Happy Reading
***
Jasmine POV
Aku memandang diriku sendiri di cermin. Wajahku benar-benar merah. Yah.. Sebenarnya itu selalu merah, tetapi kali ini sangat merah karena aku akan berkencan dengan Edward. Ah.. Gila! Seperti ada sesuatu yang membuncah dalam diriku.
Ini bukanlah kencan pertamaku dengan pria, tetapi ini pertama kalinya aku berkencan setampan dan semisterius Edward. Kuharap penampilanku cukup rapi dan bisa bersanding dengan penampilan Edward nanti. Sepanjang aku melihatnya, dia selalu memakai pakaian branded yang terlihat mahal dan mewah.
Aku memakai kemeja putih sebagai dalaman, lalu sweater biru tua yang senada dengan rok lipat selututku. Aku memakai stocking hitam tebal untuk melindungi kakiku karena aku tidak mau mati kedingin di cuaca seperti ini. Aku juga memakai syal creamku.
Aku menarik napas dan menghembuskan perlahan. Kami hanya makan siang, lalu ke pemeran, dan jika aku beruntung mungkin kami akan makan malam bersama. Selesai. Semua selesai... Namun, bagaimana jika kami berakhir melakukan se--
"No..." aku segera menggeleng keras seraya menepuk-nepuk wajahku yang memerah. Sial. Aku tidak bisa mengontrol pikiranku. Hentikan pikiran kotormu, Jasmine dan sekarang pergilah menemui dia.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar bell apartemenku. Aku buru-buru mengambil tas kecilku serta mengenakan mantel hitamku. Saat di depan pintu, aku memasang kaos kaki dan sepatu boots ku yang tingginya hanya semata kaki.
Aku menata sedikit tampilanku lalu mencium sendiri bau napasku dengan menghembuskannya ke arah telapak tangaanku. Aku menghembuskan napas sebelum akhirnya membuka pintu. Segera cahaya yang menyenangkan terpancar dari Edward.
Sial. Dia begitu tampan hingga membuatku menahan napasku sendiri. Dia benar-benar sangat tampan. Dia nampak casual dan mewah. Edward memakai sweater turtle neck berwarna cream, jaket kulit hitam, jeans hitam, dan sepatu boots coklat. Rambutnya disisir kebelakang dengan rapi.
Sial! Aku akan nampak seperti gembel jika berjalan di sampingnya.
"Jasmine..." ucapnya sebagai sapaan. Ah.. Hingga sekarang, aku selalu merasakan rasa geli yang menyenangkan di perutku setiap kali dia mengucapkan namaku.
"Edward.." bisikku dan aku segera berdehem kecil, menjernihkan suaraku yang tiba-tiba serak, "Edward... Here you are.." ucapku akhirnya dengan suara mantap lalu keluar dari apartemen.
"Kau keberatan jika kita pergi dengan mobilku?" tanyanya.
Aku menggeleng, "Yah.. Aku tidak keberatan..."
Kami masuk ke dalam lift dan aura menegangkan terasa lagi. Aku menatap sepatuku lalu aku memegang kedua wajahku yang memanas. Aku membalik-balikkan kedua tanganku di atas pipiku berharap itu akan membantu mendingin wajahku.
"You look beatiful today, Jasmine...." ucap Edward tiba-tiba sesaat kami akhirnya sampai di lantai basement.
Aku menatapnya yang tersenyum hangat padaku. Sial. Aku bisa merasakan seluruh tubuhku memerah dan memanas saat ini.
"Setelah kau..." ucapnya lembut dan aku keluar dari lift diikuti oleh dia.
Aku menahan senyum bahagiaku yang konyol, tapi aku tidak bisa mengontrol firiku sendiri. Aku akhirnya menekan bibirku menjadi garis untuk menahan diriku untuk tidak tersenyum lebar seperti orang bodoh.
"Mobil yang mana?" tanyaku pada Edward untuk memecah keheningan.
"Semuanya..." bisiknya dan aku menatap dia tidak percaya, "This way, Miss..." dia segera membuka pintu mobil chervolet berwarna biru tua yang terlihat sangat-sangat memukau.
"Thank you..." ucapku seraya masuk ke dalam mobil lalu diikuti oleh Edward.
Dia menyalakan mesin mobil lalu segera melajukannya keluar dari basemenat.
"Kau suka musik, Jasmine?" dia melirik dari ujung matanya ke arahku.
"Yah...."
"Sambungkan musik apapun yang kau suka melalui ponselmu..."
Aku mengambil ponselku dan menyambung musik piano yang kupilih acak.
"Kau suka musik piano?"
"Yeah... Bagaimana denganmu?"
Dia mengangguk kecil.
"Kau penyuka mobil?" aku teringat dia mengatakan bahwa semua mobil di basement adalah miliknya. Terdengar berlebihan? Dia sosok arrogant?
