Adisty duduk di meja samping bekas Raihan dan sahabatnya duduk, Lily menatapnya dirinya miris sementara Geri menatapnya cemas. Setega itu Raihan pada wanita cantik seperti Adisty, di pikirannya Geri sekarang adalah Raihan tetap sama seperti yang dulu.
"Lu gak papa kan?" tanya Geri khawatir.
"Gue gak papa kok, tuh cowok emang brengsek, " balas Adisty, terlihat jelas raut wajah Adisty saat ini sangat kesal pada Raihan.
"Ya udah makan yuk, lapar nih dari pada mikirin tu orang, bikin kenyang kaga, pusing iya, " ucap Lily.
"Mau makan? mau gue pesenin apa?" tanya Lily pada Geri.
"Samain aja sama yang punya kalian, " balas Geri sambil tersenyum. Hati Adisty sedikit tergores oleh ucapan Raihan, ia tidak tau apa salah ia kenapa Raihan harus semarah itu padanya, dulu ia sering di bentak Raihan namun rasanya tak pernah sesakit ini.
Saat ini rasanya Adisty ingin kembali ke masa dimana ia tak peduli akan bentakan Raihan, atau bahkan makian Raihan terhadap nya.
"Dis, lu kenapa? kok malah ngelamun, katanya gak papa, " ucap Geri yang berhasil mebuyarkan lamunan Adisty tentang Raihan.
"Gak gue lagi pusing aja, " balas Adisty sambil memegang kepala nya.
"Pulang bareng gue aja lagi yah, soalnya kan searah, " ucap Geri yang hanya di balas anggukan oleh Adisty.
Lily datang dengan membawa pesanan Adisty dan juga Geri, itu batagor bi Mimin yang enaknya tidak tertandingi.
"Nih, " Lily menyimpan piring di depan Adisty dan juga Geri, lalu setelah itu mereka memakan batagor nya dengan lahap. Adisty tidak banyak bicara hari ini, ia tengah berpikir apa yang ia lakukan sampai membuat Raihan menjadi seperti dulu lagi. Bel sekolah tandanya masuk pun berbunyi, Geri, Lily dan Adisty pergi ke kelasnya, Geri adalah kelas XII.
Setelah sampai di kelas pikiran Adisty tetap tertuju pada Raihan kenapa ia seperti itu? ia mencoba tidak peduli namun hatinya memaksa otaknya untuk terus memikirkan Raihan. Sementara Raihan pun begitu, namun kalau ia lebih memilih diam di rooftop dengan kedua sahabat nya, ia tidak mau masuk kelas karena menurutnya percuma masuk kelas, pikirannya tetap tidak akan fokus.
Ia menatap kosong ke depan, " Kenapa dia harus ke sini? kenapa gak mati aja sih? " gumam Raihan pelan, ia sangat frustasi saat ini. Namun Max seperti nya mendengar ucapan Raihan, karena pendengaran Max cukup baik untuk mendengar ucapan Raihan sahabat lamanya ini, bahkan jika Raihan bicara dalam hati saja Max bisa tau kadang-kadang.
"Lu gak usah lemah, lu pasti bisa, Adisty wanita yang hebat, " ucap Max, mencoba memberikan penenang pada sahabatnya itu.
"Tapi sekarang gue yang lemah, gue ngaku sekarang gue suka sama Adisty, " pengakuan Raihan, sambil menundukkan kepalanya.
"Gue udah tau kok, makannya lu sebingung ini, kalau gak sekalut ini mana mungkin lu gak suka sama Adisty, " balas Max, sebenarnya ia sudah tau itu sejak lama.
Andra pun juga tau mereka berdua memang sahabat yang peka, jadi mereka akan tau kalau salah satunya jatuh cinta pada orang lain. Atau punya banyak pikiran dan masalah dalam hidupnya.
"Terus gue harus gimana sekarang? " Raihan tidak bisa berpikir jernih ia tidak pernah sekhawatir ini, ia takut kejadian dulu terulang kembali. Rasanya luka yang dulu pun belum terobati, kenapa harus muncul luka yang baru.
