Happy Reading
****
Jasmine POV
Edward dan aku segera keluar dari restoran setelah dia membayar bill-nya. Harga makanannya cukup membuatku syok dan aku ingin kami membayarnya berdua, tetapi Edward bersikukuh untuk membayar sendiri. Melihat kartu hitam miliknya sudah menunjukkan betapa kayanya pria ini.
Aku dan Edward masuk ke dalam mobil dan dia menaruh botol anggur tersebut di kursi penumpang. Dia menyalakan mesin mobil dan segera melajukannya. Aku menyambungkan ponselku dengan radio mobil Edward dan memainkan beberapa musik.
Aku memandang Edward yang wajahnya sedikit tegang. Uhm.. Yah. Sebenarnya wajahnya selalu tegang. Kapan pun aku melihatnya. Aku tidak berusaha mengajaknya bicara. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini. Lebih baik diam dan memikirkan topik pembicaraan untuk kami berdua setelah sampai di pameran.
Kami semakin jauh dari pusat kota dan aku jelas belum pernah ke daerah ini. Aku menatap Edward yang wajahnya datar. Aku tidak tahu apa yang membuat moodnya berubah drastis. Aku berdehem sekali untuk memastikan tenggorokanku tidak kering.
"Masih jauh lagi?" tanyaku.
Dia melirikku dari ujung matanya, "No..." jawaban singkat dan padatnya benar-benar membuatku ciut. Apa aku salah bicara tadi?
"Okeh.." ucapku pelan seraya mengangguk-angguk kecil. Aku mengalihkan tatapan ke depan.
Semenit kemudian, mobil kami menepi dan masuk ke area gedung yang bergaya retro. Edward berhenti di depan sebuah ruang penjaga dan berbicara pada seorang vallet. Edward mematikan mesin mobil .
"Ayo.." ajaknya dan aku segera keluar dari mobil diikuti oleh Edward. Dia berjalan ke arahku dan secara mengejutkan, dia menggandeng tanganku. Aku melipat bibirku menjadi garis keras, menahan diriku untuk tidak tersenyum.
"Kau kedinginan?" tanyanya seraya kami berjalan menuju pintu masuk.
"No.." aku menggeleng.
"Tampaknya ya.. Wajahmu sangat merah..." aku bisa merasakan nada lelucon di sana dan mau tak mau aku tersenyum. Dia jelas tahu bahwa wajahku memerah bukan karena kedinginan.
"Itu bukan karena aku kedinginan..." bisikku penuh makna.
"Baguslah. Aku senang mendengarnya..." Edward semakin mengeratkan gandengannya padaku.
Kami menaiki beberapa buah anak tangga menuju pintu masuk sebelum akhirnya kami sampai di depan pintu masuk. Dua orang petugas ada di sana untuk melayani tamu yang datang. Edward memberi dua tiket pada petugas tersebut.
"Enjoy your time, Sir..." ucap petugas itu dengan sopan.
Saat di depan pintu masuk kedua, kami memberi mantel kami kepada petugas lalu pintu masuk tersebut di buka. Aku langsung merasakan hawa hangat dan wangi khas ruang pameran. Bau cat dan semacamnya. Aku langsung menahan napas saat melihat lukisan-luksian tersebut.
"Oh my..." aku merasakan sesuatu yang membuncah dalam diriku.
Aku menoleh ke arah Edward yang menatapku dalam bisu.
"Aku akan ikut ke mana pun kau pergi...." ucapnya intim dan itu membuatku merasa berharga.
"Okay..." ucapku pelan dan segera berjalan melewati orang-orang untuk melihat lukisan-lukisan.
Semua lukisan yang ada di tempat ini berobjek segala benda yang ada di bumi, tapi dipadukan dalam warna yang berbeda. Membuat lukisan tersebut berbeda, tapi memikat. Yang kulihat di depanku adalah lukisan rumah kayu di tepi pantai, seekor ayam jantan bertengger di atas pohon yang daunnya berguguran. Namun, pemilihan warnanya membuat gambar ini seolah sedang musim salju, tapi itu di tepi pantai yang panas...
Ah.. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Seolah pelukis menggabungkan semua musim dalam satu gambar. Lalu ada gambar ombak yang dilukis dengan warna dominan ungu, harimau, pegunungan, dan banyak lagi. Semuanya indah. Penuh dengan warna.
"Itu cantik, bukan?" komentarku pada Edward.
"Kau suka?"
"Tentu saja... Aku suka semua. Ini keren. Ide mereka begitu briliant."
Lalu aku berdiri di depan lukisan yang memanjang ke samping dan memiliki tinggi yang tidak seberapa dibanding lukisan lainnya. Warna biru, putih, dan kuning mendominasi lukisan itu. Itu seperti melukis matahari?
"The Stary Night.." bisikku, "It's cool..."
"Benarkah? Menurutku itu terlihat lebih biasa dari pada lukisan lainnya yang penuh warna. Itu hanya bintang"
"Kau benar... Namun...." Namun, aku merasakan suatu aura yang berbeda dari lukisan ini. Aku melanjutkan komentarku dalam hati.
"Kau menyukainya?"
Aku menoleh ke arah Edward, "Sangat.... Itu berbeda."
"Kenapa kau berpikir itu berbeda?"
"Menurutmu bintang yang dimaksud pelukis ini di langit?"
