Aku bermimpi...
mimpi yang selalu datang, berulang. sangatlah indah. Itulah yang membuatku selalu tak ingin terjaga. Selama ini aku dikenal sebagai putri malang yang sebatang kara.
selalu menangis sesenggukan di bawah pohon rimbun yang gelap ini... sendirian.
Lantas, seberkas cahaya datang dan berubah menjadi pangeran berkuda putih yang amat gagah... Tersenyum sembari mengulurkan tangannya kepadaku.
Wajahnya yang selama ini buram, tak terlihat. Sekarang, aku bisa melihatnya dengan jelas... Dia Mas Tara.
🌸
🌸
🌸
Pagi yang yang cerah, beraromakan tanah basah setelah di guyur hujan tadi malam. tetesan air dari ujung dedaunan yang masih basah, menimbulkan suara berdencik ketika menyentuh genting seng di rumah-rumah warga.
Ayam-ayam mulai berkokok menandai hari baru telah tiba. Sudah waktunya para penduduk bumi bangkit dari peraduan mereka. Melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Sejuknya udara pagi membangunkan Kinara yang sedikit menggigil akibat kipas angin yang masih menyala.
Kinar merenggangkan tubuhnya sejenak. Lalu segera beranjak lah dia, mematikan kipas angin di atas meja, setelah itu berjalan keluar.
Pintu kamar terbuka, hal yang pertama ia lihat adalah Mas Tara. Pria tampan yang masih tertidur di atas sofa usang nya.
Apa yang ia lihat pagi ini seolah menggarisbawahi, bahwa yang terjadi tadi malam bukan lah mimpi. Dia memang sudah memiliki suami.
Ya... suami yang bukan tampan lagi, tapi amat tampan. Seperti sebuah musibah bercampur rezeki. Ia bisa menikah dengan pria sempurna seperti itu. Tutur kata yang lembut, kulit putih bersih, tubuh tinggi.
Ah... Intinya bagaikan kentang dengan lobak, jika dirinya disandingkan dengan Tara. Pikirnya.
Dan satu lagi, tipe pria yang bisa di pegang janjinya. Lihat saja... pria itu sama sekali tak menginjakkan kakinya masuk ke dalam kamar Kinar, seperti janjinya semalam. Padahal mereka sudah sah.
Atau mungkin Dia memang tidak tertarik dengan ku yang kentang ini? –semangatnya sedikit meredup.
Sabar ya Kinara. Cinta itu tidak datang dengan cepat, termaksud dirimu yang belum ada getaran sama sekali, 'kan?
Kalian itu masih sekedar saling kagum, karena tampang masing-masing. Mungkin... hehehe.
Kinar membenahi selimut Tara. Kerena sedikit terbuang dari tubuhnya, menyelimuti lagi hingga sebatas leher pria tersebut.
Tubuh Tara sedikit bergerak, membuat Kinara tersenyum.
manis sekali pria ini jika tengah tidur? gumamnya dalam hati. Gadis itu kembali beranjak dari posisi setengah membungkuk tadi. Lalu berjalan ke ruangan belakang, guna membasuh tubuhnya.
–––
Sudah hal biasa, gadis itu akan berbelanja pagi lebih dulu. Untuk masak hidangan sarapannya sendiri. Atau hanya sebatas membeli sarapan yang sudah matang.
Namun akan berbeda dengan sekarang. karena Kali ini, dia sudah memiliki suami? sudah pasti dia akan memasak makanan yang lebih spesial untuk Tara.
Masak apa ya kiranya? Dia suka makanan yang seperti apa? Dia suka pedas tidak ya? –Sepanjang jalan Kinar terus berfikir, dengan semangat yang membara. Tanpa sadar jika banyak pasang mata yang mengamatinya, berbisik-bisik juga.
Langkahnya terus terayun, melewati satu persatu rumah.
"Haloooooowwww.... pengantin baru, ehhhh? pengantin mesum. Hahahaha."
Seorang wanita yang tengah berdiri sembari melipat kedua tangannya di depan dada berseru.
Kinara menghela nafas malas, ketika mendengar suara wanita yang paling ia hindari.
Gadis itu memutuskan untuk melanjutkan langkahnya, tidak peduli.
"Heiii sombongnya... yang sudah punya suami. Ckckck– semalam puas dong ya? Ketahuan mesum. Eh? langsung di nikahi. Lanjut rondenya dong..." tergelak lagi.
Kinara menoleh. Lalu melebarkan senyum keterpaksaan.
"Kok tahu sih, aku habis main beronde dengan suami ku tadi malam? Ya ampun... kau mengintip ya, Monik?"
Monik menarik senyumnya. "Cih! sudi sekali aku mengintip pasangan mesum seperti mu."
"Ohooooo, habis kau seperti nya paham sekali sih.... hei kau tahu tidak? suami ku itu sangat baik hati, tampan pula. Aku yakin saat kau melihatnya pasti akan langsung pingsan." Terkekeh.
"Hei Kinara!!! Pria seperti apa sih suami mu itu? Sudah pasti pria hidung belang yang biasa mampir di warung mu kan? Aku yakin, selama ini tidak hanya satu pria yang biasa kau layani. Namun sayangnya pria yang menikahi mu semalam tengah tidak beruntung ya. Karena di grebek hahaha... kasihan sekali. Dengar ya, kalau aku jadi dirimu jangankan untuk berbangga diri. Keluar saja aku akan malu. Tapi, ya... Aku paham. Kau kan memang wanita murahan yang tidak punya urat malu."
Kinara mengepalkan satu tangannya, geram pada wanita yang masih terus mencibirnya sembari tertawa.
