Episode 8

Berulang kali aku berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Menengok ke arah luar juga berpura-pura bolak-balik dari kamar ke dapur hanya untuk mengambil air minum. Dan air itu hanya berakhir di kamar mandi karena saking banyaknya aku mengambil.

Mas Pras, itu kulakukan karena dia. Aku ingin memancingnya agar dia masuk ke dalam kamar. Namun yang terjadi adalah hasilnya nihil. Sebab dari tadi hingga kini dia, Bik Marni dan Mang Jono (yakni selaku tukang kebun juga supir dirumah kami dan juga suami dari Bik Marni), mereka masih asyik nonton acara debat di TV.

Hal itu tentu saja membuat diriku merasa jengah, apa sih untungnya nonton begituan. Bahkan aku gak ngerti karena yang dibahas adalah masalah politik. Pernah sih Mas Pras nonton TV di kamar tapi aku marah-marah karena membuat suasana menjadi berisik. Dan setelah itu dia tak pernah lagi melakukannya.

Suara handle pintu kini terdengar dan kulihat ada gerakan memutar, itu artinya...

Bola mataku bergerak gelisah, sebab aku yang masih berada dibalik pintu kini panik dan dengan segera aku bergerak menjauh. Namun sial alih-alih pindah tempat justru kakiku terbelit satu sama lain hingga mengakibatkan aku terjatuh, dan tepat pada saat itu pula pintu tengah terbuka.

"An, apa yang kamu lakukan?" ucapan Mas Pras begitu melihatku tubuhku mendarat dilantai.

'Udah jatuh, masih nanya, batinku.' Akupun hendak bangkit namun yang kurasakan lututku malah terasa nyeri, sontak saja aku meringis menahan rasa sakit.

"Kenapa di dalam kamar musti lari-lari?" kata Mas Pras yang kini berjongkok memeriksa keadaanku.

'Ini terjadi juga karena kamu Mas! gerutuku dalam hati.

"Bisa berdiri?" tanyanya.

Aku menggerakkan kakiku hendak berdiri, namun aku urungkan sebab merasa untuk bergerak pun kian sakit. Mas Pras yang mengetahui aku tak kunjung bangkit, dia pun segera ambil tindakan membopong tubuhku sampai ke ranjang.

Lututku tampak memar, Mas Pras mengatakan kepadaku akan ke dapur mengambil air hangat. Tak lama dia datang membawa baskom air hangat beserta dengan handuk.

Kain yang sudah direndam dengan air hangatpun kini diperas dan diletakkan pada luka memar, karena suhu panas dapat memperlancar aliran darah, sekaligus mempercepat perubahan warna kulit yang tadinya lebam menjadi lebih tersamarkan dan lagi mengurangi rasa nyeri dibagian yang sakit, Mas Pras menjelaskannya begitu detail sambil membantu mengompres lukaku.

"Jangan diulangi lagi, ruangan ini tak terlalu besar untuk berlari-lari," ucapnya yang kurasa dia tengah mengejekku. Aku hanya mendegus, tak mau menanggapi ucapannya.

"Besok kita ketempat Mama Papa ya, kalau keadaan kakimu sudah membaik kita berangkat pagi."

Aku masih terdiam, memalingkan wajahku dengan raut tak suka. Tapi justru Mas Pras menarik daguku dan mengarahkannya untuk

menatap wajahnya. "Dari sejak kita menikah kamu belum mampir ketempat mereka, apa kamu gak rindu dengan orangtua kamu?" tanyanya lembut padaku.

Mulutku terbuka hendak ingin memprotes, tapi aku urungkan sebab aku ingat bahwa ada yang aku inginkan darinya, apalagi kalau bukan uang.

"Mas aku ingin bicara?" sahutku cepat-cepat.

Terlihat Mas Pras menaikkan alisnya, "Apa? sudah malam besok saja." Ucapnya dengan senyum yang aku rasa menyebalkan sebab kini dia merubah posisinya dengan berbaring. Diapun menepuk bantal disebelahnya isyarat agar aku mengikutinya tidur.

**

Paginya kakiku sudah merasa sedikit baik. Dan sesuai permintaannya hari ini kami bertandang ke rumah orangtuaku. Dalam hati, yowes aku nurut biar keinginanku juga nanti dipenuhi.

Begitu aku sampai Mama menyambutku dengan omelannya, heran anak sendiri datang gak disambut dengan baik tapi malah justru diomeli. Beda dengan Papa yang terlihat tetap adem ayem.

Seharian dirumah orangtuaku justru aku tidak bersama dengan Mas Pras. Dari setelah sarapan hingga sore aku tak menemukan batang hidungnya, kata Mama sih dia lagi bantuin Papa buat benerin motor vespa kesayangan Papa.

Hingga magrib Papa dan Mas Pras baru muncul dan datang berboncengan dengan mengendarai vespa antik milik Papa. Di lanjut kami makan malam bersama dan jam setengah sembilan kami baru berpamitan untuk pulang.

In hale ex hale, misiku untuk meminta uang sudah benar-benar mepet. Bagaimana tidak, karena besok sudah hari senin waktunya aku kembali masuk kuliah dan esok juga hari terakhir pelunasan administrasi kunjungan wisata.

Aku yang masih melek sambil maen ponsel melirik ke arah Mas Pras yang berbaring disebelahku, terlihat dari wajahnya ada gurat lelah mungkin karena hari libur ini seharian tadi waktunya dia pakai untuk bekerja.

Aku yang merasa terdesak karena tak punya waktupun, kini dengan membulatkan tekad untuk membangunkannya. Dan yang terjadi kini aku menoel-noel bahunya dengan jari telunjukku agar dia terbangun. Tak lama dia merespon, usahaku berhasil.

"Hmmmm," dia bergumam kemudian kulihat matanya mulai menyipit setengah terbuka.

"Mas, aku mau bicara," kataku kemudian.

"Kenapa, apa kakimu masih sakit?" tanyanya yang kini bangkit duduk sambil memijat pangkal hidungnya, mungkin dia pusing karena aku bangunkan tiba-tiba.

Akupun menggeleng, "Bukan itu, sebenarnya aku butuh uang."

"Untuk?" tanya Mas Pras yang kini menyipitkan matanya ke arahku.

Sedikit takut juga kalau dia marah, aku menggigit bibir bawahku lalu tak lama aku berujar, "Uang buat bayar administrasi kunjungan wisata yang Mas kasihkan ke aku beberapa minggu lalu gak sengaja ke pakai," cicitku. Karena Mas Pras tak kunjung bertanya aku melanjutkan ucapanku, "Itu loh Mas kan kelas jurusan yang aku ambil banyak melakukan praktek jadi uang kepake untuk itu juga skincare dan kebutuhan lain habis bersamaan. Jadi jatah bulanan gak cukup," jelasku menambahinya dengan alasan yang aku buat-buat.

Mas Pras masih memandang ke arahku dan aku tak bisa menangkap responnya, tapi setelahnya dia berucap, "Memang, berapa yang kamu butuhkan?"

Sedikit terkejut, akupun kembali menguasai situasi. "Setengahnya," cicitku.

Dan diluar dugaan pemirsa, Mas Pras mengangguk.

"Tapi telat bayarnya besok," ujarku cepat-cepat.

"Besok pagi aku transfer lewat rekeningmu."

Dan mendengar itu refleks mataku melebar, gak salah dengarkan aku, batinku. Dia gak bantah, gak nolak juga gak tanya hal yang lebih. Benar-benar gak sesuai seperti yang aku prediksi.

Kudengar kini dia berdecak, "Jadi gak bisa tidur," keluhnya. Akupun refleks menoleh ke arahnya dan dia juga ternyata tengah menoleh ke arahku.

"Kamu capek gak?" tanyanya. Dan aku sangat faham ketika dia mengajukan pertanyaan itu saat di atas ranjang, dia sedang memiliki maksud terselubung. Apalagi kalau bukan, ah pemirsa pasti sudah tahu tak perlu aku perjelas.

It's oke. Aku menggelengkan kepala. Dan balik lagi karena gak ada yang gratis didunia, batinku.

Mas Pras sudah mulai mendekat dan aku meletakkan ponselku dibalik bantal, kurasakan tangannya sudah mulai bergerilya makin lama kamipun makin terbuai akan sentuhan yang menggairahkan.

"Mas," panggilku dengan suara parau dan Mas Pras hanya membalas dengan berdehem tanpa mengalihkan kegiatannya. Akupun kembali berucap, "Tambahin juga ya uang saku untukku, kan perginya ke singapura."

"Mas," tegasku menarik kepalanya karena tak ada respon, dia pun mendongak menatapku.

Dari cahaya lampu yang masih terang menyala kulihat kening Mas Pras tampak berlipat meski sorot matanya jelas tampak menggelap, lalu dia pun berucap singkat "Ya."

Dan selanjutnya dia meneruskan kegiatannya yang tertunda, akupun menyambutnya dengan melingkarkan lenganku dilehernya dan juga balas ******* bibirnya. Rasanya memang gila, aku yang tak terbiasa aktif seperti ini justru merasa bagai menjual diri kepada suami. Apalagi kalau bukan karena uang.

To be Continue

Terpopuler

Comments

Ria Susilawati Wahyudi

Ria Susilawati Wahyudi

ya ga pa2 jual diri k laki sendri mah..pahala dapet..ena apalag😅

2021-12-10

0

anita azka

anita azka

mas pras bkn montir biasa

2021-10-07

0

Yanni Santoso

Yanni Santoso

cewknya kurang dewasa aja sih jd mikirnya mas Pras ketuaan buat dia pdhl mas Pras itu matang lho..keren bertanggung jwb

2021-04-28

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Ruang Rindu
68 Episode 67
69 Episode 68
70 Episode 69
71 Episode 70
72 Episode 71
73 Episode 72
74 Episode 73
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 Episode 85
87 Episode 86
88 Episode 87
89 Episode 88
90 Episode 89
91 Episode 90
92 Episode 91
93 Episode 92
94 Episode 93
95 Episode 94
96 Episode 95
97 Episode 96
98 RUANG RINDU
99 Ekstra Part
100 Ekstra Part
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Ruang Rindu
68
Episode 67
69
Episode 68
70
Episode 69
71
Episode 70
72
Episode 71
73
Episode 72
74
Episode 73
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
Episode 85
87
Episode 86
88
Episode 87
89
Episode 88
90
Episode 89
91
Episode 90
92
Episode 91
93
Episode 92
94
Episode 93
95
Episode 94
96
Episode 95
97
Episode 96
98
RUANG RINDU
99
Ekstra Part
100
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!