Dia mengangkat sebelah alisnya, "Yah..."
Aku menoleh ke arah lukisan itu dan menatapnya penuh penghayatan.
"Kupikir tidak. Aku berpikir jika bintang itu berada dalam pantulan air yang dingin, dalam, dan misterius. Tetapi bintang kecil itu memberi kehangatan di sana. Membuat perspektif kita tentang air yang menyeramkan berubah karena setitik cahaya dari sebuah bintang...."
Aku diam sejenak.
"Seolah pelukis mereflesikan ke dalam kehidupan bahwa sosok yang jahat dan mneyeramkan selalu memiliki setitik hati nurani di sana...." Aku menoleh ke arah Edward dengan senyum bangga karena merasa mampu memaknai pesan dalam lukisan itu.
Namun, wajah Edward tidak terbaca. Dia melipat tangannya di dada dan dia menatapku lekat. Mulutnya sedikit terbuka dan dahinya berkerut halus. Apa aku terlalu berhalusinasi sehingga membuat argumenku aneh? Kupikir yah karena ekspresi harapanku dari Edward adalah dia memandangku dengan takjub.
Aku tertawa kecil, "Aku aneh yah?" ucapku dengan nada jenaka.
"No.." dia menggeleng, "Benar-benar tidak aneh. Kau membuatku menyadari pesan tentang lukisannya."
"Benarkah?" mataku berbubah berbinar. Ah... Respond seperti ini yang kuharapkan.
"Jadi, apa kau percaya pesan yang di sampaikan pelukis itu?" Edward memanduku untuk berjalan mengelilingi pameran itu lagi.
"Tentu saja. Sejahat apa pun seseorang, pasti dia memiliki setitik cahaya hati nurani dalam dirinya. Kenapa? kau tidak percaya?"
"Entahlah.. Sejauh ini, aku belum pernah bertemu sosok yang seperti itu. Bagaimana denganmu?"
Aku menatapnya, bingung dengan pertanyaan "Uhm... Entahlah karena orang jahat tidak akan menunjukkan sosok aslinya. Dia bisa ada di mana saja."
"Kau benar. Kau mau camilan?"
"Yah..."
Kami berjalan ke arah meja panjang yang menyajikan berbagai makanan dan minuman. Aku melihat sebuah anggur, bir, dan wine. Aku menoleh ke arah Edward dan kami saling bertatapan. Dia segera menggeleng kecil kepalanya dan aku segera tertawa.
"Aku akan minum air mineral saja..." aku mengambil satu botol kecil air mineral.
"Hanya itu?"
"Yah..."
"Makanan?"
Aku melihat berbagai dessert di sana.
"Aku masih kenyang..."
"Baiklah..." ucapnya seraya mengambil segelas wine. Dia memasukkan tangan kirinya ke kantong celana dan satu tangannya memegeng gelas wine dengan elegan. Dari cara dia makan dan memegang sesuatu, jelas jika mannernya saat di meja makan sudah terlatih.
Aku menatap bibirnya yang menyesap wine itu. Aku membuka tutup botol air mineral, tapi itu tidak terbuka. Aku memutarnya dengan sekuat tenaga dan tiba-tiba botol itu ditarik oleh Edward.
"Pegang.." dia memberiku gelas winenya untuk kupegang lalu dia memutar botol mineral itu dengan mudah. Dia memberinya kembali padaku dan mengambil winenya kembali.
"Thank you.." bisikku pelan lalu meneguk air mineralku.
Aku menatap sekitar dan menyadari bahwa Edward menjadi subjek yang menarik untuk dilihat di sini. Aku bisa merasakannya sejak awal, bagaimana wanita-wanita itu menatap dan berbisik. Mungkin mereka juga mengataiku karena tidak pantas berdiri di sampingnya.
"Apa kau sadar, banyak wanita sejak tadi selalu menatap-natapimu.."
Dia mengangguk kecil.
"Dan kau tidak terganggu?"
Dia mengangguk lagi.
"Kenapa?
Kemudian dia menoleh padaku, "Karena aku sudah terbiasa dengan tatapan itu..."
Dan dia juga arrogant. Namun, aku menyukainya. Aku menyukai sifat arrogantnya yang begitu cocok dengan dirinya.
"Kau tidak tertarik melihat mereka?" tanyaku padanya yang menatap lurus ke depan.
"Aku hanya tertarik melihatmu..."
"Kau penggoda ulung nan arrogant..." ucapku denagn nada bercanda.
"Aku serius..." dia menatapku lekat.
Dia nampaknya benar-benar tertarik padaku. Mungkin saja. Namun, aku bukanlah gadis polos nan bodoh yang tidak menyadari seseorang yang tertarik padaku. Apakah aku bahagia? Bahagia, hanya saja.. Bukankah itu terlalu cepat? Aku ingin melakukannya perlahan dan penuh kehati-hatian karena aku belum mengenalnya secara penuh.
****
MrsFox
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nina Melati
Keren, beneran suka sama Thor satu ini penulisan & bahasa yg digunakan sangat bagus. Semangat Thor
2022-12-06
0
dewi
hmmmmm 👍👍👍👍👍👍
2022-04-19
0
✨viloki✨
Pengen masukin edward ke dlm saku trus dibawa kemana2 😅
2022-02-25
0