"Baru pulang?" suara itu membuatku menoleh mencari sumbernya. Rumah dalam keadaan gelap, sebab kini sudah lebih dari pukul sepuluh malam.
Aku tentu tahu suara itu milik siapa, tapi aku hanya ingin tahu keberadaannya. Mas Pras kini duduk di sofa ruang tamu.
"Hmm, ada tugas kelompok yang aku kerjakan bersama teman-temanku," jawabku asal.
"Kamu sudah makan? tadi aku mampir ke tempat Mama, beliau masak makanan kesukaan kamu."
Keningku berkerut, aku mengabaikan ucapan Mama, tapi Mas Pras justru yang datang ke tempat orangtuaku? Apa dia mau cari muka, batinku.
"Makanlah dulu, aku akan menghangatkannya," ucap Mas Pras bangkit dari kursi yang ia duduki.
"Gak perlu Mas, aku sudah kenyang," sela-ku mencegah niatnya yang akan pergi ke dapur, kemudian aku berjalan mendahuluinya terlebih dahulu.
Akupun pergi menuju kamar kemudian membersihkan diri. Setelah selesai aku merebahkan diri diranjang, badanku rasanya sudah pegal luar biasa.
Saat mataku mulai terpejam, aku merasakan kasur disisiku mulai bergoyang. Mataku sedikit kubuka melirik kearah ranjang yang melesak sebab Mas Pras ikut membaringkan diri disana dengan setengah badan bersandar pada bedboard.
"Capek?" tanyanya seraya menarik lengan kananku dan memberi pijatan.
Aku sontak menariknya dan menyembunyikan seluruh bagian tubuhku kecuali kepala dibalik selimut.
Mas Pras justru mengacak rambutku dan berujar, "Bagaimana kalau kamu pakai jasa supir, untuk mengantar jemput selama kamu keluar rumah."
Mataku sontak membulat. "Gak," tolakku cepat-cepat, bisa-bisa itu akal-akalan Mas Pras untuk memata-mataiku, batinku.
"Kenapa?" tanyanya menoleh kepadaku dengan alis berkerut.
Bola mataku berputar mencari alasan. "Gak enak pake supir. Dan lagi pula aku terbiasa mandiri."
"Tapi Mas gak tega lihat kamu tiap malam kecapekkan begitu."
Memang itu tujuanku, batinku menjawab ucapannya.
"Mas kan gak enak kalau mau minta itu sama kamu," sambungnya.
Tuh kan, baru juga aku ucap lewat batin. Dia udah ngomong duluan. Akupun tanpa sadar mengerucutkan bibirku.
"Mas gak maksa kug, jangan cemberut begitu," ucapnya dan spontan mengecup bibirku kilat sampai membuat mataku terbelalak.
"Ihhhh, Mas apaan sih!" ucapku protes saat dia menarik wajahnya menjauh dan kuhadiahi dia dengan cubitan dilengannya.
"Aduuuuuh," ucapnya mengaduh dan mengelusi bekas cubitanku. "Heran sama istri Mas satu ini, kenapa galaknya seperti macan," sindirnya.
"Istri yang satu ini?" sahutku mencibir ucapnya.
"Iya satu-satunya istri yang Mas punya," katanya seraya menaik-naikan alisnya membuatku geli menatap wajahnya.
"Aku kira ada istri lain lagi diluar," celetukku.
Mas Pras justru tergelak tertawa sampai memegangi perutnya. Aneh, batinku padahal tak ada lucu-lucunya dia sampai tertawa.
"Istri Mas gak ada duanya, cuma kamu Febriana," ucapnya saat usai berhenti tertawa
Akupun cuma tersenyum kecut menanggapinya. "Lalu kenapa Mas sangkut pautin aku sama macan. Aku ini manusia bukan hewan," tegasku memasang wajah sebal.
Mas Pras kembali tertawa dan geleng kepala. "Macan itu manis dan cantik," ucapnya membuatku mengerutkan kening. Singkatan to? batinku.
"Dikit-dikit marah, awas nanti cantiknya hilang," ucapnya kembali menciumku, mendaratkan bibirnya ke pipiku.
Segera aku mendorong wajah Mas Pras, tapi dia malah masuk kedalam selimut dan berada diatasku. "Mas apa-apaan?" jeritku.
"Dengan begini kamu tak bisa melawanku," ucapnya kembali menciumi pipiku. Dan selanjutnya yang terjadi adalah mengikuti naluri.
To be Continue
Mas Prasetyo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Suhartik Hartik
mesra banget mas Pras .... berusaha merebut hati Febriana .... intermeso yg apik sebelum meminta jatah wkwkwkwkwkw...top bgt Thor
2023-01-23
0
Lek Ita
Fan leng haduh bie
2022-01-17
0
Delita
suka visualnya 😘😘
2021-11-18
0