang terus saja mengalir hingga perlahan penglihatanku menggelap setelahnya aku tak mampu lagi mengingat apa-apa.
To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘😘
2023-07-28
0
susi 2020
😔😔😔
2023-07-28
0
🌾lvye🌾
iss ni biniknya udah salah masih aj keras kepala... masih labil bgt,,, banyak koq cewek seumur anna tapi pemikirannya dewasa
2021-08-26
0