Happy Reading
****
Jasmine POV
Aku akhirnya ikut dengan Jessi dan pergi dengannya.
"Akan kupesan taxi..." ucapku saat kami sudah di lobi apartemen.
Jessi menurunkan kacamatanya, "Taxi? jangan konyol... Aku tidak memakai benda seperti itu lagi...."
Aku memasukkan kedua tanganku ke saku jaket, "Dasar sombong.." aku mendorong pintu dan kami berdua berdiri di trotoar.
"Jadi mana mobilmu?" aku melihat mobil yang terparkir di pinggri jalan. Ada mobil sport berwarna merah kemudian aku menoleh pada Jessi dan dia mengangguk kecil.
"Itu mobilku..." ucapnya seraya menekan tombol pada kunci.
Gila! Kau tidak pernah melihat dia mengendarai mobil sekeren ini. Kekasihnya benar-benar kaya.
"Ayo..."
Aku terkekeh kecil dan segera berlari kecil menuju sisi lain mobil dan masuk ke dalam mobil.
"Cool... Kekasihmu benar-benar kaya..." ucapku setelah duduk seraya menatap interior mobil yang mewah dan terasa asing untukku. Mesin menyala lalu aku menoleh pada Jessi, "Kau tau mengendarainya?" aku memasang sabuk pengamanku.
"Tentu saja..." lalu dia melajukan mobil melintasi jalan London.
Dia menyalakan musik yang liriknya sangat cocok padanya, 'Sugar Daddy'.
"Di daerah mana apartemennya?"
"Hyde Park.."
"Ha--Ha apa?" ucap penuh keterkejutan.
"Hyde Park, my little sunshine...." ucap Jessi lagi dan tetap fokus mengendarai.
"Jangan bercanda?! Tidak mungkin!!"
Hyde Park! Oh my! Itu lokasi elite di London. Benar-benar elite. Harga hotel per malam di hotel itu bisa mencapai 8000 poundsterling. Gila! Jika satu unit apartemen, artinya..!
"Jangan bercanda. Mana mungkin..."
Dia menoleh padaku, "Sudah kukatakan calon suamiku benar-benar kaya.. Dia membeli satu unit untukmu!"
"Kenapa pula dia repot-repot membelinya padaku.."
"Akan kuceritakan nanti..."
"Kau serius itu Hyde Park?"
"Perlukah kau bertanya lagi?" suara Jessi sekarang sedikit kesal dan akhirnya aku tidak berbicara lagi. Membuat Jessi marah bukanlah hal yang bagus.
Kami berkendara hingga akhirnya kami sampai di lokasi Hyde Park. gedung-gedung tinggi berdiri dan aku bertanya-tanya, gedung mana yang dimaksud oleh Jessi. Lalu Jessi meminggirkan mobil mewahnya di parkiran di depan sebuah gedung yang tampak modren.
"Here we are..." ucapnya seraya keluar dari mobil. Aku ikut keluar dan menatap gedung itu. Aku bengong melihat gedung itu.
"Ayo... Jangan bengong saja...." ucap Jessi dan aku segera berlari kecil mengikuti dia.
Seorang penjaga menyapa dan membuka pintu pada kami. Aku terperangah melihat lobinya yang luas, rapi, dan mewah. Jessi membawaku ke arah lift dan dia menempelkan semacam kartu pada lift lalu lift terbuka. Kami berdua masuk dan segera lift bergerak sebelum Jessi menekan tombol.
"Jika tidak memiliki kartu pass, orang terrsebut tidak akan bisa masuk ke sini..." ucap Jessi dan aku mengangguk paham
Kami berhenti di lantai 15 dan segera aku keluar bersama Jessi. Aku melihat lorong dengan dindin putih elegan, ada tanaman hias, dan hanya ada dua pintu yang saling berhadapan.
"201, itu nomor kamarmu...." ucap Jessi dan kami berjalan ke arah tersebut. Jessi menempelkan kartu pass lagi dan pintu terbuka. Lampu menyala secara otomatis dan aku menatap ruangan itu dengan terperangah.
Itu luas dan sudah lengkap dengan perabotan.
"Aku sudah membeli perabotan sehingga kau tidak repot. Dan jelas kau tidak akan mampu untuk membelinya.." jelas Jessi sementara aku berjalan melihat-lihat tempat itu, menolak terpengaruh dengan sarkasme Jessi.
