Di luar Bi Santi masih terus menyeret putrinya pulang.
Iya benar, si Monik itu.
Bagaikan tengah mendorong seonggok batu besar, tubuh Monik kaku tak ingin sedikitpun beranjak dari tempat tinggal Kinara. Kakinya seolah membatu tidak mau berjalan sama sekali.
"Mas tampan ... mas tampan ku," Gumamnya terus tanpa henti, seperti orang gila.
Itu lah Monik, wanita 29 tahun yang memang selalu genit pada para pria. Apa lagi pria selevel Tara. Sudah ditebak sih dia akan seperti itu. Seperti orang kerasukan, sehingga membuat Kinara berusaha keras untuk menjauhkan Tara dari wanita yang mungkin akan menjadi pengganggu antara dirinya dan suami.
Kini manusia plankton itu sudah pergi, bersama sang ibunya yang bagaikan wanita gurita. kenapa di sebut seperti itu? sebab Dia gemar sekali menghisap apapun yang di miliki Kinara. bahkan kalau bisa, hingga gadis itu hancur lantas pergi dari rumahnya.
"Haaaaahhh." Kinara menghela nafas merasa lega, manakala mereka sudah meninggalkan pelataran rumahnya.
"Su–sudah pergi, kan? Bi–bisakah kini kau melepaskan, saya?" tanya Tara.
Gadis itu tercekat, sorotan netra indahnya bergerak pelan keatas. Melirik pada pria yang nampak amat canggung, memaksa senyum dengan sangat kakunya.
"Kyaaaaaaaa....!" reflek Kinara langsung melepaskan. "Ma–maaf... maaf ya, mas?"
"Hemmm." Hanya menjawab dengan itu, lalu berjalan seperti robot masuk ke dalam kamarnya.
Braaaaaaaakkkk..... pintu itu tertutup.
"Ya ampun! Kenapa bisa aku mengungkung tubuhnya?" Kinara menyentuh kedua pipinya seperti karakter Kevin di film home alone, hehehe.
"Tangan nackal ... tangan nackaaaaal iiiisssshhh." Ia memukuli kedua punggung tangannya sendiri secara berkali-kali. "ya ampun ... mas Tara sampai se-takut itu. Astaga Kinara, apa yang kau lakukan? Dia bisa menganggap mu buruk," lalu memukul kepalanya sendiri pelan.
Sebegitu merasa malu dan tidak enaknya, Gadis itu. Bahkan jika bisa ia ingin berlari kencang, bersembunyi di dalam goa, lantas berhibernasi hingga ratusan tahun lamanya.
Kinara memutuskan bejalan menuju dapur, ia sempatkan menoleh ke pintu kamar Tara yang masih tertutup. Lalu menghela nafas lesu, dan kembali menyeret kakinya.
Di sisi lain...
Tara sudah berada di atas ranjangnya, merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang, bengong, menghadap langit-langit kamar. Ia masih tidak percaya gadis itu tadi berada sangat dekat dengannya.
"Sangat manis..." gumamnya, kemudian. Jangan di tanya, apa maksudnya? karena semua itu masih jadi rahasia isi hati pak Bos Dewantara itu sendiri hehehe
seluas senyum tersungging di bibirnya yang tipis, sangat halus namun penuh arti.
Entah apa yang tengah ada dalam benaknya saat ini. Yang pasti seperti sebuah suntikan semangat lebih dalam dirinya. Pria itu meraih ponselnya ketika mendengar suara dering di telpon genggamnya.
Ia menerima telfon dari seberang. Sang sekertaris bilang ia sudah menunggunya. membawanya bergegas bangun dan bersiap. Lalu berjalan ke luar, sempat ia berpapasan dengan Kinara yang sedikit terkejut saat melihatnya sudah rapi.
"Ma–mas sudah siap, mau berangkat?"
"Iya Kinar. Saya harus bekerja."
"Tapi mas belum sarapan loh. Kita sarapan dulu yuk." ajaknya.
Senyum manis Kinara membuat Tara luluh, dan lebih memilih untuk sarapan dulu. Lebih-lebih aroma makanan yang mampu menggugah selera.
Tidak peduli dengan Ivan yang akan merasa lebih khawatir lagi. Padahal tadi Dia meminta Tuannya untuk pulang, dan sarapan di rumah.
Namun sepertinya masakan Kinara lebih membuatnya tergoda. Sehingga tidak peduli lagi dengan hidangan mewah di rumah besar.
Netra kebiruan itu tertuju pada dua piring di atas meja. Berisikan Nasi goreng dengan telur mata sapi, dan beberapa potong timun di atasnya.
Walau wujud nasi goreng itu tidak coklat, sebab Kinar tidak menggunakan kecap manis. penampakannya tetap tak membuat Tara hilang selera.
Pria itu langsung duduk di kursi kayu.
Iya benar, hanya kursi kayu biasa yang sama sekali tidak empuk. Berbeda dengan kursi meja makan di rumahnya.
Kinara menuangkan air putih kedalam gelas lalu memberikannya pada sang suami. Sebagaimana baktinya seorang istri, dalam hal melayani kebutuhan suaminya. Itu yang sedang di terapkan.
