Disebuah rumah mewah tampak dua orang pasangan suami istri tengah bertengkar dengan hebatnya. si wanita merasa jika suaminya tengah menyembunyikan sesuatu darinya karena akhir-akhir ini dia jarang pulang kerumah dan sering berbuat kasar padanya.
"Sudah ku bilang berapa kali, aku sibuk sedang banyak pekerjaan." kata pria itu dengan nada tingginya.
"Tapi setidaknya kamu makan dulu mas. apa sekarang kamu sudah tidak bisa menghargai ku sebagi seorang istri." timpal wanita itu.
Plakkk...
Satu tamparan mendarat di pipi wanita itu. sontak wanita itu mendongak dan menatap pria tadi dengan mata berkaca-kaca. tamparan pertama yang di lakukan suaminya setelah 22 tahun menikah.
"Ma mas..." ucap wanita itu menahan tangisnya.
"Jangan berbicara sembarang. aku semakin tidak betah berada di rumah ini." kata pria itu dengan mengambil jasnya kemudian meninggalkan istrinya yang kini tengah terisak.
Di depan rumahnya dia berpapasan dengan anaknya. pria itu menatapnya sebentar kemudian berlalu pergi begitu saja. Bara hanya menatap papanya dengan heran, karena tidak biasanya papanya bersikap seperti itu.
"Kenapa kamu berubah mas." ucap wanita itu.
Bara masuk dan mendapati mamanya tengah terisak.
"Mama..." panggil bara yang membuat mamanya menoleh.
"Eh kamu sudah pulang sayang." kata Ranti dengan ngusap air matanya.
"Kenapa mama menangis?" tanya Bara.
"Menangis? haha mana ada mama nangis." elak Ranti dengan terkekeh.
"Terus kenapa mata mama memerah seperti itu?" tanya Bara lagi
"Itu karena tadi mama mengupas bawang merah dan mata mama perih jadi gini deh hehehe. oh iya kamu belum makan kan?" tanya Ranti mengalihkan pembicaraan.
Bara hanya menggeleng pelan dan menuju ke meja makan bersama mamanya.
"Mama masak spesial hari ini. kamu coba deh enak atau tidak." kata Ranti dengan mengambilkan nasi dan lauk untuk Bara.
Bara hanya menatap mamanya yang kini tengah mengambilkan makanan. sangat jelas jika saat ini mamanya tengah berbohong. Bara bukan anak kecil yang polos yang tidak tahu apa-apa. Dia tentu tahu jika mamanya menangis. tapi dia tidak akan menanyakan langsung pada mamanya tentang itu. dia akan mencari tahu sendiri penyebabnya.
"Bagaimana?" tanya Ranti yang menunggu jawaban Bara.
"Masakan mama masih terasa seperti biasanya. sangat enak." jawab bara dengan mengunyah makanannya.
"Hahaha kamu bisa aja bar." ucap Ranti yang juga ikut makan.
"Papa kemana ma? bara lihat tadi dia keluar." tanya Bara di sela-sela makannya.
"Katanya ada urusan mendadak jadi dia pergi lagi. sudahlah kamu makan saja. tidak baik makan sambil bicara." kata Ranti menghindari pertanyaan dari bara.
Bara merasakan ada sesuatu yang tengah terjadi antara kedua orangtuanya. tapi dia tidak tahu apa itu.
"Bara ke kamar dulu ma." kata bara ketika sudah menyelesaikan makannya.
Ranti hanya mengangguk dan menatap punggung anaknya kemudian menghela nafasnya.
.
.
.
.
.
"Aw...maaf aku tidak sengaja mena..." ucapan Ayumi terhenti tak kala melihat siapa yang sudah dia tabrak.
Ia langsung menunduk dengan takut sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di lantai. Dimas juga membantunya untuk membereskan semuanya.
"Maaf aku tadi buru-buru." kata Dimas dengan menyerahkan buku Ayumi
Ayumi menerima dan mengangguk kemudian pergi begitu saja.
