"Apa yang sedang kau lakukan disana Ki. dan kenapa kau memukul Kevin seperti itu." kata Ayumi yang membuat Zaki menoleh.
"Apa yang kau katakan kak, kau justru malah mengkhawatirkan laki-laki tak punya etika itu?" tanya Zaki tak habis pikir.
"Bukan begitu. aku hanya tidak mau kau kenapa-kenapa. kau tau siapa yang telah kau hina dan kau pukuli tadi?" tanya Ayumi dengan mengobati luka lebam di wajah Zaki.
"Aku tidak peduli mereka siapa. jika mereka menyakiti orang-orang yang aku sayangi aku tidak akan tinggal diam. aww pelan-pelan kak." jawab Zaki dengan meringis.
"Kakak tidak suka kau berkelahi seperti tadi." ujar Ayumi dengan menekan luka Zaki.
"Aww...pelan-pelan kenapa sih. terus aku harus diam saja ketika melihat kakak di perlakukan begitu?" tanya Zaki dengan datarnya.
"Kakak hanya tidak mau kau terkena masalah karena kakak. mereka bisa melakukan apapun padamu Ki." kata Ayumi.
"Sudah aku bilang aku tidak peduli." seru Zaki.
Zaki kemudian menatap kakaknya dengan tatapan menyelidik.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Ayumi heran.
"Jelaskan padaku semuanya kak. aku tau kau dan Tante menyembunyikan sesuatu dariku." jawab Zaki.
"Apa yang kau maksud. sudah sana kembali ke kelasmu. ingat jangan berbuat seperti tadi lagi atau kakak akan benar-benar mencabut gelar saudara di kartu keluarga." kata Ayumi dengan mengancam.
"Apa-apaan..." gerutu Zaki dengan beranjak
"Katakan padaku jika mereka berbuat seperti itu lagi padamu." lanjutnya kemudian pergi.
Sejak Zaki mengucapkan kata-kata tadi, Dimas hanya termenung di dalam kelas. dia sedang mencoba mengendalikan emosinya saat ini. ingatan itu kembali terlintas di dalam ingatannya.
Dimas yang merupakan pribadi ramah sekarang menjadi berbeda. ekspresi dingin dan datar yang pertama kalinya dilihat oleh teman-temannya. dan itu membuat ketiga laki-laki yang kini tengah melihatnya menjadi semakin bingung.
"Aku rasa ada sesuatu yang terjadi pada Dimas." kata Johan
"Ya kau benar. tidak biasanya dia seperti ini." timpal kevin.
"Apa mungkin dia sedang menyembunyikan sesuatu dari kita." ujar bara yang membuat kedua temannya menoleh.
"Mungkin. tapi untuk sekarang jangan ganggu dia dulu. aku yakin dia sedang menahan emosinya." timpal Johan yang melihat tangan Dimas selalu mengepal dengan kuatnya.
Ayumi masuk ke dalam kelas dengan menunduk takut. entah kenapa setiap kali bertemu orang, terutama empat laki-laki itu dia menjadi sangat takut.
"Hahaha rupanya ada yang sedang bahagia nih. di bela sama kekasihnya." sindir Kevin yang melihat Ayumi.
"Apa kekasihmu sudah siap untuk di keluarkan dari kampus ini buruk rupa?" tanya Kevin dengan mengejek.
"A aku mohon jangan lakukan itu. dia tidak tahu apa-apa. disini aku yang bersalah, jika kalian ingin aku keluar dari kampus ini aku bersedia tapi jangan melakukan apapun padanya." jawab Ayumi.
"Hahaha itu lebih baik lagi. karena udara disini Menjadi penuh polusi jika kau ada disini." timpal Johan dengan tertawa.
Seketika Ayumi berbalik badan untuk keluar. tapi ada suara seorang laki-laki yang menghentikan langkahnya.
"Tetap disana." kata Dimas dengan tegasnya.
Ayumi menoleh dan melihat Dimas yang saat ini tengah menatapnya dengan tajam.
"Apa yang kau lakukan dim. biarkan saja dia pergi. dia itu seperti parasit bagi kita." kata Johan.
"Tunggu apa lagi cepatlah keluar. apa kau tuli." seru Kevin.
"DIAM!!" teriak Dimas yang membuat semua orang menoleh ke arahnya.
Dari tadi dia sudah mencoba menahan emosinya. tapi sekarang tidak akan lagi.
"Dia akan tetap disini. jika kalian ingin dia pergi maka itu seharusnya yang kalian lakukan sendiri. pergi dari sini." kata Dimas dengan menekan kata-katanya.
"Apa yang kau katakan Dimas. kau sadar apa yang kau katakan?" tanya bara dengan menatap tajam.
Dimas menghampiri Ayumi yang nampak gemetaran. dia memegang tangannya dan menariknya supaya duduk.
"Kau tidak akan pergi kemanapun. kau akan tetap kuliah disini. aku minta maaf padamu atas perbuatan yang selama ini teman-teman ku lakukan padamu." ucap Dimas dengan lembut.
Ayumi mendongak dan menatap mata Dimas mencari kebohongan di sana. tapi dia tidak menemukan apapun selain ketulusan dimatanya.
"Kau gila Dimas." bentak bara dengan marahnya.
"Kalian yang sudah gila. apa kalian tidak akan mengucapkan kata maaf padanya setelah apa yang kalian perbuat?" tanya Dimas dengan serius.
"Cih dalam mimpimu saja. kenapa kau membela dia sampai seperti itu dim. aku tidak pernah melihatmu membela seorang perempuan apalagi dia. apa kau menyukainya?" tanya bara dengan mengejek.
"Aku tidak menyukainya. hanya saja aku masih mempunyai hati nurani." jawab dimas.
"Jadi sekarang kau lebih memilih si buruk rupa ini dari pada teman-teman mu begitu?" tanya bara lagi.
"Aku tidak memilih siapapun. disini aku hanya membela yang tidak bersalah, dan kalian adalah yang melakukan kesalahan." jawab Dimas.
Semua orang hanya melihat perdebatan yang di lakukan dua laki-laki itu.
"Dimas kau sedang tidak bercanda kan?" tanya Johan.
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" tanyanya balik.
Johan dan Kevin hanya saling berpandangan saja melihat temannya seperti itu. ini sungguh bukan Dimas yang mereka kenal.
"Kau membuatku malu Dimas." kata bara yang mendapat tatapan sinis dari Dimas.
"Membuatmu malu? justru akulah yang sangat malu dengan perbuatan kalian. kalian tidak pernah sadar akan kesalahan kalian.?" tanya Dimas.
"Dimas, Bara. apa yang sedang kalian lakukan. kenapa saling tatap seperti itu. jangan bilang kalau kalian saling menyukai." kata pak Han yang baru saja datang.
Lantas semua orang cekikikan mendengar penuturan pak Han. kedua laki-laki itupun akhirnya kembali duduk.
Pak Han menatap bara dan juga Dimas secara bergantian.
"Ada masalah apa antara mereka berudua. tidak biasanya mereka seperti itu." gumam pak Han.
Pak Han pun memulai pelajaran keduanya dan menjelaskannya secara rinci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments