Chapter 4

Disebuah rumah mewah tampak dua orang pasangan suami istri tengah bertengkar dengan hebatnya. si wanita merasa jika suaminya tengah menyembunyikan sesuatu darinya karena akhir-akhir ini dia jarang pulang kerumah dan sering berbuat kasar padanya.

"Sudah ku bilang berapa kali, aku sibuk sedang banyak pekerjaan." kata pria itu dengan nada tingginya.

"Tapi setidaknya kamu makan dulu mas. apa sekarang kamu sudah tidak bisa menghargai ku sebagi seorang istri." timpal wanita itu.

Plakkk...

Satu tamparan mendarat di pipi wanita itu. sontak wanita itu mendongak dan menatap pria tadi dengan mata berkaca-kaca. tamparan pertama yang di lakukan suaminya setelah 22 tahun menikah.

"Ma mas..." ucap wanita itu menahan tangisnya.

"Jangan berbicara sembarang. aku semakin tidak betah berada di rumah ini." kata pria itu dengan mengambil jasnya kemudian meninggalkan istrinya yang kini tengah terisak.

Di depan rumahnya dia berpapasan dengan anaknya. pria itu menatapnya sebentar kemudian berlalu pergi begitu saja. Bara hanya menatap papanya dengan heran, karena tidak biasanya papanya bersikap seperti itu.

"Kenapa kamu berubah mas." ucap wanita itu.

Bara masuk dan mendapati mamanya tengah terisak.

"Mama..." panggil bara yang membuat mamanya menoleh.

"Eh kamu sudah pulang sayang." kata Ranti dengan ngusap air matanya.

"Kenapa mama menangis?" tanya Bara.

"Menangis? haha mana ada mama nangis." elak Ranti dengan terkekeh.

"Terus kenapa mata mama memerah seperti itu?" tanya Bara lagi

"Itu karena tadi mama mengupas bawang merah dan mata mama perih jadi gini deh hehehe. oh iya kamu belum makan kan?" tanya Ranti mengalihkan pembicaraan.

Bara hanya menggeleng pelan dan menuju ke meja makan bersama mamanya.

"Mama masak spesial hari ini. kamu coba deh enak atau tidak." kata Ranti dengan mengambilkan nasi dan lauk untuk Bara.

Bara hanya menatap mamanya yang kini tengah mengambilkan makanan. sangat jelas jika saat ini mamanya tengah berbohong. Bara bukan anak kecil yang polos yang tidak tahu apa-apa. Dia tentu tahu jika mamanya menangis. tapi dia tidak akan menanyakan langsung pada mamanya tentang itu. dia akan mencari tahu sendiri penyebabnya.

"Bagaimana?" tanya Ranti yang menunggu jawaban Bara.

"Masakan mama masih terasa seperti biasanya. sangat enak." jawab bara dengan mengunyah makanannya.

"Hahaha kamu bisa aja bar." ucap Ranti yang juga ikut makan.

"Papa kemana ma? bara lihat tadi dia keluar." tanya Bara di sela-sela makannya.

"Katanya ada urusan mendadak jadi dia pergi lagi. sudahlah kamu makan saja. tidak baik makan sambil bicara." kata Ranti menghindari pertanyaan dari bara.

Bara merasakan ada sesuatu yang tengah terjadi antara kedua orangtuanya. tapi dia tidak tahu apa itu.

"Bara ke kamar dulu ma." kata bara ketika sudah menyelesaikan makannya.

Ranti hanya mengangguk dan menatap punggung anaknya kemudian menghela nafasnya.

.

.

.

.

.

"Aw...maaf aku tidak sengaja mena..." ucapan Ayumi terhenti tak kala melihat siapa yang sudah dia tabrak.

Ia langsung menunduk dengan takut sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di lantai. Dimas juga membantunya untuk membereskan semuanya.

"Maaf aku tadi buru-buru." kata Dimas dengan menyerahkan buku Ayumi

Ayumi menerima dan mengangguk kemudian pergi begitu saja.