Namun bibirnya masih tersungging. Ia tak ingin Monik melihatnya kesal, saat ini. Karena itu akan semakin membuatnya puas.
"Kau memperhatikan sekali diri ku ya Monik, jadi terharu deh."
"Gadis murahan seperti mu memang sering menjadi trending topik para ibu-ibu saat bergosip. Siapa yang tidak tahu kebusukkan mu itu, yang membuka jasa plus plus berkedok jualan kopi dan mie instan rebus. Ya ampun... Ya ampun. Tapi sepertinya kali ini kau tidak bisa lagi menjajakan tubuh mu itu. Hahahaha."
Ingin sekali ku robek mulutnya itu, Astaga! Kinara menghela nafas. Berusaha untuk lebih bersabar lagi. Karena bukan Monik namanya jika mulutnya tidak rombeng.
"Ckckck... Aku kasian padamu. Kau pasti saat ini sedang menyembunyikan tangismu itu dengan tawa cibiran mu ini, 'kan? Setelah batal nikah."
"Apa katamu?"
"Yaaa... Kau mungkin merasa iri saat ini, karena aku yang tidak perlu gembor-gembor dulu. Malah sudah nikah duluan. Tidak ku sangka menikah itu nikmat juga loh Monik. Kau pasti menyesal sekali karena tak jadi menikah ya."
"Cih! bangga gitu menikah karena mesum? Menjijikkan!"
"Bangga tidak ya? Habis suami ku tampan dan menggemaskan sih. Oh iya, perawan tua? Maaf ya aku tidak bisa berlama-lama meladeni mulut rusak mu itu, sudah kangen suami soalnya, dan lagi suami ku tersayang pasti sudah lapar. Aku pulang dulu ya, mau masak buat suami, daaaaaaaahhh." Langsung saja Kinar kabur. Karena ia tidak ingin urusannya dengan mahluk penggila gosip itu semakin panjang.
"Cih, dasar wanita murahan yang kotor!" Monik menghentakkan kakinya lalu masuk ke dalam rumah dengan perasan jengkel.
Ya... Monik itu sebenarnya masih ada sedikit hubungan saudara dengannya. Karena ibunya masih satu kerabat dengan mendiang ayah kinar.
Namun semenjak ayahnya wafat, Keluarganya seolah menjauh, bahkan seperti takut di dekati Kinara karena beranggapan gadis Yatim piyatu itu akan menyusahkan keluarga mereka.
Kinara sendiri sudah di tinggal ibunya saat dirinya masih berusia dua tahun karena sakit.
Lalu sang ayah menyusul saat dirinya duduk di bangku sekolah menengah Atas.
Kinara berjualan kopi itu juga menggantikan mendiang ayahnya yang memang dulunya seorang pedagang kopi di warung milik mereka.
Memang benar. Selama ini pandangan buruk mengenai dirinya memang sudah menjadi hal biasa. Wajar lah, penikmat kopi rata-rata adalah pria proyek. Namun Kinara tak merasa pria-pria pelanggan warungnya itu mengganggu selama ini.
Malah justru mereka asik dengan canda tawanya yang masih masuk batas wajar kesopanan mereka.
Tapi ya... namanya juga hidup bukan?
Seperti apapun sucinya kita dalam berkelakuan, tetap ada saja orang-orang sekitar yang akan menabur noda agar kita terlihat cacat. Dan akhirnya menjadi santapan hujatan untuk mereka-mereka yang haus akan berita gosip.
–––
Selesai berbelanja kini gadis itu sudah sampai di rumahnya. Sedikit bingung, ketika melihat sofa itu telah kosong. Pria yang tidur disana kemana?
Kinara berjalan masuk memburu setiap ruangan mencari sosok mas Tara.
Di hampirinya sebuah bilik kamar mandi dan mengetuknya pelan. Namun pintu itu malah justru terbuka, dia tidak ada.
"Mas Tara—" memanggil. Berusaha mencari suaminya, berjalan cepat kembali ke ruangan depan.
Langkahnya terhenti, saat mendapati sosok Tara sudah berdiri di depan pintu sembari tersenyum ramah.
"Mas Tara dari mana? Aku pikir mas Tara pergi."
"Saya tidak kemana-mana Kinar, hanya keluar mengambil ponsel dan dompet yang tertinggal di mobil," jawabnya. Sekilas Kinar menghembuskan nafas merasa lega. "Kau sendiri dari mana? Saya tadi mencari mu, loh." Sambungnya.
"Aku habis belanja dan baru mau masak ini mas," jawab Kinar, semangat.
Tara tersenyum, dia mengusap kepalanya. "Jujur, saya ingin sekali makan masakan mu Kinar. Namun, Saya harus pergi sekarang juga."
"Pergi, Pergi kemana?"
"Meet?" Terhenti sejenak. "Maksudnya cari orderan," jawabnya kemudian, sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Apa tidak bisa ya? Mas Tara menunggu dulu? Mas kan harus sarapan."
"Inginnya begitu. Tapi saya harus kembali dulu ke rum, maksudnya kontrakan tempat saya tinggal, mengganti pakaian lalu berangkat."
Sedikit murung Kinara karena pria di hadapannya itu harus buru-buru akan pergi. Ada sedikit ketakutan juga jika pria yang sudah menjadi suaminya itu tidak akan kembali lagi ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Syah Rahil
asyik
2024-10-26
0
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
🤦 hadeeeh.... Monik bakalan pingsan auto senam jantung 😱 klo tau mas Tara, CEO Presdir suhuu and cool fiks no debat pake bangeet.... 🤗😍
2024-05-26
2
Marhaban ya Nur17
maksudnya meet,,, ing y thor ? wkwkkw
2024-01-04
1