"Yah dan aku memang suka mengoleksi banyak hal..."
"Jadi.. Kau keberatan jika kau memberitahuku apa yang kau lakukan untuk hidup?"
Dia menoleh sekilas ke arhaku.
"Aku melakukan banyak hal dalam hidupku. Termasuk berkebun dan beternak..."
"Kau bercanda..." ucapku. Petani mana yang penampilannya selalu necis setiap saat.
"Aku serius. Aku akan menunjukkan padamu langsung apa yang kukerjakan suatu saat..."
Itu terdengar seperti janji bahwa kami akan terus bertemu.
"Aku menunggunya..." bisikku.
"Jadi.. Coba beri tahu aku tentangmu, Jasmine..." ucap Edward seraya memberhentikan mobilnya saat lampu merah. Dia menoleh ke arahku dan aku tertawa kecil.
"Tidak ada sesuatu yang menarik yang bisa kukatakan padamu tentang diriku..."
Dia menatapku lekat padaku. Seolah ingin menembus pikiran dan hatiku.
Aku tertawa canggung karena dia menatapku lekat.
"Lihat aku..." ucapku berusaha menjelaskan betapa tidak menariknya diriku. Aku sendiri mengakui bahwa aku adalah manusia yang membosankan.
"Aku sedang melihatmu, Jasmine..." ucap Edward dengan suara rendah yang membuatku terpaku dan terpana secara bersamaan.
Aku menggigit bibir bawahku, "Apa yang ingin kau ketahui?" bisikku.
Edward mengerutkan dahinya dan menatapku serius, "Everything....."
"Lampunya sudah hijau...." bisikku menyadari lampu lalu lintas. Edward tersenyum tipis dan segera beralih ke setir mobil.
Aku segera menatap ke arah bangunan di London melalui kaca mobil, berusaha menahan gejolak dalam dadaku. Astaga... Astaga... Kumohon jangan katakan dia benar-benar tertarik padaku! Oh my.. Rasa menggelitik di dadaku membuangku ingin berteriak bahagia.
"Aku sudah mereservasi salah restoran. Kau tidak masalah, bukan?" tanya Edward.
Aku menggeleng seraya menyandarkan tubuhku di kursi, "Tidak. Aku tidak terlalu permilih soal makanan..."
"Apa kau sudah menghabiskan minumanmu?" dia menyengir kecil dan aku melihat lesung pipi kecil di dekat ujung bibirnya. Oh my.. Itu sangat manis
"Belum.. Masih tersisa banyak...."
Dia mengangguk kecil.
"Here we are..." ucapnya seraya meminggirkan mobilnya.
Aku keluar dari mobil tanpa menunggu Edward membukan pintu untukku. Aku menatap gedung batu tua yang khas seperti bangunan-bangunan di London. Gedung tersebut memiliki empat lantai dan diapit oleh gedung lainnya yang merupakan toko dengan bangunan lebih modren.
Ada plangkat kayu yang digantungkan di dekat pintu. La Naulla dan dibawahnya diikuti tahun 1878. Lalu aku mengalihkan tatapan pada Edward yang berdiri di samping kananku.
"Aku berharap membuka pintu mobil untukmu..." ucap Edward dan aku tersenyum kecil.
"Aku lebih senang melakukannya sendiri..."
"Baiklah. Ayo..." Edward memegang lengan tangan kananku dan aku menatap tangannya tersebut.
Aku melipat bibirku menjadi garis, berusaha menahan diriku untuk tidak tersenyum. Walaupun kulit kami tidak bersentuhan secara langsung, tetapi lagi-lagi jantungku berdebar tidak karuan. Huff... Tenangkan dirimu, Jasmine. Easy, girl...
Edward membuka pintu dan bunyi lonceng kecil terdengar. Edward melepas genggamannya untuk membuka pintu untukku dan itu cukup mengecewakanku.
"After you.." ucapnya ramah dan aku segera masuk. Saat aku memasuki tempat itu, aku bisa merasakan euforia positif tempat tersebut. Begitu klasik, tenang, tidak ada furnitur yang berlebihan, dan wanginya benar-benar unik. Perpaduan antara wangi makanan dan batu bangunan tersebut.
Seorang pelayan wanita segera menghampiri kami dan Edward mengatakan bahwa dia telah mereservasi meja. Lalu kami mengikuti pelayan tersebut menuju lift berdinding kayu yang begitu klasik. Wow.. Furtniturenya benar-benar membuatku jatuh cinta.
Saat pintu lift terbuka, lagi-lagi aku jatuh cinta pada tempat itu.
***
Mrs Fox
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nina Melati
baca novelmu Thor rasanya ada disana juga
2022-12-04
0
dewi
pokoknya 👍👍👍👍👍👍☺️
2022-04-19
0
Liliput
penggambaran ceritanya detail dan rapi...enak dibaca..suka..
2021-09-28
0