"Huh apa aku semenakutkan itu hingga dia tidak mau melihat ku sedikitpun." gerutu Dimas dengan kesalnya.
Entah apa yang sedang dia rasakan sekarang, tapi melihat Ayumi mengabaikannya dia menjadi kesal sendiri.
"Kenapa kau?" tanya Bara yang baru saja datang.
"Tidak ada." jawab Dimas kemudian pergi tanpa sepatah katapun.
"Hei ada apa dengannya?" tanya Johan heran dengan sikap Dimas.
"Sudahlah kita ke kelas sekarang." ujar bara pada kedua temannya.
"Selamat pagi semua." kata Darren.
"Pagi senior." jawab mereka semua dengan semangat.
Para kaum wanita langsung merapikan rambut dan tampilannya tak kala Darren akan mengisi materi kali ini.
"Bagaimana penelitian kemarin? apa semua sudah paham?" tanya Darren dengan tersenyum manis yang membuat para gadis itu meleleh di buatnya.
"Tidak senior, sama sekali tidak masuk kedalam otak saya. penjelasan yang di berikan pak Han terlalu sulit untuk saya pahami. dan lagi pak Han itu sangat membosankan." jawab Johan.
Pak Han yang tak sengaja melewati kelas itu dan mendengarkan penuturan Johan langsung masuk tanpa permisi.
"Itu karena kau yang terlalu bodoh Johan. jangan mengatai gurumu itu sangat tidak baik. atau kau mau bapak menurunkan nilaimu menjadi min plus." kata pak Han yang membuat Johan langsung gelagapan.
"Mana ada pak Han. hahaha saya tadi hanya becanda kali pak. mana mungkin anda membosankan, yang ada saya malah makin paham hehehe. tolong jangan turunkan nilai saya menjadi min plus ya pak. sudah min, plus lagi. apa yang akan terjadi setelah ini." seru Johan.
"Maaf senior Darren sudah menggangu waktu mengajar anda." ucap pak Han dengan membisikkan sesuatu di telinga Darren.
Darren hanya terkekeh geli mendengar ucapan pak Han kali ini.
"Baiklah sekarang kita mulai materi hari ini." kata Darren yang mulai menjelaskan.
Semua laki-laki mendengarkan dengan seksama. berbeda lagi dengan para perempuan, Mereka nampak asyik sendiri dengan menggosipkan Darren.
"Jika kalian tidak memperhatikan maka saya akan mengakhiri sampai disini dan tidak akan lagi memberikan materi pada kalian." kata Darren dengan datarnya.
Sontak itu membuat para perempuan yang tadi asyik dengan dunianya sendiri langsung terdiam.
"Baiklah sebelum kita mulai lagi pelajarannya, kepada saudara Johan di harapkan untuk mencuci muka terlebih dahulu karena dari yang saya hitung tadi kamu sudah menguap 12 kali selama Pelajaran saja." kata Darren yang membuat Johan terkejut.
"12 kali, Mana mungkin senior. saya tidak pernah menguap sebanyak itu." seru Johan dengan menguap kembali tapi dia tidak membuka mulutnya dan hanya matanya saja yang terlihat memerah.
"Nah itu apa. kamu pikir saya tidak tahu. tadinya saya pikir ucapan pak Han hanya lelucon tapi setelah saya melihat kamu mulai menguap, akhirnya saya melakukan apa yang sudah di katakan pak Han tadi yaitu menghitungnya." timpal Darren dengan menggelengkan kepalanya.
"Hahahaha...." gelak tawa semua orang terdengar begitu nyaring di telinga Johan.
Johan yang sudah terlanjur malu pun langsung keluar dengan ekspresi coolnya. tapi ketika sudah berada di luar kelasnya, dia langsung berlari dengan terus memaki.
"Sial, siall..." makinya sepanjang perjalanan menuju toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments