Malam hari di rumah dimas, ia sedang memikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan uang secepatnya untuk membantu Ayumi.
"Kamu kenapa dim?" tanya Dinda yang melihat anaknya seperti memikirkan sesuatu.
"Aku sedang berfikir sesuatu ma." jawab Dimas.
"Kamu bisa cerita sama mama." ujar Dinda dengan duduk di sebelah Dimas.
"Apa mama ada kerjaan untukku di kantor atau di restoran mama?" tanya Dimas.
"Kamu mau bekerja?" tanya Dinda dengan terkejut.
"Iya ma. Dimas butuh pekerjaan sekarang." jawab Dimas.
"Apa uang yang mama kasih sama kamu kurang. kenapa harus bekerja sayang, biar mama saja." kata Dinda.
"Tidak ma. hanya saja aku tidak mau merepotkan mama." timpal Dimas.
"Mana mungkin mama kerepotan. sudahlah kamu tidak perlu bekerja. kamu konsentrasi sama kuliah kamu saja biar bisa cepat lulus dan gantiin mama di perusahaan." kata Dinda
"Huh yasudah. Dimas ke kamar dulu ma." ujar Dimas dengan beranjak.
Dinda menatap punggung anaknya dengan bingungnya.
.
.
.
.
.
"Heh buruk rupa kemari." kata Aurel pada Ayumi.
Ayumi berjalan pelan dengan kepala yang terus menunduk.
"Belikan aku sarapan. ingat jangan seperti waktu itu lagi." kata aurel dengan menyerahkan uang pada Ayumi.
"Tapi ini sudah mau masuk jam pelajaranku." ujar Ayumi dengan pelan.
"Itu urusanmu. sekarang juga kau belikan aku sarapan aku sudah lapar." timpal Aurel.
"Cepatlah kau mau Aurel lebih marah lagi denganmu hah." bentak Renata.
Dengan terpaksa akhirnya Ayumi menuruti kemauan mereka.
"Selamat pagi semua." kata pak Han.
"Pagi pak." jawab semua mahasiswa.
Pak Han mengedarkan pandangannya ke penjuru sudut. tapi ada satu bangku yang masih kosong.
"Ada yang tau Ayumi dimana?" tanya pak Han.
"Tidak pak dia belum datang." kata salah satu mahasiswa.
"Sudahlah pak kita mulai saja materinya kenapa harus menunggu dia sih." kata Johan dengan tidak suka.
"Yasudah kita mulai saja." ujar pak Han dengan memulai materinya.
"dimana dia kenapa tidak mengikuti pelajaran kali ini. tidak seperti biasanya." batin Dimas dengan khawatir.
Bukan hanya Dimas saja yang heran dengan Ayumi, tapi Bara juga rupanya celingukan sedang mencari Ayumi.
"apa peduliku denganya. biarkan saja dia mau masuk atau tidak." batin Bara.
Saat ini Ayumi tengah berada di perpustakaan seorang diri karena semua mahasiswa yang biasanya mengunjungi perpustakaan sudah masuk ke kelasnya masing-masing.
Disana dia hanya membaca materi yang kemungkinan besar akan di bahas hari ini di kelasnya. dengan serius dia membaca dan memahami kadang juga dia menyelesaikan soal-soal yang tertera di buku itu.
Setelah di rasa sudah selesai dengan belajarnya, ayumi memutuskan untuk mencari buku yang menurutnya menarik. dia berkeliling dan meneliti satu persatu rak buku yang ada di sana.
"kenapa tidak ada yang menarik sama sekali sih." gerutu Ayumi.
Setelah lama mencari kesana kemari akhirnya matanya menemukan buku yang sudah nampak berdebu dan terletak di antara banyaknya kardus dan buku-buku yang sudah tidak di pakai lagi.
"Buku apa itu??" tanya Ayumi dengan mengambil buku itu.
Dia meniup debu-debu itu hingga dia terbatuk pelan.
"Ranti Yuliana." gumam Ayumi kemudian membuka bukunya.
Dia membaca satu persatu tulisan tangan yang ada di buku tersebut. rupanya buku yang tengah Ayumi baca merupakan sebuah buku harian seseorang.
"Tulisan ini sangat bagus. tapi kenapa buku ini ada di sini. atau pemiliknya mungkin tak sengaja meninggalkannya Disni." gumam Ayumi dengan membolak-balik halaman buku tersebut.
"Tapi kelihatannya pemilik buku ini sudah lama lulus dari sini." gumamnya lagi ketika melihat tanggal dan tahun yang tertera di buku itu.
Ayumi membaca satu persatu halaman. penulis itu menceritakan kisah hidupnya disana. mulai dari pertemuan pertama sampai perjodohan dan memiliki anak. disana tertulis jika dia menikah saat dirinya lulus di bangku SMA dan memiliki anak saat kuliah. Dia begitu mencintai suaminya tapi tidak dengan suaminya.
"Ayumi." panggil Dimas yang membuat Ayumi terlonjak kaget.
"Ya Tuhan jantungku." kata Ayumi dengan memukul Dimas menggunakan bukunya.
"Salah sendiri aku panggil-panggil tidak menjawab." timpal Dimas dengan mengelus kepalanya.
"Kenapa kau tidak ikut kelas pak Han tadi?" tanya Dimas.
"Itu...aku tadi em i itu, kesiangan bangunnya." jawab ayumi.
"Aku tau kau sedang berbohong padaku. cepat katakan kenapa kau tidak ikut kelas pak Han tadi." seru Dimas yang membuat Ayumi menghela nafasnya.
"Aku disuruh membelikan makanan untuk aurel tadi dan kelas juga sudah di mulai makanya aku pergi kesini." kata Ayumi.
"Apa mereka berbuat sesuatu padamu lagi?" tanya Dimas.
"Entahlah kenapa hari ini mereka tak melakukannya. mungkin sudah lelah." jawab Ayumi yang membuat dimas mengangguk pelan.
"Apa yang kau pegang?" tanya Dimas ketika melihat buku yang Ayumi bawa.
"Oh ini hanya buku yang tadi aku baca." jawab Ayumi.
"Coba aku lihat." kata Dimas mencoba merebut buku Ayumi.
"Tidak boleh. kau cari buku lain saja." seru Ayumi.
Dia tidak ingin orang lain tahu isi dari buku ini. apalagi itu menceritakan kisah hidupnya.
"Ayo ke kantin." ajak Dimas.
"Tidak mau. aku masih mau membaca buku ini. lagian aku tidak lapar." kata Ayumi.
"Selalu saja begitu." gerutu Dimas dengan berlalu pergi.
Ayumi hanya menatap Dimas dengan heran. apakah dia merajuk atau apa dia juga tidak tahu. Ayumi menyimpan buku tadi di dalam tasnya dan mencari buku untuk di baca kembali.
Dia kembali duduk dan membaca buku dengan serius. suasana yang sangat Ayumi suka adalah saat-saat seperti ini, dimana hanya ada dirinya dan juga bayangannya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments