Bab 12
****
Setelah anak kunci terbuka dari selotnya, kini terbukalah semua daun pintu dengan lebarnya. sehingga nampak dengan jelas, sosok gadis muda berusia kisaran 25 tahunan. gadis itu sedang duduk sambil terisak-isak dan menekuk wajahnya dengan kedua lututnya, yang terlihat belepotan tanah merah di kedua kakinya.
Bu hani sempat terdiam dan mematung sesaat, sewaktu ia melihat sosok gadis yang sedang duduk membelakanginya. karena dari ciri-ciri pakaian yang gadis itu kenakan, hampir sama persis dengan pakaian yang anaknya kenakan, saat anjani berpamitan untuk pergi ke kota.
Dengan langkah berat tapi pasti, bu hani mulai memberanikan dirinya dan mencoba bertanya. kepada gadis yang sedang duduk di teras rumahnya sambil menangis sesenggukan.
"Ka... kamu siapa ya?"tanya bu hani terbata.
"Kenapa malam-malam begini, menangis di depan rumah saya?"tanya bu hani lagi dengan suara yang sedikit gemetaran.
Sosok gadis itu pun perlahan berbalik ke arah bu hani, kini terlihatlah dengan jelas wajah dari gadis tadi. gadis muda yang sedang duduk dan menangis pilu, di atas teras rumah bu hani.
Terlihat dari kedua matanya yang hitam dan juga lebam-lebam, langsung mengeluarkan tetesan darah segar. raut wajahnya juga sangat sendu, dan begitu pucat pasi. serta terdapat banyak sekali luka memar di sekitaran wajah pucatnya. pakaian yang dikenakannya juga terlihat sobek-sobek, dan rambutnya juga terlihat begitu sangat kusut acak-acakan.
Bu hani yang kala itu melihatnya, sontak saja ia langsung terkejut dan terjatuh ke lantai tanah depan rumahnya. karena tadi melihat wujud menyeramkan, dari gadis muda yang sedang berdiri tepat dihadapannya sekarang.
Sosok gadis muda yang menyerupai wajah anjani itu, perlahan mulai menghampiri bu hani yang sedari tadi masih saja terduduk lemas di lantai tanah teras rumahnya.
"Maafkan Jani, ya buk..!! soalnya jani kini sudah gagal dan gak bisa membawa pulang semua cita-cita jani. agar bisa membahagiakan ibu, bapak dan juga jana."ucap lirih sosok gadis muda itu sambil ia menangis dan meneteskan lelehan butiran-butiran kristal darah yang mulai membasahi kedua pipinya.
HU..HU..HU..HU..HU
"A...a..an_jani..!! apakah kau anjani, anak ku?"tanyanya terbata-bata untuk memastikan apakah itu benar-benar anjani anaknya.
"Iya bu ini aku anjani, anak ibu." tolong Jani bu... Jani disana kedinginan bu... Jani juga kesepian sekali..."rintih anjani sambil meneteskan terus lelehan darah di sudut netranya dan mendekap tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.
"Jani...takut sekali bu...."rintihnya lagi.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Nak? "tanya bu hani yang langsung menangis dan memeluk sosok gadis itu.
Tapi anehnya bu hani tidak bisa sama sekali, untuk menyentuh tubuh sosok gadis muda yang menyerupai wajah anjani. saat itu bu hani mencoba hendak memeluknya kembali, tapi langsung tembus dan melewati tubuhnya. tapi bu hani pun tak putus asa begitu saja, dia terus mencoba berulang kali memeluknya lagi tapi tetap saja gak bisa. seolah sosok anjani yang berada di hadapannya sekarang, hanyalah sebuah bayangan semu dan angin malam.
"Kenapa ibu tidak bisa menyentuh dirimu Nak..?"tanya bu hani kebingungan sambil ia memperhatikan telapak tangannya.
"Ibu kangen sama kamu jani, kalau disana kamu merasa takut. pulanglah saja nak, tak usah kau memikirkan cita-cita mu itu. ibu, bapak dan juga Jana adikmu, sudah cukup merasa bahagia kalau kamu selalu berada disisi kami."tutur bu hani sambil meneteskan air matanya yang mulai membanjiri pipi.