"Ada empat kamar dengan masing-masing dengan kamar mandi dalam. Kemari.. Agar kutunjukkan kamar utama yang akan menjadi milikmu...."
Aku segera mengikuti Jessi menuju 'kamar utama' yang dia maksudkan.
"Dan... Ini dia..." ucapnya merujuk pada suatu pintu, "Bukalah..."
Aku melangkahkan kaki dan membuka pintunya dengan malu-malu.
"Oh. My. God...." ucapku saat melihat isi kamar itu. Aku berjalan masuk dan betapa senang melihat kamar itu. Itu memiliki jendela besar yang menampilkan taman Hyde Park, ranjang berukuran besar di tengah kamar, sofa berwarna abu-abu, dan perabot lainnya Sepenuhnya kamar ini benar-benar minimalis dan luas.
Aku menoleh ke arah Jessi.
"Kau serius membelikan apartemen ini untukku?" tanyaku.
"Secara harfiah, aku dan calon suamiku hanya meminjamkannya untuku..."
Aku memutar mataku dengan jengkel.
"Ya. Ya. Yah... Jadi kenapa pula kalian repot-repot ingin meminjamkannya untukku?"
"Kekasihku takut aku terkena skandal. Aku hidup mewah sedangkan puterinya tidak...."
Aku menatap sinis Jessi. Seharusnya dia bisa berpura-pura dengan mengatakan bahwa dia ingin aku memiliki tempat yang nyaman.
"Ternyata kau menganggapku puterimu..." aku duduk di ranjang dan melompat-lompatkan bokongku di sana. Ini empuk.
"Baiklah..." Jessi bertepuk tangan sekali, "Aku sedikit sibuk dengan persiapan pernikahanku jadi aku harus pergi melakukan banyak hal..."
Aku berdiri.
"Baiklah.. Ayo pergi."
Jessi menggeleng, "Kenapa kau harus pergi? Tinggallah di sini. Untukmu..." Jessi memberiku dompet hitam.
"Apa ini?"
"Berisi kartu yang berhubungan dengan apartemen ini. Kartu pass, kartu listrik, air, dan sebagainya...."
Jessi memakai kacamata hitamnya dan berjalan pergi. Aku mengikutinya
"Aku ikut saja.. Aku masih perlu membereskan barangku..."
"Memangnya ada yang perlu kau bawa dari tempat itu?"
Aku hanya mendengus kecil, "Aku perlu pakaianku..."
"Kau masih membutuhkannya?" ucapnya seraya menurunkan sedikit kacamatanya
"Baiklah... Baiklah..."
****
Keesokan harinya aku telah selesai melakukan pindahanku. Itu hanya memakan waktu sebentar karena tidak banyak yang perlu kulakukan. Aku sekarang tengah menatap bajuku yang tidak seberapa di dalam lemari. Setelah selesai aku segera melemparkan badanku ke atas ranjang yang empuk.
"Astaga..." ucapku, masih belum percaya aku di tempat ini. Paling aku hanya beberapa bulan di sini.
Jessi akan berangkat besok ke Prancis, dia ingin mengurus gaun pengantinnya. Jelas sekali kalau calon suaminya benar-benar kaya. Ah.. Aku iri dengan Jessi. Hidupnya terasa santai dan tanpa beban, selalu baik-baik saja. Berbanding terbalik denganku.
Sejujurnya aku merasa baik-baik saja. Aku bisa menghasilkan uang yang lumayan dengan menjual hasil lukisanku. Namun, yang menyulitkan adalah aku tidak pernah memiliki pekerjaan tetap. Tidak banyak instansi yang membuka lowongan kerja untuk lulusan seni seperti aku.
Aku sempat bekerja sebagai pembuat comic di situs berbayar, uangnya lumayan. Hanya saja aku tidak sanggup dengan deadline dan peraturan yang di buat. Aku pernah pelukis jalanan dan uangnya tidak seberapa. Menjadi guru seni, tapi aku tidak betah karena remaja zaman sekarang tidak mengerti nilai dari sebuah seni.
Intinya.. Aku sudah menjalani banyak pekerjaan sebagai seorang seniman, tapi tidak ada yang membuatku betah. Setelah ini, aku mungkin ingin menjadi pelukis lepas saja. Membuka jasa melukis di internet dan menunggu orderan. Kudengar-dengar, bisnis internet cukup menjanjikan.
