Chapter 4. Suasana Dua Ruang Rawat Yang Berbeda

Bram melangkah mendekat pada Gia, "Kau seperti tidak tahu Tuan saja, aku harus menemani Tuan selama Nyonya berbicara dengan para sahabatnya di dalam ruangan." terang Bram.

Mata Gia tampak menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Kau bertemu juga dengan mereka?" tanya Gia.

"Iya, tapi hanya sebentar karena aku hanya di luar sedangkan mereka di dalam." tutur Bram.

Gia mendengus kesal lalu memalingkan wajahnya, Bram pun mendekat pada tubuh putrinya yang tengah terlelap di tempat tidurnya.

"Kau belum makan?" tanya Bram.

Gia hanya diam, Bram segera meraih makanan yang di antar dengan Bi Qila lalu ia pun menyuapi istrinya. Keduanya makan sepiring berdua dengan Bram yang terus menyuapi mulut mereka bergantian.

Begitu juga di kamar yang sebelahnya, Abian tampak cemberut karena Indira melupakan dirinya saat ada kedua sahabatnya.

"Bi...ada apa? makanannya tidak enak yah?" tanya Indira yang melihat Abian hanya mengaduk-ngaduk makanan di piringnya saja setelah menyuapi istrinya.

Abian menggelengkan kepalanya. "Lalu kenapa wajahmu seperti itu? makanlah cepat baru mandi ini sudah malam." pintah Indira.

"Apa kau tidak merindukanku?" tanya Abian.

Indira yang mendengarnya seketika mengernyitkan dahinya. "Tentu aku selalu merindukanmu, memangnya ada apa?" tanya Indira lagi.

"Kau selalu melupakan aku ketika asyik dengan teman-temanmu." sahut Abian.

Indira terkekeh mendengar penjelasan suaminya. "Jadi karena Kayra dan Queensya? bagaimana bisa aku mengusir mereka, lagi pula kita kan bersama terus. Apa kau mau mendengar obrolan wanita?"

"Sudahlah aku mau mandi." ucap Abian.

Malam itu suasana rumah sakit sudah hening, waktu jam besuk sudah habis. Semua para penghuni di rumah sakit telah beristirahat dengan tenang. Sedangkan Abian yang memilih untuk ikut berbaring satu tempat tidur dengan Indira beberapa kali di tepis kasar oleh Indira.

"Bi, hentikan tanganmu itu." pekik Indira.

Abian kembali memeluk istrinya, bukan hanya memeluk saja namun tangannya sudah mulai melancarkan aksi liarnya untuk menelusuri bagian-bagian tubuh Indira.

"Bi." pekik India.

"Aku merindukanmu." bisik Abian di telinga istrinya.

Indira memutar malas matanya, Abian lagi-lagi menginginkan tanpa mau tahu kondisi istrinya. "Kau ingatkan harus berpuasa dulu." ucap Indira.

Abian berdecak kesal lalu membalikkan tubuhnya membelakangi sang istri, Indira yang melihat suaminya ngambek segera mengelus lembut rambut pria tampan itu.

"Tidurlah yang nyenyak, kau harus bekerja besok." tutur Indira.

Abian tidak menjawabnya dan memilih untuk memejamkan matanya, sedangkan Indira yang tidak tega dengan kemarahan suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia mendaratkan satu ciuman di kening sang suami.

Tangannya tak henti-henti mengusap lembut kepala Abian hingga tanpa sadar bayi tua itu terlelap dalam tidurnya.

"Untung saja Rafael juga nyenyak tidurnya." ucap Indira yang melirik pada putranya.

Setelah memastikan semua baik-baik saja, Indira pun ikut terlelap dengan memeluk tubuh suaminya yang membelakanginya saat ini.

***

"Abi, bangunlah." Indira beberapa kali membangunkan suaminya.

"Iya." jawab Abian namun kedua matanya masih enggan terbuka.

Di depan ruang rawat itu Bram sudah tampak berdiri menunggu kehadiran Tuannya untuk bergegas ke kantor.

"Selamat pagi, Nyonya." sapa Bram pada Nyonya Ningrum, Nyonya Veren dan juga Maureen dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Pagi sekertaris Bram." sapa Nyonya Ningrum.

"Abian belum bangun?" tanya Nyonya Ningrum.

"Sepertinya belum, Nyonya."

