"Hei, kok malah mukul saya sih?" Leon terkejut.
"Semua gara-gara mas Tara tahu."
"Kok saya? Kamu yang tidak bisa main."
"Iya tapi mas Tara ngejek terus."
"Ngejek apa? Aku diam saja dari tadi kok." Mengusap-usap lengannya. 'sakit gilaaaa!'
"Ya tapi mas menertawakan ku."
"Memang ada aturannya gitu saya nggak boleh tertawa?"
"Iya lah, itu namanya mengejek kalo Kinar tidak bisa main."
"tapi memang nyata kan?"
"Hiisssssshhh." Kinar hendak memukul lagi namun Leon menghindar dari Kinara.
"Okay... okay... Coba sini mana koinnya, biar saya yang main."
"Sok! Kaya bisa aja."
"Bisa lah, sini mana koinnya." Leon menengadah.
Sembari bersungut, Kinar menyerahkannya pada Leon. "Harus dapat loh ya."
"Iya." Jawab Leon sembari memasukan koin itu ke lubangnya.
"Kalo dapat? Saya di kasih apa?" Tanya Leon.
"Apa aja sudah cepat gerakan konsolnya." Jawabnya asal.
"Saya Kunci! Apa saja loh ya." Ucap Leon,
'lah... Kok aku jadi menyesal ngomong apa saja ini?' Batin Kinara.
Mesin capit mulai membidik ke sebuah boneka. Leon mengukurnya melihat-lihat sejenak. Lalu menekan tombolnya. Taaaaaaapp.
Alat capit mulai turun. Keduanya mulai fokus. "Kena...kena..." Gumam keduanya bersamaan.
Daaaaaannn?? Boneka pun terangkat, terlihat rona bahagia di wajah keduanya, hingga alat capit itu mulai berjalan dan boneka itu masuk ke dalam lubangnya.
"Kyaaaaaaaaa ahhahahahaha...." Teriak keduanya, mereka pun menautkan jari-jari kedua tangan mereka lalu melompat-lompat bersama saking girangnya.
Ivan yang masih ada di sana menepuk keningnya. "Tuan, kenapa anda melakukan hal konyol itu sih? Jika di lihat kolega Anda, itu pasti memalukan sekali." Ivan frustasi.
Di sana kinara pun meraih bonekanya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Sembari melompat-lompat "yeaaaaaaayyyyyy."
"Berkat mas Tara itu." Membusungkan dadanya merasa bangga, dengan satu tangan menepuk-nepuk pelan.
"Cih." Mendengus tapi setelahnya tersenyum.
"Tinggal hadiahnya loh." Ucap mas Tara.
'seketika aku lupa dengan hadiahnya'
Batin Kinar.
"Mau di kasih sekarang atau di rumah nih?" Tanya mas Tara.
"A...apanya?"
"Hadiahnya lah."
"Mas... liat itu." Mengalihkan, sembari menunjuk ke sebuah gerobak sederhana.
"Apa?"
"Kerang hijau. Aku suka makan itu. Kita beli yuk nanti makan di bawah pohon di sana."
"A...apa?" Leon terkejut.
"Ayo mas...ayoooo." menariknya begitu saja.
Di depan gerobak penjual kerang hijau Leon memandang itu dengan jijik, namun Kinara tetap membelinya. Pria yang sudah sedikit tua itu pun membungkus beberapa di dalam kantong keresek mini. Lalu menyerahkannya pada mereka berdua.
"Ambil itu mas." Titah Kinara.
"Saya?"
"Iya lah, mas Tara yang bawa."
"Kok saya sih?"
"Itu kan hadiahnya."
"Apaaa!" Syok.
"Nggak usah lebay, seperti orang kaya saja." Ucap Kinara.
Perlahan Leon pun meraihnya, memegangi bungkusan kerang itu dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Lalu mengangkatnya sedikit tinggi. 'Astaga makanan apa ini? Menjijikkan sekali.' Batin Leon.
Kinara tersenyum. "Yuk jalan." Ajaknya. Leon menoleh ke arah Ivan sejenak.
Pria itu seperti memberi kode sesuatu pada bosnya. Dengan kedua tangan yang di gerakan-gerakan membentuk tanda silang sembari menggeleng.
'duh sekertaris itu bilang apa sih?'
Leon kembali memalingkan wajahnya.
Ivan pun menggigit dasinya geram.
Padahal maksudnya meminta Leon untuk membuang makanan itu dan jangan memakannya.
"Aaarrrrhhh aku bisa gila ini. Ya ampun Tuan muda ku. Hiks." Rengek Ivan. Lebay kamu Ivan hahaha.