Aku bangkit dari tidurku dan memasang kembali earphoneku. Aku memasukkan ponselku ke saku celanaku lalu berjalan keluar dari kamar. Aku mengambil dua kantong sampah berukuran besar hasil dari pindahanku. Satu hal yang membuatku sedih dari tempat ini adalah bahwa aku harus membuang sampah sendiri.
Aku tidak melihat ada tong sampah di lorong apartemen ini. Jadi aku harus membuangnya sendiri. Aku berjalan ke arah pintu dan membukanya. Aku keluar dari apartemenku lalu melihat seorang pria berperawakan tinggi berada di dalam lift.
"Tunggu..." ucapku saat melihat pintu lift perlahan tertutup.
Kupikir dia tidak akan menungguku, tapi ternyata tidak. Dia menahan pintu lift untukku. Aku mendongkakkan kepalaku padanya dan tersenyum kecil.
"Thank you..." ucapku dan dia hanya mengangguk kecil dengan wajah datar.
Oups... Sial. Dia benar-benar tampan. Apa dia tetanggaku? Jika ya, betapa beruntungnya aku.
"Anda ingin ke lantai berapa, Miss?" tanyanya dengan suara baritton yang menggetarkan jiwa Oh my.. Aku benar-benar suka aksennya. Betapa sopannya dia.
"Anda duluan saja. Aku hanya ingin membuang sampah..." ucapku malu-malu. Well.. Wajar aku malu-malu. Dia sangat rrr... Menggetarkan jiwa.
"Membuang sampah?"
Aku menatap dia yang terlihat heran.
"Y--Yah.." aku mengangguk ragu seraya menggoyang kantong sampahku.
"Apa anda penghuni baru di sini?" tanyanya dengan suara kalem dan aku menatapnya dengan mulut setengah terbuka.
"Miss?"
Aku segera menggeleng kepalaku dan sadar dengan kebodohanku.
"Uhm.. Yah. Yah. Aku penghuni baru di sini..." ucapku dengan suara yang kubuat sekalem dan senatural mungkin.
Dia tersenyum kecil dan itu benar-benar manis. Oh my.. Aku berani bertaruh jika aku sanggup duduk seharian di depan kanvas untuk melukisnya.
"Di dalam dapur ada tempat untuk membuang sampah secara otomatis, Miss..." ucapnya dan aku menganga lagi. Sial.
"Be--Benarkah?" ucapku. Sial. Seharusnya aku tahu itu. Tidak mungkin apartemen mewah seperti ini tidak memiliki teknologi pembuang sampah otomatis.
Aku tertawa kecil. Menertawai kebodohanku sendiri.
"Aku tidak tahu soal itu karena ini pertama kalinya aku tinggal di tempat seperti ini..." ucapku dengan tertawa canggung.
"It's okay, Ms. Kebanyakan orang memang bingung saat pertama..."
Aku tertawa canggung dan pintu lift segera terbuka. Oh sial..
"Anda tidak keluar, Miss?"
"Ah.. Aku akan kembali ke apartemenku dan membuang ini..."
Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kujelaskan.
"Kebetulan saya ingin keluar. Biarkan saya membuang sampah anda untuk kali ini....." ucapnya sopan.
Aku berjalan keluar dari lift lalu diikuti oleh dia, "Ah.. Terimakasih. Aku akan melakukannya sendiri..."
"Baiklah kalau begitu...." dia membuka pintu lift lagi dan masuk ke dalam. Kupikir dia ingin keluar. Kami berhadapan dan mata kami bertemu. Aku menatap wajahnya dan pintu lift perlahan tertutup. Di saat-saat terakhir, aku bisa melihat dia tersenyum kecil padaku.
Aku berdiri sesaat di sana dan merasakan perasaan menyenangkan. Ah.. Ternyata melihat wajah tampan adalah terapi sendiri untukku. Aku memutar tubuhku dengan perasaan ringan. Jika dia tetanggaku, betapa menyenangkannya. Ta-tapi... Bagaimana jika dia sudah beristri?
****
Mrs Fox
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Siti Sa'diah
kkk aku baca ulang lg senyum2 bacanya
2024-01-14
0
Nina Melati
memang suka sih pas lihat yg bagus" berasa pengen muda lg
2022-12-01
0
dewi
Jessi oh Jessi... 😂😂
2022-04-17
0