Chapter 8. Penuh Keinginan

"Kau istirahatlah, aku akan segera kembali setelah memastikan wanita itu pergi." sahut Bram.

"Jaga matamu." hardik Gia.

"Iya." ucap Bram dan segera berlalu pergi meninggalkan Gia seorang diri.

"Sungguh membosankan sekali jika aku menunggu wanita itu pulang dengan sendirinya." gumam Bram sembari menekan tombol pintu lift agar terbuka.

Di sana sudah terlihat Kayra dan Queensya terus terbahak-bahak melihat tingkah Rabian yang terus bergoyang meloncatkan tubuhnya di atas tunggangan tubuh Afrah.

"Autny lagi, ayo." teriak Rabian setengah merengek karena Afrah sudah terlihat kelelahan sesekali ia menghentikan gerakannya merasa lututnya sudah sakit sekali.

Beban Rabian sungguh membuat Afrah kewalahan terlebih lagi dirinya sangat tidak suka berolahraga raga.

Tubuhnya terlihat semakin lemas, hingga tampak sudah tak sesegar awalnya ia datang ke rumah itu.

"Mampus tuh si calon pelakor." umpat kesal Kayra.

"Iya, sepertinya kita tidak perlu capek-capek mengerjainya, Rabian sudah mewakili kekhawatiran Indira kali ini." sahut Queensya.

Rambut yang bergelombang indah itu kini sudah tampak acak-acakan, keringat sudah menjalar di seluruh tubuh Afrah hingga polesan make up yang ia kenakan kini sudah terlihat mulai luntur.

"Sial, aku sudah berkeringat seperti ini. Bagaimana dengan wajahku? anak sialan tunggu kau." pekik Afrah dalam hatinya benar-benar geram dengan Rabian.

Bram masih mencermati gerakan Afrah yang nampak merencanakan sesuatu. Saat ia ingin menjatuhkan tubuhnya ke lantai demi menyingkirkan Rabian dengan cara liciknya itu Bram segera berlari cepat menangkap tubuh Rabian.

"Beraninya kau." hardik Bram yang menggendong Rabian dan menatap tajam pada Afrah.

"Apa maksud mu? aku kelelahan dan aku hampir saja jatuh. Mengapa kau jadi memaki diriku?" tanya Afrah berlagak seakan tak mengerti.

"Cih...ku fikir kau wanita yang cukup pandai tapi ternyata..." Bram memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya dan segera menatap ke arah Bi Qila.

Dengan langkah cepat Bi Qila mengambil Rabian dari gendongan Bram.

"Hey, apa yang kau lakukan? kau lihat saja aku akan melaporkan dirimu pada Tuan mu!" ancam Afrah.

Bram tanpa perduli lagi kini sudah menyeret tubuh Afrah ke luar rumah dan menghempaskan begitu kasar tubuh wanita itu.

"Jangan berharap aku akan menghormati wanita seperti dirimu! Dan ingat nyawa Tuan muda Rabian tidak akan ada tandingannya dari apa pun yang Tuan miliki. Jadi jangan pernah berfikir untuk menyentuh bahkan menggores sedikit pun tubuh Tuan muda Rabian."

Afrah yang masih berada di lantai teras rumah megah itu hanya menatap penuh amarah pada Bram.

"Sekertaris sialan! tunggu pembalasan ku, aku akan menjadi wanita satu-satunya Nyonya Malik dan kau jangan harap akan tetap aman di kedudukan mu saat ini."

Bram melangkah masuk ke dalam rumah dengan menarik kera jas miliknya agar rapi.

"Aku bisa bermesraan dengan istriku dari pada harus mengawasi wanita tidak penting sepertinya." gumam Bram.

"Wah Rabian kau pintar sekali sayang." puji Kayra yang meraih tubuh Rabian dari gendongan Bi Qila.

"Iya, lain kali kau buat yang lebih menyakitkan lagi yah sayang." sahut Queensya.

Bi Qila hanya tertawa mendengar dukungan dari kedua sahabat Indira.

"Kalian ini ada-ada saja yah." seru Nyonya Ningrum seraya menggelengkan kepalanya.

Bram sudah melangkah masuk ke lift menuju ke kamarnya.

Di ruangan tengah itu hanya ada Maureen bersama Gibran, Nyonya Ningrum dan kedua sahabat Indira.

Rabian terus bermain di bawah sementara yang lainnya duduk di sofa ruang tengah itu. "Rabian sepertinya butuh mainan yah?" tanya Kayra mendekat pada bocah tampan itu.

