Kini mereka sudah tiba di rumah sederhana Kinar.
Terlihat Kinar masih memaksakan dirinya untuk bertingkah biasa saja.
Berbeda dengan Leon yang terlihat seperti kecewa kepadanya, ia pun berjalan lebih dulu menuju kamarnya guna mengambil handuknya, sesaat ia merasakan tidak enak badan, sebenarnya sudah terasa sejak hendak pulang tadi namun ia menahannya.
Di dalam kamar itu Leon sedikit oleng, kepalanya tiba-tiba pening, dengan pandangan sedikit kabur.
Bruuukkk Leon jatuh dengan posisi duduk, sembari memegangi kepalanya.
Kinara yang mendengar suara seperti sesuatu yang jatuh pun menghampiri dengan cepat. Matanya seketika melebar, "mas Tara—" seru Kinar, gadis itu sudah tergopoh-gopoh berlari menghampiri Leon lalu berjongkok di hadapan Tara yang terlihat lemas.
Leon menaikan kepalanya menatap ke arah wanita yang sudah terlihat panik, perlahan demi perlahan pandangannya mulai kabur dan ia pun tumbang di ketubuh Kinar, yang dengan cepat menangkapnya.
"Mas Tara, mas!" Menepuk-nepuk pelan pipi Leon, ia semakin panik karena Leon sudah tidak sadarkan diri di pelukannya saat ini.
Dengan susah payah dia mengangkat tubuhnya naik ke atas ranjang, karena posisi mereka sudah sangat dekat dengan ranjang.
Kinar merebahkan kepala Leon di atas bantalnya, lalu kedua kaki Leon, tidak lupa juga ia melepaskan kaos kaki yang masih di gunakan Leon tadi.
"Ya ampun, bagaimana ini? Dia pingsan." Menyentuh kening Leonard. "Panas, haduh sejak kapan dia demam?" Sedikit ragu ia mulai membuka kancing baju suami siri nya. Lalu melonggarkan gespernya.
Setelah itu ia beranjak meraih wadah dan air hangat di dapur dan kembali ke kamar Leon guna mengompres tubuhnya itu.
Ia juga meraih minyak angin yang sudah ia buka penutupnya lalu mendekatkannya ke hidung Leon, sebuah rintihan kecil pun keluar dari bibir Leon,
Membuat Kinara tersenyum lega.
"Mas, mas Tara sudah siuman?" Semakin lega rasanya karena Leon siuman dengan cepat. Ia pun mengusap keringat yang bercucuran di wajah Leon dengan tangannya.
"Kenapa tiba-tiba kau sakit mas? Pasti gara-gara kelelahan ya?" Menatap dengan sedih wajah pria yang masih terpejam dan sedikit merintis itu.
"Mas Tara, kasihan sekali diri mu. Aku jadi merasa bersalah sudah mengajak mu jalan-jalan seharian ini." Tertunduk. Ia pun kembali membasahi handuk kecil itu dan meletakkan kembali di kening Leon.
Lalu membenarkan selimut itu dan beranjak, yang saat itu di tahan oleh tangan Leon.
"Mau kemana?" Gumamnya sangat lirih dengan mata masih terpejam.
"Mas Tara harus istirahat kan? Aku akan keluar sebentar."
"Apa kau tidak bisa disini saja? Walau aku sedang sakit?" Tanya Leon tiba-tiba. Kinar mengerutkan keningnya.
"Apa mas sedang ingin ku temani?" Tanya Kinara. Sementara Leon hanya diam saja, tangannya masih menggenggam erat pergelangan tangan Kinar.
"Di sini saja." Jawabnya kemudian dengan mata yang perlahan terbuka. "Dan rawat aku, Karena kau? aku jadi sakit kan?" Tersenyum tipis. Kinar pun membalas senyumnya, namun pandangannya itu masih terlihat sedih.
"Maafkan aku ya mas."
"Untuk apa?"
"Kau jadi sakit seperti ini."
"Hahaha, aku hanya kelelahan. Karena tidak biasa berjalan lama seperti tadi." Ucapnya terdengar lemah.
Kinar kembali tertunduk, semakin merasa bersalah, pandangannya pun tertuju pada tangannya yang masih di pegangi mas Tara.
"Kau tidak marah?" Tanya Leon.
