Happy Reading
****
Jessica Elnora Brown, atau sering di panggil Jessi. Dia berusia 39 tahun dan memiliki anak berusia 24 tahun, yaitu aku. Semua bisa menebaknya, tentu saja karena dia hamil di luar pernikahan saat usianya masih menginjak usia 15 tahun. Jelas dia bukan remaja yang taat saat diusia itu.
Namun, dia tidak suka jika kupanggil 'Mom', dia berkata itu membuat dia terkesan tua karena jarak usia kami yang tidak jauh. Secara fisik, aku dan dia tampak seumuran, bahkan terkadang aku berpikir bahwa aku tampak lebih tua darinya. Aku juga tidak terlalu mirip dengannya, mungkin aku memiliki gen ayahku. Ayah yang tidak pernah kuketahui keberadaannya
Jessi cantik dan sejak dulu dia ingin menjadi artis. Dia putus sekolah setelah mengetahui kehamilannya. Satu tahun setelah melahirkanku, dia pergi dari Bristol, kota kelahiranku, Jessi, dan tempat Kakek-nenekku tinggal. Saat itu usianya sudah menginajk 17 tahun dan memberanikan diri pergi ke London untuk meraih cita-citanya, meninggalkanku yang masih balita bersama nenek dan kakek.
Namun, kota sebesar London yang terlihat menjanjikan untuk kita tidak selalu memberikan peruntungan yang baik, termasuk Jessi. Dia hanya memperoleh peran kecil dan dia memperoleh itu harus penuh perjuangan, termasuk mengkencani produser dan sutradaranya.
Namun, pada akhirnya Jessi banting setir sebagai wanita penggoda. Dia menggencani dan menggoda pria-pria tua yang kaya, yang bisa memberi dia dunia yang dia inginkan. Uang, emas, berlian, baju mewah, kendaraan mewah, dan berbagai kemewahan lainnya.
Sejujurnya, aku tidak senang dia melakukan itu karena dia menggoda pria yang sudah memiliki istri, anak, bahkan cucu. Namun, apa yang bisa kuperbuat. Setiap aku melarangnya, dia hanya mengatakan untuk jangan mengikutcampuri urusannya.
Dia boros, sangat boros. Aku selalu berkata untuk menyimpan uang yang diberikan kekasihnya agar dia bisa menggunakannya saat-saat genting, tapi dia tidak pernah mendengarku. Termasuk sekarang. Dia akan datang ke tempatku jika dia kehilangan kekasihnya dan menumpang di tempatku.
Dia selalu datang ke tempatku, membairkan dia tidur di kamarku, dan aku tidur di sofa yang keras. Duduk bermalasan sepanjang hari, mencuri uangku untuk perawatan, dan pada akhirnya pergi sendiri saat dia memiliki mangsa yang baru. Marahkah aku? Marah, tapi aku tidak bisa berbuat banyak karena dia Ibuku. Kakek dan nenek selalu berkata, jagalah Ibumu.
Jika kali ini dia datang karena di tendang kekasihnya, aku tidak tahu bagaimana mengurusnya karena aku belum juga mendapatkan pekerjaan tetap. Sulit bagi pelukis lulusan universitas kecil sepertiku untuk mendapat pekerjaan yang layak di kota besar ini. Namun, kali kedatangannya dengan alasan yang berbeda...
"Kau bilang apa?" tanyaku lagi, berusaha memastikan apa yang dia ucapkan.
"Aku akan menikah dengan pria kaya, my dear..." ucapnya dengan suara senang.
"Jangan bercanda... Ini bukan satu-dua kali kau mengatakan akan dinikasi pria kaya, tapi itu tidak pernah terjadi..."
Dia mengangkat tangan kirinya yang di rawat sempuran. Putih, mulus, dan kukunya dimaknikur sedemikian rupa. Namun, bukan itu yang membuatku terkejut. Aku melihat sebuah cincin dengan mata berlian yang besar dan terlihat mewah. Sangat mewah.
"Kau lihat cincin ini?"
"Wow... Itu kelihatan mahal..." aku berdiri dan duduk di sampingnya di sofa. Lalu memegang tangan kirinya, memeriksa berlian yang menawan itu, "Ini asli?" ucapku seraya mengetuk-etuk berlian itu dengan ujung telunjukku
"Tentu saja.. Sudah kukatakan. Dia benar-benar serius untuk menikahiku."
Aku melepas tangannya, "Berapa usianya? Apa kau menikahi pria yang masih beristri?" Jika ya, aku akan melarangnya dengan sekuat tenaga
"Tidak..." dia menarik tangannya dan bersandar dengan anggun di lengan sofa. Bau parfum yang mahal dan lembut tercium dari tubuhnya.
"Jadi?"
"Dia sudah lama berpisah dengan istrinya, sangat lama..."
"Usianya?"
"Tidak terlalu tua. 65 tahun..."
"Kau menikahi pria yang usianya hampir sama dengan kakek..."
"Huhss..." dia menyibakkan rambutnya yang panjang dan terawat, "Jangan bicarakan yang sudah meninggal.. Usianya memang tampak tua di dengar, tapi dia tidak setua itu. Mau kutunjukkan gambarnya?"
"Tidak usah... Kapan kau menikah?" Itu pun jika benar-benar terjadi.
"Sebulan lagi..." mata berubah bersemangat, "Dan kami tidak akan menikah di kota sialan ini. Ah.. Dia bukan orang Inggris, tapi spanyol.. Kau tau jelas, bukan? Pria-pria Spanyol sangat panas... Kami akan menikah di pula Halamahera... Ah.. Sejak dulu aku selalu ingin ke sana.."
Aku menggangguk seraya menatap wajah Jessi yang tampak sedang bermimpi, membayangkan mimpinya selama ini akan terwujud dan jelas, aku tidak ada di dalam mimpinya itu. Jika dia bahagia, cukup dia dan aku tidak ikut serta dalam mimpi indahnya itu.
"Jadi apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku, jelas dia tidak datang untuk mengundangku ke pesta pernikahannya karena dia tidak akan. Dia tidak ingin orang-orang mengetahui bahwa dia memiliki seorang anak perempuan yang hanya terpaut 15 tahun
"Ah... Soal itu..." dia berdiri dan mulai menjelajahi apartemenku yang kecil. Dia memegang TV kecilkun yang sudah tidak menyala lagi, meja kayu, dan semua perabot di ruangan ini. Kemudian menatapku.
"Apa kau tidak bosan tinggal di tempat tua dan sempit ini?"
Aku ingin berbicara dan berteriak padanya bahwa tempat tua dan sempit itu selalu menampungnya dalam keadaan susah.
"Setidaknya ini bisa melindungiku dari panas dan dinginnya cuaca...."
"Padahal kau pelukis dan kudengar seorang pelukis selalu membutuhkan ruangan luas agar bisa berpikir jernih saat melukis. Bukan begitu?"
Jessi memgang sebuah gelas dan secara sengaja menjatuhkannya.
"Mom!" teriakku kesal seraya berdiri.
"Ups..." ucapnya seraya menutup mulutnya, "Sudah kubilang tempat ini tua dan akan runtuh sewaktu-waktu...." Tentu saja rusak jika kau sengaja melakukannya!!
"Whatever, Jess.. Sekarang pergi dari tempatku..." aku tidak ingin lagi mendengar semua omong kosongnya yang penuh penghinaan.
"Dan di sinilah aku!" Jess tiba-tiba berteriak dan segera menginjak pecahan gelas dengan high-hellsnya yang tinggi. Dia gila. Sudah gila. aku harus segera mengusrinya sebelum merusak perabotku yang lain.
Dia berjalan ke arahku dan segera memegang kedua bahuku. Menatapku penuh semangat yang berapi-api.
"Aku akan membawamu ke tempat yang layak, Jasmine Brown..."
Hah?
Dia melepas tangannya dari bahuku, "Sekarang bereskan barangmu yang perlu dan mari pergi ke apartemenmu yang baru... Ah. Satu lagi. Ini apartemen mewah, sayangku..."
"Apa?"
****
MrsFox
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nina Melati
keren Thor, penulisannya membuat aku yg baca merasakan ada disitu.
2022-12-01
0
dewi
👍👍👍👍 di awal udah seru
2022-04-15
0
Satri Sulistiono
seru nih certanya 😍😍
2022-03-03
0