"Terimakasih...." kaku ia mengucapkannya. Sepertinya, Tara semakin hari malah justru semakin merasakan gugup ketika berada di dekat Kinara. Terlihat dari perubahan ekspresi yang sudah tak sesantai di awal.
"Maaf ya mas, hanya nasi goreng."
"Tidak apa-apa Kinar," jawabnya.
Nasi goreng, apa aku tidak akan eneg ya, makan ini di pagi hari? (Tara)
Dia yang biasa sarapan dengan roti lapis untuk memulai paginya, atau bubur gandum yang di buat langsung oleh koki pribadinya di rumah merasa khawatir.
Namun ia tetap memakannya. Pria itu menyendokkan nasinya seujung sendok, dan dengan ragu memasukkanya ke dalam mulut.
*Heran sekali, aku itu tipe pemilih dalam hal makanan, namun disini aku selalu menikmati makanan buatannya.
Apa gadis ini pernah mengikuti pelatihan masak khusus, atau Dianya yang memang pandai masak. Aku bahkan sampai menyukai hampir semua masakan yang ia hidangkan*.
Nampak dari caranya menikmati hidangan sederhana tersebut, serta senyum tipis yang sesekali ia tunjukkan sembari terus melahap nasi goreng buatan Kinar. Pria itu nampak tenang dengan makanan di piringnya.
Ya, semenjak tinggal di rumah Kinara, sepertinya Dia akan sering makan sembarangan tanpa pengawasan Ahli gizinya. Namum tidak masalah, selagi masih bisa di terima mulutnya.
ya ampun imutnya pria ini, aku seperti tengah memberi makan seekor kucing Persia. Utututu, gemas ... gemaaaaaas –Pikir Kinara.
gadis itu bukannya makan malah asik memandangi pria di hadapannya sembari bertopang dagu.
Bahkan jika di izinkan dia ingin sekali tuh menarik pipinya yang putih dan halus itu.
Rasanya sangat heran. Kok ada, ya? Pria biasa yang memiliki kulit sehalus itu.
Sungguh kinara masih sedikit tidak percaya sebenarnya dengan apa yang di katakan Tara tentang dirinya yang seorang supir taksi online.
Aaaahhhh benar, ID card.
Dia belum pernah melihat Tara mengalungkan ID card miliknya di leher.
Keraguan semakin muncul, benar tidak sih dia itu bekerja di salah satu PT OJek Persero itu? Bahkan jaketnya saja tidak pernah nampak.
Tunggu?
Pandangannya tertuju pada ponsel yang ada di dekat lengannya tergeletak begitu saja di sana.
what! Ponsel Itu kan? ponsel itu, keluaran terbaru! sangat baru malah, atau mungkin limited edition. Dia punya ponsel itu? Ponsel yang baru ku lihat beberapa bulan yang lalu di internet karena baru di luncurkan. Yang mungkin hanya sekelas sultan Dubai yang mampu membelinya.
Batin Kinar bahkan dagunya saja sampai terjatuh.
Mata indah Tara melirik pelan ke atas. Menyadari kalau gadis itu sedari tadi tidak memakan nasinya.
"Kau tidak makan?" tanya Tara, bingung sementara nasi di piringnya sudah hampir habis.
"Haaaa?" Cengok dia kepergok tengah membuka mulutnya lebar-lebar. Perlahan ia tekan dagunya kembali agar menutup.
"Ada apa?" tanya Tara bingung.
"I–itu .... maaf apa aku boleh bertanya?"
"Boleh," jawabnya sembari tersenyum.
Pria ini gemar sekali tersenyum ya? Apa authornya yang tak memiliki kosa kata lain selain tersenyum dan senyum? Hehehe analisa yang tepat.
"Anu– aku salah fokus dengan ponsel mu mas. Sepertinya ponsel mu bukan ponsel yang murah."
Deg...!
Tara baru menyadari hal itu. Dia kini tengah berusaha keras untuk mencari alasan kuat, agar Kinara percaya.
"Ini– ini tuh, sebenarnya bukan ponsel saya," jawabnya asal.
"Kalo bukan ponsel mas, kenapa ada di mas Tara?"
aduh, bagaimana ya menjelaskannya, agar Kinar tak curiga. Lagi pula kenapa ponsel ini tak ku masukan ke kantong celana sih? batin Leon. sementara Kinara hanya mengangkat satu alisnya menunggu jawaban dari sang suami.
"Ke–kemarin, bos saya sempat minta di antar. Nah, karena ponsel saya yang asli diletakkan dalam dashboard tengah. sementara itu pak bos yang duduk di samping, tuh? baru saja menelfon seseorang. Lalu– lalu ... beliau meletakkan ponselnya juga di sana. Ehhh ketuker deh." Sangat tidak kreatif alasan mu Tara.
Namun di lihat dari ekspresi Kinara sepertinya dia percaya, atau terpaksa percaya ya?
Yang pasti gadis itu hanya diam saja dan manggut-manggut. Mungkin jika di artikan Kinara tengah bergumam. Iyakan saja lah, walaupun jawabnya seperti kereta berderet tak jelas. hehehe...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rita susilawati
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-10
1
sahanya😍
kucing persia ga tuh,,, kinar kinar lakinya d samain sm kucing aya2 wae
2023-06-26
1
juan
kucing tara namanya🤣
2023-04-15
0