Happy Reading
****
Jasmine POV
Hari-hari berikutnya, aku disibukkan dengan melukis, melukis, dan melukis lagi. Sesekali aku menggambar dengan pena digitalku di atas Ipadku untuk membuat komik. Sekitar tiga bulan lalu aku sudah menyelesaikan komik onlineku dan aku benar-benar bersyukur itu cukup banyak di baca.
Uang yang kuhasilkan dari komik internet itu sebagian kusimpan dan sebagian lagi untuk membeli perlangkapan melukisku. Beberapa penggemar pemeran fiksiku ingin aku melanjutkan season dua dari komik yang sudah kutamatkan, tapi aku berpikir untuk tidak melakukannya dan memilih membuat cerita baru.
Menurutku, biarlah pemeran fiksiku bahagia di dunia mereka sendiri.
Aku mendapat beberapa job untuk melukis ke majalah lokal dan aku melakukannya walau upah yang diberikan benar-benar tidak seberapa. Namun, inilah profesiku.. Aku senang melakukannya. Aku melakukannya bukan semata-mata untuk uang saja, tapi untuk kepuasan pribadi.
Selama aku masih memiliki tempat berteduh yang layak dan makanan untuk dinikmati, itu lebih dari cukup untukku. Aku bukan penikmat barang mewah seperti Jessi yang selalu memikirkan brand dan brand. Satu-satunya benda yang selalu kupertimbang brandnya adalah dalam membeli alat lukisku.
Aku tengah menggambar beberapa karikatur yang di pesan oleh salah satu majalah lokal di atas dengan pensil digitalku. Jessi baru saja menelponku bahwa pernikahannya akan dilangsungkan lusa dan aku turut senang atas itu. Selama dia bahagia, itu sudah cukup bagiku.
Aku mengambil gelasku berisi anggur dengan tangan kiri sementara tangan kananku fokus melukis, tapi aku merasakan rasa ringan dari gelas tersebut. Aku menoleh ke arah gelas dan menyadari bahwa isinya sudah kosong. Aku menarik napas.
Well... Jatah hari ini sudah cukup.
Aku berdiri seraya melepas kaca mataku lalu meregangkan punggungku. Aku merasakan kebas di ujung kakiku sehingga aku berjalan tertatih menuju dapur. Aku mengambil cangkir besi dengan tutupnya, lalu mengisinya dengan gula jagung, teh celup, dan air panas.
Aku kembali ke ruang kerjaku dan setengah berbaring di atas sofa. Aku menaruh cangkir itu di perutku dan merasakan kenyamanan. Aku membuka tutupnya dan aroma semerbak khas teh tercium. Ah.. Itu membuatku rileks setelah seharian bekerja.
Sekarang sudah pukul lima sore dan aku sudah melewati jam makan siangku. Aku mengangkat cangkir itu dan meniup permukaannya lalu menyeruput teh.
"Ah..." aku merasaakan kenikmatan tiada tara di seluruh tubuhku. Perlu kau ketahui bahwa aku sanggup menghabiskan delapan hingga 12 teh celup setiap harinya. Namun, itu dulu karena aku mendapati tubuhku tidak bisa bekerja dengan baik karena kelebihan antioksidan yang berasal dari teh. Sekarang batasku hanya sekitar 3 atau lima teh celup saja.
Teringat soal kesehatan, aku kembali mengingat moment dengan Edward beberapa hari lalu saat dia megingatkanku untuk menjaga kesehatan. Percaya atau tidak, aku selalu bertemunya setiap kali aku keluar dari apartemenku. Awalnya kupikir kebetulan saja, tapi ini terjadi setiap harinya.
Terkadang timbul pikiran liarku bahwa Edward sedang menguntitku, tapi itu mustahil. Untuk apa pula dia menguntitku. Dia tinggal jauh lebih dulu dari aku di aparteman ini. Jadi kuputuskan pertemuan kami itu adalah sebuah ketidak-sengajaan.
Namun, Edward tidak berusaha berbicara padaku. Dia hanya tersenyum kecil dan menyapaku dengan basa-basi. Jauh dari lubuk hatiku, aku berharap dia meminta nomorku atau mengajakku kencan. berlebihan kah? Well.. Aku wanita yang sudah dewasa dan cukup matang jadi wajah aku berharap seperti itu.
Dan lagi, Edward memiliki ketampanan yang tidak biasa. Dia benar-benar tampan. Sangat tampan. Begitu maskulin dan terlihat sangat panas. Aku benar-benar suka sata dia memakai jas, dadanya terlihat bidang dan aku benar-benar ingin menyentuhnya. Bersandar di sana dan membayangkan bahwa dia memiliki kulit yang lembut.
"Sial...." aku tertawa, "Apa yang sedang kupikirkan?"
Aku tertawa kecil melihat pikiran kotorku sendiri. Namun, wajah Edward sangat sulit hilang dari dalam pikiranku. Terkadang terjadi kejadian yang lucu menurutku, saat aku sedang melukis, wajah Edward akan muncul dan tanganku melukisnya tanpa sadar.
Aku menceritakan hal ini pada Jessi bahwa Edward sangat baik padaku, tapi tidak ada tanda-tanda dia tertarik padaku. Aku benar-benar berharap dia meminta nomor ponselku atau apalah, tapi aku takut meminta terlebih dahulu.
"Jika kau suka. Kejar. Tidak ada batasan bahwa pria yang harus memulai, Jasmine...."
Itulah yang dikatakan Jessi padaku. Apa itu membantu? Tidak juga, tapi dia benar soal itu. Tidak ada batasan siapa yang harus mengejar dan dikejar. Hanya saja, aku benar-benar takut memulainya. Ditambah, aku pernah mengalami pelecehan seksual. Uh.. itu benar-benar membuatku takut untuk melangkah maju.
"Jika kau takut memulainya maka gunakan dress atau berdandan sedikit untuk menarik perhatiannya.. Tunjukkan gestur kau tertarik padanya..."
Gestur? Aku tidak tahu bagaimana melakukannya. Aku selalu menyukai komik atau novel berbau romansa, tapi aku tidak memiliki bayangan bagaimana 'gestur' untuk menarik perhatian seorang pria. Namun, pada akhirnya aku hanya mendesah. Lupakan saja. Aku tidak berbakat dalam hal itu.
Lagi pula, aku merasakan aura yang berbeda setiap aku bertemu Edward. Terkadang aku merasa terintimidasi dan di saat yang lain aku merasa tenang. Terkadang senyum miringnya terlihat nakal dan di saat yang lain hanya senyum hangat yang lembut. Dia seperti memiliki kepribadian ganda...
Tiba-tiba, aku mendengar ponselku berdering. Aku menurunkan kakiku ke lantai lalu menyeruput tehku. Aku menaruh cangkirku ke atas meja kemudian berdiri untuk mengambil ponselku yang berada di meja kerjaku yang penuh dengan peralatan lukis. Saat aku melihat nomor penjaga gedung apartemen ini, aku segera menerima panggilan tersebut.
"Halo?" ucapku
"Dengan Ms.Brown, pemilik unit 201?"
"Yah..."
"Saya hanya ingin memeberitahu paket anda telah dibawakan oleh tetangga anda, unit 202, Mr.Lendsman...."
Itu membuatku syok ringan.
"Edward Lendsman?" bisikku
"Yes, Miss... Selamat sore." penjaga apertemen itu memutuskan sambungan dan detik itu juga bell apartemenku berbunyi.
Sial. Aku buru-buru berjalan cepat menuju pintuku. Saat aku ingin membuka pintu, aku memeriksa diriku sendiri. Aku memperbaiki tatanan rambutku dan pakaianku. Sialnya, aku menginginkan dan berharap saat ini aku memakai rok dan bukan celana trainingku yang usang.
Itu di tekan lagi dan membuatku panik. Sial. Aku menyalakan kamera monitorku dan memperlihatkan Edward berdiri di depan apartemenku. Jelas dia baru pulang bekerja terlihat dari setelan jasnya. Kenapa dia selalu tampan, sih? Aku menarik napas dan menenangkan diriku sebelum akhirnya aku membuka pintu.
"Edward..." sapaku dengan senyum sumringah.
Dia tersenyum kecil, "Ini paketmu.."
Aku segera menerima paket itu, "Thank you...."
Dan setelahnya terjadi keheningan. Aku melipat bibirku karena gugup. Pikiranku penuh dengan skenario yang selama ini kupikirkan jika aku bertemu Edward, tetapi tidak satu pun kulakukan. Aku hanya diam dan menatapnya penuh harap. Berharap dia akan berbicara padaku.
Edward mengangguk kecil, "Kalau begitu, aku permisi..." ucapnya dan entah mengapa aku merasakan dadaku sesak. Sial.... Edward memutar tubuhnya dan aku merasakan sakit di dadaku.
Aku memandang punggung Edward sebentar kemudian segera menutup pintu dengan perasaan kacau. Aku menghentak-hentakkan kakiku penuh amarah ke lantai. Aku menyesal. Menyesal.. Kenapa aku tidak mengajaknya minum atau semacamnya? Kenapa?!!
"Sial..." aku mengumpat keras seraya melempar paketku ke atas sofa.
Aku menarik napas dan membuangnya perlahan. Sabar, Jasmine... Kendalikan dirimu. Tidak apa. Masih ada hari esok. Sekarang saatnya menikmati alkohol. Ini waktu yang tepat untuk menikmati alkohol. Aku berjalan ke dapur, membuka lemari pendingin, dan mengambil satu botol anggur.
Aku membuka gabus penutupnya dan hendak meminumnya langsung dari botol, tetapi ponselku tiba-tiba berdering. Aku memutar mataku. Bisa-bisanya menghubungiku di saat yang tidak tepat. Aku menaruh botolku ke atas meja dan merogoh ponselku yang berada di saku celana.
Aku menatap layar dan melihat nomor yang tidak di kenal. Siapa? Aku akhirnya memilih menerimanya karena bertanya-tanya mungkin ini adalah panggilan penting.
"Halo, Jasmine... Ini aku Edward...."
A-Apa?
****
MrsFox
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Lyn
bukan perasaanmu aja Jasmine, emng Edward punya kepribadian ganda makanya kadang kau bertemu Edward yg berbeda. 😂
2023-05-12
0
dewi
Jasmin.. 😂😂😂 harap harap cemas..
2022-04-18
0
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
jasmin..kamu diawasin loh...jgn mpe mabok yak..
2021-07-31
0