Di bawah pohon yang sedikit rindang. Keduanya duduk bersila.
'Bokong ku gatal jika duduk seperti ini. Sial!!' Leon menggerutu dalam hatinya.
"Ayo makan mas." Kinar menawarkan gadis itu sudah mulai memakannya.
'Astaga dia tidak jijik apa makan itu, di tempat seperti ini lagi'
Runtuk Leon.
"Mas?"
"Kinar, maaf aku tidak bisa makan itu."
"Kenapa? Ini enak sekali loh mas."
'enak apanya melihat itu saja aku mau muntah.' Gumam Leon dalam hati.
"Mas Tara?"
"Maaf Kinar aku tidak?" Haaapp. Mata Leon membulat Selebar mungkin saat Kinar memasukkan daging kerang hijau ke mulutnya.
Sementara itu Ivan semakin kalang kabut. "wa... wanita itu, iiiisssshhh akan ku potong tangannya nanti." Runtuk Ivan.
Kita kembali pada pak bos yang masih mematung.
"Kunyah mas." Titah Kinara. Leon menggeleng.
"Iissssshh itu enak mas Tara." Ucap Kinar. Pria itu pun beranjak. Lalu berlari kecil.
"Mas, mau kemana?" Seru Kinar.
"Toilet—" jawabnya sembari terus berlari. Menoleh ke kiri dan kanan sejenak lalu memutuskan untuk belok kanan.
***
Di dalam toilet umum.
"Hoeeeeeeekkkk.... Hoeeeeeeekkkk..." Leon memuntahkan isi perutnya. Sedangkan Sekertaris Ivan tengah mengusap punggung Leonard.
"Tuan, sudah Tuan, sudah hentikan sandiwara ini. Jangan lakukan lagi saya mohon." Menyodorkan tissue ke pada Leonard dengan sopan.
"Mengerikan." Gumamnya lemas.
"Maka dari itu mending sudahi ya Tuan, tolong sudahi saja. Tinggalkan wanita itu." Ucap Ivan, Leon pun menoleh cepat.
"Apa kau bilang? Tinggal kan dia?"
"I...iya itu lebih? Aaaaarrrgghhh." Ivan mengerang saat Leon menendang kaki Ivan di bagian tulang kering.
"Enak saja bicara seperti itu."
"Tapi saya hanya menyarankan Tuan, saya tidak bisa melihat Anda seperti ini."
"Cih... Memangnya saya kenapa? Sampai harus di kasihani?"
"Saya melihat anda tersiksa sekali Tuan."
"Jangan asal menilai. Saya tidak ke siksa tuh."
"Tidak tersiksa bagaimana, gadis itu membawa pengaruh buruk untuk anda Tuan. Aaaarrrhhhh." Mengerang lagi gara-gara tendangan di kaki satunya.
"Katakan itu lagi ayo." Leon berkacak pinggang.
"Ma...maaf Tuan, maafkan saya."
Leon geleng-geleng kepala dia pun keluar. Dan saat membuka pintu toilet, dia terkejut saat ada Kinara di depan, Leon lantas masuk lagi menahan Ivan untuk tidak keluar dulu, karena ada Kinar di sana.
Setelahnya barulah dia keluar.
"Kinar?" Panggil Leon.
"Mas? Kau baik-baik saja kan?" Tanya Kinara terlihat cemas.
"Aku baik kok."
"Maaf ya mas."
"Ma...maaf? Untuk apa?"
"Maaf karena Kinar sudah memaksa mas Tara makan kerang." Tutur Kinara sembari memegangi kedua lengan Leonard.
"A..aku tidak apa-apa kok."
"Beneran mas. Aku khawatir loh ini."
Degg degg. "Khawatir?"
"Iya lah, mas tiba-tiba lari mencari toilet. Aku kan takut soalnya baru inget, tidak semua orang bisa makan seafood kan?"
Leon tersenyum. Merasa senang gadis ini sangat lah perhatian. Leon mengusap-usap kepala Kinara.
"Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku."
Kinara tertegun sejenak lalu membalas senyumnya... Ia lantas melingkari lengan Leon "kita jalan lagi ya." Ajak Kinara. Leon pun mengangguk mengiyakan.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Putra Gading
😭😭😭😭😭weyyy ngakak
2024-12-27
0
iman shopee
manalah kinar tau kalo si tara itu CEO
2024-01-12
1
Tika Rosmayanti
CEO suruh makan makanan jalanan ya ongkek lahh Kinara 2
2023-10-02
1