Nyonya Ningrum tersenyum menggelengkan kepalanya. "Pasti Indira sedang bekerja keras membujuknya bekerja."

"Dugaan Nyonya Ningrum kali ini aku rasa tepat." gumam Bram yang menghela nafasnya kasar.

"Apa Gia sudah bangun?" Nyonya Veren bersuara.

"Iya sudah, Nyonya." jawab Bram.

"Yasudah kami ke kamar Gia dulu, nanti kalau sudah mau berangkat kerja beri tahu kami yah." pintah Nyonya Ningrum.

Bram menganggukkan kepalanya lalu ia pun tinggal seorang diri. Ketiga wanita itu membuka pintu lalu menyapa Gia.

"Nyonya." ucap Gia tersenyum.

"Ini kami bawakan sarapan untukmu," tutur Nyonya Ningrum.

"Terimakasih, Nyonya.

Mereka saling berbicara sesekali suara bayi Gia terdengar, Nyonya Veren pun bangun dari duduknya lalu menggendong bayi mungil itu.

"Permisi." Tiba-tiba suara seorang suster terdengar dari pintu yang terbuka itu.

"Suster, silahkan masuk." ucap Maureen.

"Saya mau memandikan bayinya, Nyonya." ucap suster itu dengan sopannya.

Nyonya Veren pun memberikan bayi Gia lalu mereka kembali melanjutkan perbincangan pagi itu. Tidak ada Gibran saat itu.

"Maureen, sepertinya kau harus belajar menggendong bayi." ujar Nyonya Ningrum sembari terkekeh menggoda teman dekat putranya itu.

Wajah Maureen memerah ia menunduk malu mendapat tatapan dari ketiga wanita di ruangan itu. "Sudah jangan malu seperti itu." ucap Gia tertawa.

"Maureen, apa kalian belum ada rencana?" tanya Nyonya Ningrum.

"Re-rencana apa, Nyonya?" tanya Maureen bingung apakah rencana menikah atau rencana pacaran.

"Yah menikah? memangnya rencana apa lagi?" tanya Nyonya Ningrum.

"Pacaran saja tidak, bagaimana kami mau menikah Nyonya?" tanya Maureen.

Gia terbelalak mendengar pengakuan Maureen. "Serius kamu belum pacaran dengan Gibran?" Gia bertanya dengan antusiasnya.

"Iya." ucap Maureen.

"Apa ini semua karena aku, Gibran? Ya Tuhan mengapa harus seperti ini sih? apa sepertinya aku harus berjasa juga dengan hubungan mereka sama seperti yang Nyonya lakukan padaku dan Bram?" gumam Gia tampak melamun hingga membuat Nyonya  Ningrum dan Nyonya Veren saling bertatapan bingung.

Sesekali wajah Gia mengangguk pelan dan tersenyum. "Gia...Gia." panggil Nyonya Ningrum dengan melambaikan tangannya di hadapan Gia.

 

"Eh...iya, Nyonya." Gia pun tersadar dari lamunannya.

Semua bercerita dengan asyiknya, sedangkan di luar ruangan Indira Abian masih berbaring di sebelahnya tanpa mau beranjak dari tempat tidurnya.

"Bi, kasihan Bram di depan pasti sudah menunggumu." Indira sejak tadi hanya bisa berbicara tanpa membangunkan tubuh suaminya karena keadaannya saat ini ia juga belum terlalu kuat.

"Aku ingin menjagamu saja." tutur Abian.

"Astaga, kau ini selalu dengan mudahnya mau meminta anak banyak, tapi bekerja saja malas sekali." protes Indira.

"Iya karena aku sudah lelah bekerja makanya aku mau anak-anak yang mengurus kantor nanti." sahut Abian yang tidak mau kalah dengan istrinya.

Indira menghela nafasnya kasar, "Kau fikir setelah melahirkan anak mereka langsung cepat besar begitu? ayo cepat mandilah." pintah Indira.

Merasa malah sekali untuk bangun Abian terus di dorong oleh Indira dari tempat tidur hingga akhirnya pria itu mengahadapkan wajahnya tepat di wajah sang istri.

"Beri aku semangat dulu." ucapnya mendekatkan wajah itu semakin dekat dan semakin dekat pada wajah sang istri.

Indira dengan cepat menutup wajahnya saat menyadari jika mereka sama-sama belum sikat gigi. "Ada apa? aku tidak mau bekerja kalau kau tidak memberikanku semangat." bantah Abian.