"Huh apa aku semenakutkan itu hingga dia tidak mau melihat ku sedikitpun." gerutu Dimas dengan kesalnya.

Entah apa yang sedang dia rasakan sekarang, tapi melihat Ayumi mengabaikannya dia menjadi kesal sendiri.

"Kenapa kau?" tanya Bara yang baru saja datang.

"Tidak ada." jawab Dimas kemudian pergi tanpa sepatah katapun.

"Hei ada apa dengannya?" tanya Johan heran dengan sikap Dimas.

"Sudahlah kita ke kelas sekarang." ujar bara pada kedua temannya.

"Selamat pagi semua." kata Darren.

"Pagi senior." jawab mereka semua dengan semangat.

Para kaum wanita langsung merapikan rambut dan tampilannya tak kala Darren akan mengisi materi kali ini.

"Bagaimana penelitian kemarin? apa semua sudah paham?" tanya Darren dengan tersenyum manis yang membuat para gadis itu meleleh di buatnya.

"Tidak senior, sama sekali tidak masuk kedalam otak saya. penjelasan yang di berikan pak Han terlalu sulit untuk saya pahami. dan lagi pak Han itu sangat membosankan." jawab Johan.

Pak Han yang tak sengaja melewati kelas itu dan mendengarkan penuturan Johan langsung masuk tanpa permisi.

"Itu karena kau yang terlalu bodoh Johan. jangan mengatai gurumu itu sangat tidak baik. atau kau mau bapak menurunkan nilaimu menjadi min plus." kata pak Han yang membuat Johan langsung gelagapan.

"Mana ada pak Han. hahaha saya tadi hanya becanda kali pak. mana mungkin anda membosankan, yang ada saya malah makin paham hehehe. tolong jangan turunkan nilai saya menjadi min plus ya pak. sudah min, plus lagi. apa yang akan terjadi setelah ini." seru Johan.

"Maaf senior Darren sudah menggangu waktu mengajar anda." ucap pak Han dengan membisikkan sesuatu di telinga Darren.

Darren hanya terkekeh geli mendengar ucapan pak Han kali ini.

"Baiklah sekarang kita mulai materi hari ini." kata Darren yang mulai menjelaskan.

Semua laki-laki mendengarkan dengan seksama. berbeda lagi dengan para perempuan, Mereka nampak asyik sendiri dengan menggosipkan Darren.

"Jika kalian tidak memperhatikan maka saya akan mengakhiri sampai disini dan tidak akan lagi memberikan materi pada kalian." kata Darren dengan datarnya.

Sontak itu membuat para perempuan yang tadi asyik dengan dunianya sendiri langsung terdiam.

"Baiklah sebelum kita mulai lagi pelajarannya, kepada saudara Johan di harapkan untuk mencuci muka terlebih dahulu karena dari yang saya hitung tadi kamu sudah menguap 12 kali selama Pelajaran saja." kata Darren yang membuat Johan terkejut.

"12 kali, Mana mungkin senior. saya tidak pernah menguap sebanyak itu." seru Johan dengan menguap kembali tapi dia tidak membuka mulutnya dan hanya matanya saja yang terlihat memerah.

"Nah itu apa. kamu pikir saya tidak tahu. tadinya saya pikir ucapan pak Han hanya lelucon tapi setelah saya melihat kamu mulai menguap, akhirnya saya melakukan apa yang sudah di katakan pak Han tadi yaitu menghitungnya." timpal Darren dengan menggelengkan kepalanya.

"Hahahaha...." gelak tawa semua orang terdengar begitu nyaring di telinga Johan.

Johan yang sudah terlanjur malu pun langsung keluar dengan ekspresi coolnya. tapi ketika sudah berada di luar kelasnya, dia langsung berlari dengan terus memaki.

"Sial, siall..." makinya sepanjang perjalanan menuju toilet.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 52
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Bonus Chapter
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 52
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!