"Saran gue lu jauhin dulu Adisty, sampai lu tau hubungan Adisty sama Geri akan sejauh mana? Nah setelah itu lu baru deketin lagi Adisty, gue yakin Adisty juga suka sama luh. Di waktu lu datang lagi dia juga akan nerima lu kembali, apalagi kalau lu jelasin alasannya kenapa lu berubah, " jelas Max, yang di ikuti anggukan Andra.
"Tapi gue gak tega buat marahin nya, " ucap Raihan, tadi saja sebenarnya ia merasakan sakit saat berbicara itu pada Adisty.
"Ya lu harus bisa, kalau lu mau berhasil, lu harus rebut kembali Adisty dari Geri, " ucap Andra.
"Gue cuman gak mau Adisty di apa-apain oleh mereka, " timpa Max.
"Ya udah gue turutin saran lu, selama satu minggu yah, gue gak bakalan deketin Adisty, " setuju Raihan.
Max, dan Andra pun tersenyum baru kali ini Raihan menuruti permintaan mereka berdua, pasalnya kalau lagi kayak gini dia selalu sok bisa dan tidak mau menerima pendapat dari siapapun.
"Ke bawah yuk, " ajak Raihan.
Max dan Andra berdiri lalu berjalan berdampingan bersama Raihan, untuk turun menuju ke lantai bawah. Setelah ke bawah bukannya pergi ke kelas mereka malah pergi ke kantin, Raihan seperti nya lapar karena tadi ia tidak sempat makan karena kedatangan Adisty. Andra memesankan makanan untuk Raihan saja pasalnya mereka tadi sudah makan, hanya Raihan yang belum makan.
"Nih, " ucap Max sambil menaruh piring dan juga jus melon di depan Raihan.
"Makasih, " ucap Raihan sambil tersenyum dan langsung melahap makanannya itu.
Namun tiba-tiba Geri datang dan duduk di samping Raihan, membuat mereka langsung menatap tajam ke arah Geri.
"Kalem dong natap nya, jangan kayak orang benci aja, yang harusnya benci kan saya pada kalian bukannya malah sebaliknya, " ucap Geri di barengi seringaian nya.
"Ngapain lu ke sini?" tanya Andra sinis pada Geri sambil menatap tidak suka pada Geri.
"Tenang aja gue gak bakalan ngapa-ngapain kalian kok, cuman mau bilang permainan baru akan segera kita mulai, " balasnya sambil tertawa meremehkan.
"Kau pikir kau akan menang kembali? ku ingatkan kemarin kau hanya memiliki keberuntungan saja, makannya kau menang dalam permainan itu, tapi ku pastian permainan yang sekarang akan lebih seru dan aku pastikan tak akan ada lagi keberuntungan, " ucap Geri sambil menepuk pundak Raihan.
Tanpa mereka sadari sepasang mata tengah menatap selidik pada mereka, ia ingin mendengar percakapan mereka namun ia tidak bisa mendekat karena kalau ia mendekat ia akan ketahuan. Gadis itu kembali ke kelasnya, barusan ia tidak sengaja melihat mereka saat ia pergi ke kamar mandi.
Gadis itu kembali mendudukkan bokongnya di kursi miliknya, wajahnya nampak sangat kebingungan. Ia melihat saat Raihan bertemu Geri pertama kali saat bersamanya mereka terlihat tidak saling mengenal, namun kenapa barusan mereka terlihat sangat akrab ia ingin tau tapi pastinya ia tidak mau bicara pada Raihan saat ini.
Raihan seperti sedang datang bulan saja hari ini, sangat emosional membuat Adisty malas berurusan dengannya.
"Dis jangan ngelamun mulu, nanti kesambet tau rasa lu, " Lily mengagetkan Adisty, namun seperti nya Adisty tidak kaget ia hanya menatap dingin Lily.
"Gak mungkin kesambet kan setannya elu, " balas Adisty sambil kembali menghadap ke arah depan.
"Dasar bege, masa gue di kira setan, terus selama ini lu sahabatan sama setan dong, " ucap Lily sambil tertawa miris.
"Hey kalian kenapa? ada masalah? " tanya guru yang tengah mengajar di kelas itu, seperti nya Lily terlalu keras bicaranya.
"Ah tidak bu, " bantah Lily sambil kembali fokus dan mendengarkan materi yang di sampaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments