Pagi ini aku bersiap berangkat menuju kampus tempatku kuliah. Usiaku menginjak diangka duapuluh tahun, aku tercatat sebagai seorang mahasiswi di Universitas negri Jakarta semester empat dan aku mengambil jurusan mata kuliah desain.
Statusku yang telah menikah pun tak menghambatku untuk meneruskan pendidikan, sebab aku bersikeras untuk tetap mempertahankan keinginanku menyelesaikan kuliah sampai aku mendapat gelar sarjana.
Dan lagi, aku tak ingin hidupku diatur sepenuhnya oleh seseorang yang disebut dengan suami. Cukup ia mengambil satu yang berharga dalam hidupku tapi jangan kebebasanku.
Dengan aktivitas keluar rumah seperti dikampus membuatku menghirup udara bebas, memiliki hiburan, berbaur dengan orang banyak dan lagi aku bisa melupakan sejenak beban batin yang mendera. Karena hidup seatap dengan seseorang tanpa cinta, bagiku itu sangat berat.
Mas Pras, sebelum menikah aku sudah menyodorkannya dengan berbagai macam permintaan, lebih tepatnya sih syarat. Aku berharap dia keberatan dan menolak akan permintaanku, lalu membatalkan niat untuk menikah denganku. Namun nyatanya dia malah mengiyakan tanpa bantahan sedikitpun dan hal itu makin membuatku semakin sebal padanya.
Padahal hal yang aku minta kupikir akan memberatkannya, sebab yang aku tahu dia hanya bekerja sebagai montir. Tapi kenyataannya tak seperti dugaanku, dia mengabulkan semua syarat yang aku minta. Mobil pribadi yang tengah aku kendarai ini adalah salah satunya, kemudian uang bulanan pribadiku yang khusus tanpa boleh tercampuri dengan kebutuhan lain. Asisten rumah tangga yang wajib ada setelah aku pindah ke rumah yang baru.
Perjalanan dari rumah ke kampus memakan waktu empat puluh lima menit. Setibanya di kampus aku langsung memarkirkan mobilku. Kemudian berjalan memasuki gedung kampus, menyusuri tiap koridor hingga sampai di kelasku.
"Anna sini!"
Dibangku yang terletak dipojok ruangan teman-temanku tengah berkumpul disana, lambaian tangan dan perintahnya mengintruksi agar aku segera mendekat ke arah mereka. Akupun segera mendekat mengambil bangku dekat mereka.
"An-An ada gosip baru di kampus," kata Nisa antusias, dia memutar kursinya menghadap ke arahku.
"Gosip apa?" tanyaku seraya memutar mata mencari jawaban dari teman lainnya.
"Bakal ada dosen baru di kelas kita, katanya sih gantiin Bu Sinta yang sedang cuti hamil," tukas Nadia yang duduk bersebelahan denganku.
"Darimana kamu tahu? Aku rasa belum saatnya deh Bu Sinta cuti," sela-ku. Mengingat usia pernikahan Bu Sinta yang baru beberapa bulan, aku tahu sebab pernah datang sebagai tamu undangan sebagai perwakilan dari teman-teman semata kuliah.
"Bu Sinta kan perutnya udah bulet banget, dalam hitungan minggu udah pasti anaknya bakal brojol. Gak mungkin kan dengan kondisi dia yang kayak gitu kekueh ngajar disini," ucap Nisa sambil memperagakan besar perutnya Bu Sinta.
"Lagi pula kalau mengajar ngegas gitu, yang ada malah anak dalam kandungannya keluar duluan," celetuk Vera yang dari tadi diam nyatanya menyimak.
Dan membuat teman-teman yang lain tertawa termasuk aku. Mengingat pembawaan Bu Sinta saat mengajar mata kuliah tak ada kalem-kalemnya. Bersuara lantang juga jangan lupakan sorot mata elang yang mampu membidik anak didiknya sampai pada titik pojokan, biasa tempat mahasiswa tidur saat jam belajar berlangsung.
Tawa kami terhenti seketika, pusat perhatian kami tertuju pada sosok pria tampan berpakaian kemeja celana bahan dan juga sepatu pantofel yang muncul dari arah pintu masuk ke dalam ruangan. Dengan melihat penampilannya sudah dipastikan itulah dosen baru yang akan mengajar.
"Khmm," suara deheman mulai mengintruksi para mahasiswi wanita dari terbengongannya akan sosok yang dilihatnya, segera mereka mengambil tempat duduk masing-masing.
Dosen itupun mulai mengenalkan diri, dan bisa kutebak usianya belum genap duapuluh lima tahun.
"Perkenalkan nama saya Adrian Candrawinata. Kalian bisa memanggil saya dengan nama Bapak Adrian," ucapnya memperkenalkan diri, dan di saat itulah aku merasa seperti pernah mendengar namanya juga suaranya.
Aku mengernyit mencoba mengingatnya, memperhatikan lekat perigainya yang begitu familiar namun kurasakan agak berbeda mungkin karena yang kulihat didepan mata tampak berwibawa.
'Siapa?' batinku mulai bertanya.
Dan pada saat tatapan kami bertemu, bibirku terbuka disertai mengeja namanya lirih, "Kak Adrian?"
To be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Bunda Aish
ngulang baca....
2023-09-27
2
Erni Fitriana
kenapa an......kenal?
2023-06-20
0
Zakia Nur Rachmawati
sudah 3x ngulang baca novel ini, ga ada bosennya😍
2023-02-22
0