"Bagaimana kalau kita mengajaknya beli mainan saja?" ajak Queensya.

"Tante mau ikut?" tanya Kayra pada Nyonya Ningrum.

Ajakan yang sangat menarik, Nyonya Ningrum sudah sangat lama tidak merasakan suasana luar rumah.

"Boleh juga, apa sebaiknya kita minta ijin dulu dengan Abian?" tanya Nyonya Ningrum.

"Iya lebih bagus seperti itu." sahut Queensya.

"Bibi, tolong sambungkan telfon rumah ke kamar utama yah." pintah Nyonya Ningrum.

"Baik, Nyonya." sahut Bi Qila cepat dan segera melaksanakan.

Ia meraih telfon rumah lalu mendengar saat sambungan itu sudah terhubung.

"Halo." Suara khas Abian terdengar dari seberang sana.

"Ini Tuan, Nyonya Ningrum ingin bicara." tutur Bi Qila seraya menyodorkan telfon rumah itu pada Nyonya Ningrum.

"Abian, apa boleh Mami bersama Kayra dan Queensya keluar dengan Rabian? kami ingin mengajak pergi membeli mainan." tutur Nyonya Ningrum dengan penuh hati-hati.

Abian terdiam sejenak, ia melirik ke arah Indira yang melihatnya dengan penuh tanya.

Abian tidak menjawab Indira. "Bi...ada apa?" tanya Indira akhirnya mengeluarkan suara.

"Mami dan yang lainnya ingin membawa Rabian pergi belanja mainan." ucap Abian.

Indira tersenyum sepertinya sangat menarik, sayang sekali ia tidak bisa ikut.

"Ijinkan saja, lagi pula kasihan Rabian sampai saat ini ia masih belum memiliki mainan bukan?" tanya Indira.

"Baiklah, Mami bawa saja tapi aku akan mengirimkan beberapa pengawal yang mengawasi kalian dari jauh."

"Baiklah, Mami berterimakasih padamu." sahut Nyonya Ningrum begitu senangnya.

"Mam, suruh Bi Qila kemari." pintah Abian.

"Baik." jawab Nyonya Ningrum cepat.

Sambungan telepon terputus, Nyonya Ningrum segera memberitahu pada Bi Qila agar menuju kamar utama.

Bi Qila menuju lift dan segera ia ke kamar Abian lalu mengetuk pintu kamar itu.

"Tuan memanggil saya?" tanya Bi Qila.

Tanpa menjawab Abian segera menyodorkan kartu kredit tanpa batas pada Bi Qila.

"Beli apa pun yang Rabian dan Mami inginkan, Bi." ucap Abian.

Di kamar Indira yang mendengar percakapan suaminya dengan pelayan itu tersenyum senang.

"Ya Tuhan terimakasih. Suamiku sangat perduli dengan Mami juga." gumam Indira dengan penuh rasa kagumnya pada pria tampan yang masih dalam keadaan memunggunginya saat ini.

Bi Qila segera melanjutkan langkahnya turun kembali ke lantai dasar dan mereka segera berlalu pergi dari rumah megah itu.

Rabian berada di pangkuan Bi Qila. Ia terlihat penuh semangat saat mengetahui jika dirinya akan jalan-jalan kali ini.

***

Di jalan yang tidak jauh dari perumahan Abian, tampak Afrah yang memukul-mukul stir mobilnya karena emosi.

"Sialan, kalian keluarga sialan. Tunggu pembalasan ku semua." pekiknya dengan penuh tatapan dendam.

Tanpa sengaja Afrah menatap mobil yang baru saja lewat. "Itu seperti mobil yang ada di halaman parkir tadi." ucapnya mengingat dimana Bram yang mendorong kasar tubuhnya hingga membuat ia hampir terhempas pada salah satu mobil yang terparkir di sana.

Kaca mobil yang tidak begitu mampu menutupi isi mobil itu memperlihatkan Rabian yang tengah menoleh ke arah jalan menikmati setiap pemandangan yang ia lewati.

"Anak itu." ucap Afrah tersenyum menyeringai menatap mobil yang melewati dirinya.

Dengan cepat ia segera menancapkan gas mobilnya mengikuti mobil itu, karena begitu ambisinya ia sampai tidak sadar jika di belakang sudah ada satu mobil yang juga ikut melaju ke arah yang sama.

***

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Abian menatap Indira.

"Aku merasa ingin sekali ikut bersama mereka membelikan Rabian mainan, Bi." ucap Indira.

Abian tersenyum nakal mendengar perkataan sang istri.