"Aku belum sikat gigi, Bi. Bau." terang Indira.

"Yasudah ayo kau membantumu ke kamar mandi. Kita sekalian mandi bersama yok." ajak Abian dengan wajah penuh semangatnya.

"Bi...ini rumah sakit." ucap Indira menolak secara halus.

"Iya memang ini rumah sakit, siapa bilang ini rumah Abian Malik." ucap Abian yang enggan menanggapi alasan sang istri.

"Aku mandi nanti saja tunggu Mami." ucap Indira.

Mendengar perkataan sang istri Abian justru menunjukkan wajah paniknya. "Mami? tidak, aku tidak mau siapa pun melihat kepemilikanku." ucap Abian.

Indira tampak mengernyitkan wajahnya. "Kepemilikanmu? memangnya siapa yang mengatakan seperti itu?" tanya Indira.

"Semua yang ada di tubuhmu, ini, ini dan semuanya adalah milikku. Sudah tidak ada alasan, ayo aku yang akan memandikanmu." ucap Abian.

Akhirnya keduanya pun sudah berada di kamar mandi, Abian yang tadi begitu bersemangat tidak tega melihat Indira terus mengeluarkan darah di bawah sana.

"Sayang, apa sakit?" tanya Abian.

"Tentu saja." jawab Indira.

"Maafkan aku yah." tutur Abian.

Indira tersenyum meliha ketakutan di wajah sang suami. "Tidak apa-apa, Bi. Semua wanita pasti akan merasakan seperti ini."

"Berarti itu tandanya kau setuju jika kita banyak anak, kan?" Abian kembali menatapnya dalam.

Indira hanya tertawa geli hingga aktifitas mandi itu kini telah usai, suara pintu terdengar di ketuk, Abian sudah memintanya untuk masuk. Ternyata suster yang masuk dan meminta ijin untuk membawa Rafael mandi.

Abian memakai pakaian kantornya di bantu Indira yang duduk di tempat tidurnya dengan kaki yang rapat dan lurus.

"Sayang, nanti jangan dekat dengan siapan pun selama aku kerja. Tidak ada adegan salaman tangan atau apa pun pada tamu." pintah Abian.

"Iya-iya, memangnya siapa yang mau menjenguk? semua sudah datang kan." tutur Indira.

"Mamil belum datang juga." tutur Abian.

Abian meraih ponselnya dan menghubungi Bram yang sejak tadi sudah duduk di depan ruang rawat Indira dengan laptop yang sudah menyala sempurna.

"Iya, Tuan." tutur Bram.

"Apa Mami belum datang, Bram?" tanya Abian.

"Sudah sejak tadi, Tuan. Mereka semua ada di ruang Gia." jawab Bram cepat.

Abian segera berpamitan dengan Indira lalu menempelkan bibir mereka hingga melakukan adegan bibir cukup lama, setelah itu barulah Abian beranjak pergi meninggalkan istrinya.

Wajah cerah Abian terlihat jelas oleh Bram yang sejak tadi menatapnya. "Ada apa, Bram? wajahku bahagia yah?"

"Tentu, Tuan." jawab Bram.

"Biasa aku habis memandikan bayiku, makanya aku lama." tutur Abian yang membuat Bram jadi bingung.

"Bukannya tadi suster yang memandikannya, Tuan?" tanya Bram.

"Bayiku, Bram, kalau Rafael itu bayi kami berdua." terang Abian.

Terpopuler

Comments

Retno Marsudi

Retno Marsudi

Bayiku,, bukan bayi kami 🤣🤣🤣🤣

2021-06-30

0

nhiena Ali

nhiena Ali

𝖉𝖆𝖘𝖆𝖗 𝖇𝖗𝖆𝖒 𝖌𝖆𝖐 𝖋𝖔𝖐𝖚𝖘 😅
𝕭𝖗𝖆𝖒,,,𝖒𝖐𝖘𝖚𝖉𝖓𝖞 𝕬𝖇𝖎𝖆𝖓 𝕭𝖆𝖞𝖎 𝖇𝖊𝖘𝖆𝖗 𝖎𝖙 𝖆𝖉𝖑𝖍 𝕴𝖓𝖉𝖎𝖗𝖆 😅😅

2021-03-08

0

Mhay Gitulo

Mhay Gitulo

Pokoknya aku Senyum2 sendiri 😁

2021-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!