Happy Reading
****
Jasmine POV
"Aku akan berangkat dengan kekasihku sejam lagi..." ucap Jessi melalui ponsel.
"Ya.. Ya... Ya..." ucapku sedikit jengkel karena sudah mengatakan itu berulang kali. Aku tengah menikmati secangkir teh di pagi hari yang cukup cerah.
"Bagaimana malam pertamamu di apartemen itu?"
"Nyaman walau terasa ada yang ganjil..."
Yah.. Ganjil. Aku merasakan jika aku diawasi oleh sesuatu di apartemen ini.
"Ganjil? Mungkin itu karena tubuhmu belum terbiasa tidur di tempat semahal itu..."
Aku memutar bola mataku. Aku tidak ingin berdebat tentang kemiskinanku dengannya.
"Kirimkan aku fotomu dengan kekasihmu..." ucapku.
"Untuk apa?"
"Aku ingin melukisnya sebagai hadiah pernikahan kalian..."
"Jika kau melukisnya dengan ukuran kecil maka jawabannya kau tidak perlu repot-repot melakukannya..."
Aku mendegus kecil.
"Aku akan melukisnya dengan ukuran besar... Kirimkan saja. Okay?"
"Okay... Bye.."
"By--" sambungan segera diputuskan oleh Jessi. Aku menatap ponselku dengan heran. Aku menaruh ponselku di atas meja lalu berdiri untuk mencuci cangkir bekas tehku.
Setelah selesai, aku berjalan ke arah lemari pendingin dan membukanya.
"Wow..." bisikku pelan saat melihat isi lemari pendingin yang penuh. Seumur hidup, aku belum pernah memiliki lemari pendingin dengan isi yang melimpah. Namun, melihat makanan yang melimpah justru tidak mengundang selera makanku. Aku hanya mengambil satu buah pir dan menyantapnya seraya berjalan menuju kamarku.
Aku masuk ke dalam kamar lalu berdiri di depan jendela besar yang menampakkan taman Hype Park. Aku bisa melihat beberapa orang sedang olahraga. Udara cukup hangat.. Uhm.. Kupikir aku akan melakukan sedikit peregangan. Cuaca bagus di Inggris snagat jarang dan ini benar-benar kesempatan yang bagus.
Aku menaruh pirku yang tersisa banyak di atas meja lalu melakukan rutinitas skincare. Setelahnya, aku mengganti bajuku ke dalam satu set baju training berwarna hitam. Aku mengucir kuda rambutku. Aku mengambil ponsel, earphone, dan buah pirku tadi.
Aku berjalan keluar kamar lalu membuka lemari sepatu yang berada di samping pintu keluar. Aku tidak memiliki sepatu olahraga. Hanya ada tiga sneakers, boot, flashoes, dan wegdes kecil. Aku cenderung membeli sepatu hanya jika sepatu lamaku tidak layak pakai lagi.
Aku mengambil sneakersku dan memakainya segera. Tidak apa jika sneakersku tidka cocok dengan outfitku. Lagian aku hanya ingin jalan-jalan kecil. Aku membuka pintu seraya menggigit buah pirku dan tepat saat itu juga, tetanggaku-si-pria-tampan muncul. Dia menatapku.
"Good morning..." ucapnya dengan suara hangatnya. Ah. Aksennya benar-benar cocok untuknya.
Aku segera menelan buah pirku dan tersenyum, "Wah.. Morning..." aku memasukkan pirku ke dalam saku jaketku
"Ingin melakukan olahraga juga?"
Aku menatap sepatu sneakersku yang tidak senada dengan baju trainingku.
"Ah.. Tidak. Aku hanya ingin menghirup udara segar saja di Hype Park.."
Aku menatap dia yang memakai pakaian training, lengkap dengan sepatu olahraga yang senada.
"Ingin olahraga?" tanyaku seraya berjalan bersamanya menuju lift.
"Yah.."
Jawaban singkatnya membuatku bungkam. Kami masuk ke dalam lift dan berdiri bersampingan. Aku memiringkan mengerak-gerakkan kepalaku dengan canggung. Aku bukanlah orang yang hebat dalam bersosialisasi. Astaga..
Bagaimana cara memecahkan keheningan ini.
"Anda sepertinya seorang seniman..." ucapnya secara tiba-tiba.
Aku menatapnya sekilas. Ba-bagaimana dia tahu?
"Aku tidak sengaja melihatmu saat melakukan pindahan dan melihat banyak kanvas yang kau bawa saat itu..." jelasnya seolah bisa membaca pikiranku.
Oh...
"Yah.." jawabku.
Pintu lift terbuka dan kami berjalan menuju pintu keluar.
"Objek apa yang an--"
"Jasmine..."potongku, "Kau bisa memanggilku Jasmine.."
Dia menatapku dan aku segera salah tingkah. Aku tertawa kecil.
"Kau tau? Kata anda terlalu formal..."
"Edward Lendsman..." dia menyodorkan tangan kanannya padaku dan aku menjabatnya.
Jabatannya kuat dan tegas, tapi kulitya begitu lembut.
"Ja-Jasmine Brown.."
Aku menarik tanganku dan segera memasukkannya ke dalam saku jaket, merasakan buah pirku tadi. Aku buru-buru mengambilnya dan melemparnya ke dalam tong smaspah di trotoar.
"Apa yang ingin kau tanyakan sebelumnya?" ucapku seraya tetap berjalan di tortoar menuju Hype Park.
"Aku penasaran objek apa yang paling kau sukai saat melukis..."
Pria dan wanita telanjang? Yap. Aku suka bagian itu selama kuliah. Bukan karena aku semacam wanita mesum atau berotak kotor, tetapi ketika tanganku mulai melukis setiap lekukan tubuh itu, aku merasa hidup. Aku merasakan sesuatu yang membuncah dalam diriku. Aku tidka bisa menjelaskan perasaan ini secara spesifik.
"Objek telanjang..." ucapku dengan senyum kecil.
Dia tersenyum miring, "Aku tidak menduga kau akan menyukai itu..."
"Aku juga tidak menduga aku akan suka itu.. Aku hanya merasa bebas dan hidup saat melukisnya.." aku menarik napas panjang, "Hanya saja aku hanya bisa melukisnya sebanyak dua kali seumur hidupku. Itu pun hanya sewaktu aku kuliah..."
"Kenapa?"
"Harga menyewa modelnya sangat mahal lalu banyak pihak yang menentang hal itu hingga akhirnya hal seperti itu dilarang...."
Kami memasuki kawasan Hype Park.. Well. Sangat cepat.
"Here we are..." aku menghadap padanya, "Jadi kau akan berlari sekarang?"
Dia tersenyum miring misterius.
"Aku berharap bisa mengenalmu lebih jauh, Jasmine..."
A-Apa?
****
MrsFox
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
dewi
ini Edward musuhnya Kenny itu Tah?...
2022-04-17
0
MJ
enak bet ceritanya ka😻
2022-03-11
0
mbak kunti🍇
apakad bang Edward jodohnya Jasmine
2021-12-25
0