"Makanya cepat sembuhlah biar kita bisa pergi ramai-ramai nanti." sahut Abian.

"Mana bisa, kan sudah ada waktunya sembuh sendiri, Bi." Indira memanyunkan bibirnya cemberut.

"Yah harus bisa lah. Kau mau kita liburan ramai-ramai? aku akan segera mengaturnya." tambah Abian.

"Benarkah?" tanya Indira.

Abian tampak menganggukkan kepalanya. "Iya tapi kita buat adeknya Rafael juga yah?" ucap Abian.

"Bi, kalau itu mana bisa secepatnya. Kan sudah ada waktunya. Lagi pula ini masih belum sembuh." tambah Indira.

Abian menampakkan wajah lemasnya. "Kasihan sekali nasibmu boy. Kau lagi-lagi harus berpuasa lama." ucap Abian mengelus kepemilikannya yang sudah menonjol.

"Dasar mesum." pekik Abian.

"Apa katamu?" hardik Abian.

"Me-su-m." seru Indira.

"Awas saja nanti kau mendesah saat aku melakukannya yah!" ancam Abian.

Sedangkan Gibran yang bersama Maureen berduaan kini berada di ruang tengah. Gibran masih tampak menikmati tontonan itu hingga ia tidak begitu memperdulikan Maureen yang mulai bosan.

"Gibran." panggil Maureen.

"Iya." sahut Gibran.

Maureen menghela nafasnya kasar melihat Gibran masih saja tidak mau meliriknya.

"Gibran." Kembali Maureen memanggilnya.

Gibran merubah posisi duduknya yang tadi ke arah depan kini menghadap ke arah Maureen yang berada di sampingnya.

"Ada apa? katakan!" ucap Gibran pelan.

"Apa kau benar mencintai ku?" tanya Maureen dengan menatap dalam wajah tampan di hadapannya itu.

"Kau meragukan aku yah?" tanya Gibran.

"Bukan begi-" (Maureen yang belum sempat mengatakan apa pun kini begitu terkejut saat bibirnya sudah di lahap habis oleh bibir tipis Gibran).

Keduanya saling memperdalam permainan bibir itu hingga rasanya suasana semakin tak terkendali.

Tanpa mereka sadar dari sudut yang berbeda tampak Bram yang berdiri mematung dengan meneguk kasar salivahnya. Seakan tengah menikmati pertunjukan panas itu.

"Sialan, apa-apaan bocah ini bermain tanpa lihat keadaan." gumam Bram dengan emosinya.

Tanpa sadar tubuhnya juga ikut merasakan sensasi yang menjalar di tubuhnya. Ia menatap ke bagian celana miliknya di bawah sana.

"Astaga dia bangun." ucap Bram panik dan segera kembali masuk ke dalam lift.

Kebetulan suara televisi yang menyala di depan Gibran dan Maureen mampu mengalahkan suara lift itu.

Bram merasakan keinginan saat itu. Entah apa karena dirinya yang terlalu jarang melakukan hal seperti Abian dan Indira atau karena ia sudah mulai tertular dengan kebiasaan Abian yang selalu menginginkan hal seperti itu.

Pintu lift terbuka Bram dengan cepat melangkah menuju kamarnya. Gia yang tengah tertidur begitu terkejut saat bibirnya sudah di lahap habis oleh Bram.

Terpopuler

Comments

Aris Mamae Rakha

Aris Mamae Rakha

Bram dah terkena virusnya Abian tuuuu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2021-03-09

1

D'vie Setya

D'vie Setya

dtunggu upx kak ..

2021-03-08

1

nhiena Ali

nhiena Ali

𝕯𝖆𝖘𝖆𝖗 𝖜𝖆𝖓𝖎𝖙𝖆 𝖑𝖎𝖈𝖎𝖐..
𝖒𝖚𝖉𝖆𝖍"𝖍𝖆𝖓 𝖐𝖒 𝖞𝖌 𝖐𝖊𝖈𝖊𝖑𝖆𝖐𝖆𝖆𝖓 𝖉𝖓 𝖒𝖆𝖙𝖎 𝖉 𝖘𝖆𝖆𝖙 𝖎𝖙 𝖏𝖚𝖌𝖆𝖌..
𝖆𝖘𝖙𝖆𝖌𝖆 𝖇𝖗𝖆𝖒🤣🤣🤣
𝖐𝖒 𝖏𝖌𝖆 𝖌𝖎𝖇𝖗𝖆𝖓 𝖌𝖆𝖐 𝖙𝖆𝖚 𝖙𝖊𝖒𝖕𝖆𝖙 😂😂

2021-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!