"Ibu begitu merindukan mu, Jani. sebenarnya ibu gak rela saat kamu mau pergi ke kota besar, karena ibu takut kalau akan terjadi sesuatu disana dan takut kamu kenapa-napa sayang." kata bu hani disela-sela tangisnya sambil dia terus berusaha untuk memeluk tubuh anjani, tapi tetap saja ia tak berhasil juga.
Tiba-tiba saja sosok anjani dengan wujud yang menyeramkan tadi, langsung berubah kembali ke wujud anjani yang semula. seorang gadis cantik, berhidung mancung yang mempunyai mata indah nan lentik. Ia tersenyum manis kepada bu hani, lalu mengusap bulir bening yang berjatuhan dari kedua mata ibunya itu.
"Ibu gak usah sedih kaya begitu, jani kan gak kenapa-napa ko bu. buktinya sekarang jani ada disini, ada di hadapan ibu."ucap anjani sambil tersenyum manis dan memeluk erat ibunya.
Mereka pun akhirnya saling berpelukan erat satu sama lain, untuk meredakan kerinduan yang belum lama terpendam. tapi baru saja beberapa menit mereka melepaskan kerinduan, jani perlahan mulai melepaskan pelukannya dari tubuh hangat milik ibu tercintanya.
"Mulai dari sekarang, ibu jangan pernah merasa bersedih lagi ya. soalnya kalau ibu sedih, Jani juga jadi ikutan sedih buk. selalu do'akan jani ya bu, agar jani bahagia dan tenang di alam sana."ujar anjani seraya tersenyum.
"Apa maksud mu tenang di alam sana nak? kenapa kamu bicara seperti itu, kamu gak boleh mengucapkan kata seperti itu lagi ya."tegas bu hani sambil menggenggam erat tangan anjani
"Saat sudah waktunya nanti, ibu juga akan tau semuanya ko." Dan setelah semua urusan jani selesai, pasti jani akan kembali lagi kesini. untuk bertemu, ibu, bapak dan juga jana, selalu jaga diri ibu baik-baik yah... titip salam juga untuk bapak dan jana. dah ibu...."pamit anjani melepaskan genggaman tangan ibunya.
"Ingat....!!! ibu jangan bersedih atau menangis lagi ya. karena jani gak suka, kalau melihat ibu menangis terus-menerus."ucapnya sambil menggerakkan telunjuknya di depan bu hani lalu perlahan mundur secara teratur.
"Terus, sekarang kamu mau kemana nak? hayo kita masuk saja ke dalam, ibu sudah masakan makanan kesukaanmu, nasi liwet sambal teri."kata bu hani memegangi tangan anjani.
Tapi perlahan-lahan anjani mulai memundurkan langkahnya, sembari dia tersenyum simpul meninggalkan ibunya yang sedang di rundung kesedihan saat itu. dengan perlahan-lahan juga bayangan sosok anjani pun mulai menghilang, di telan gelap dan pekatnya sang malam.
" Jani....!!! Jani...!!! kamu kemana nak? jangan pergi Jani, jangan pernah tinggalkan ibu sendirian disini."jerit tangis bu hani pecah sambil dia berputar-putar di tempatnya berdiri.
Bu hani pun berteriak-teriak dan berlarian kesana kemari, untuk mencari-cari keberadaan dari sosok anjani yang menghilang begitu saja. sambil mulutnya terus saja meracau gak jelas, seperti orang yang sudah gak waras saja.
"Jani...!! kemana kamu pergi nak? ibu masih kangen banget sama kamu, walaupun kamu baru meninggalkan ibu satu hari. tapi bagi ibu rasanya itu sudah satu tahun lamanya. ibu khawatir sekali sama kamu nak. kenapa tadi kamu bicara seperti itu! apa maksud ucapan mu tadi nak."racau bu hani sambil dia terduduk lemas di lantai tanah teras rumahnya yang keras dan juga sangat berdebu.
Karena malam ini bu hani sangat kebanyakan menangis, kini matanya yang sudah terlihat sembab tak terasa mulai melemah. perlahan tapi pasti, kedua kelopak matanya pun mulai mengatup semua, tanpa di sadari bu hani malah terlelep tepat di depan rumahnya.
*****
Bersambung....
Salam Penasaran selalu....🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
d bgian nie sprti s manis jembatan ANCOL
2021-07-13
0
Mariam R RIa
sedihnya Thor 😭😭😭😭😭😭😭
2021-05-21
0
Prilia Sari
Ceritanya mengandung bawang
2021-05-05
2