"Marah? Marah kenapa?"
"Soal wanita tadi." Leon kembali membuka soal wanita yang ia lihat tadi terlihat akrab kepadanya. "Dia Viona." Sambungnya.
"Nama yang cantik, secantik orangnya." Tersenyum kecut, 'kenapa kau sebut namanya di depan ku si mas?' batin Kinara yang merasa tersayat kala Leon menyebutkan namanya.
Leon pun masih terdiam, 'gadis ini kenapa tidak bertanya sih? Siapa Viona? Memangnya dia tidak penasaran apa?'
"Kau belum menjawabnya."
"Yang mana?"
"Apa kau tidak marah?" Tanya Leon sekali lagi.
Kinara pun memaksa tertawa. "Ya ampun, tidak lah mas... Aku tidak marah kok."
"Kenapa tidak marah? Dia memeluk ku loh tadi."
'maksud mas Tara apa sih? Apa dia tengah pamer saat ini? Atau dia ingin bilang kalau wanita itu kekasihnya, lalu perlahan-lahan berkata ingin melepas ku? Karena aku bukanlah pemilik dia yang sesungguhnya?' merasa sesak sendiri.
"Mas istirahat saja ya." Mengalihkan, Leon pun mendesah kesal, sembari melepaskan pegangan tangannya.
'dia kecewa ya? Karena aku tidak marah, dan dia jadi tidak bisa meninggalkan ku?' gumam Kinar dalam hati, ia pun masih berusaha tersenyum.
"Aku keluar dulu ya mas."
"Ck!" Leon mengecak tanpa menjawab apapun ia memiringkan tubuhnya membelakangi Kinara yang masih duduk di tepi ranjang itu. Kinar memandang sendu punggung pria itu.
'apa harus aku ya yang mengatakan jika dia bisa pergi dari rumah ku?' batin Kinar. Ia pun beranjak lalu melangkah keluar kamar Leon dan menutupnya.
Kriiieeeettt cklaaaak pintu kamar sudah tertutup sempurna, menandakan Kinara sudah benar-benar di luar,
"Cih! Dia memang tidak ada perasaan terhadap ku rupanya." Gumam Leon kesal sendiri, namun karena kepala yang masih pening membuatnya memutuskan untuk memejamkan mata, dan tertidur.
Sementara gadis itu di luar berjalan pelan menuju ruang tamu, dan duduk sendirian di sana, pandangannya yang kosong mulai mengembun, ia belum siap jika mas Tara pergi dari kehidupannya.
Ia juga belum siap jika dirinya harus hidup sendirian lagi. Air matanya mulai menetes.
"Tidak apa-apa... Tidak apa-apa Kinar, tidak apa-apa." Bergumam lirih sembari terisak, ia menepuk-nepuk dadanya sendiri yang sesak itu.
'Kenapa aku gila sendiri seperti ini? Padahal dari awal kami memang sudah sepakat kan? Hanya menjalani sampai ada keyakinan masing-masing, tapi? Tapi jika mas Tara lah yang ternyata tidak ada keyakinan sama sekali bersama ku? Dan hanya aku yang menyukainya sendiri? Hiks! Apa aku bisa memendam ini? Sementara saat ini saja aku sudah tidak rela dia memiliki cinta dengan wanita selain diri ku?' Kinar masih terisak sembari menutupi mulut dengan kedua tangannya, berusaha agar suara tangisnya tidak keluar, merasakan sakitnya mencinta sendiri.
Di dalam ruang tamu sederhana, dan di temani riuh hujan yang masih turun di luar, Kinara tengah menumpahkan segalanya, guna menyiapkan diri jika benar dia harus melepaskan sang suami sirinya itu, walaupun berat rasanya, namun itu lah yang mungkin harus Kinar lakukan, karena menilik ke pada kenyataan yang ada jika pernikahannya itu adalah suatu kesalahan, dan mas Tara, harus kembali pada sang pemilik yang sesungguhnya, iya gadis anggun bernama Viona itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Tika Rosmayanti
Kasihan yg lagi sakit malah ditinggal sih kirana
2023-10-02
1
Thirza Adja
jadi sedih😔😭😭
2023-09-19
0
Ipah Syarifah
semoga berjodoh yah kin
2023-09-18
0