Di sana Ivan masih setia berdiri mendengarkan kata-kata yang di keluarkan Tuannya.
"Aku menikahinya hanya karena sebuah kesalahfahaman. Belum adanya rasa cinta di antara kami. Bahkan saya dan dia pun tidak tidur satu kamar."
Fakta baru yang di ketahui Ivan, membuatnya yakin jika ada keterpaksaan di dalam pernikahan Tuan Leonard dan Nona Kinara.
"Maaf, Tuan. Apakah Anda nyaman bersama nya? Atau perlukah saya mengurus semua masalah ini, membersihkan nama Anda dan Nona itu?"
"Untuk apa?" Menoleh secara tiba-tiba. membuat Ivan sedikit tertunduk.
"Maaf, maksud saya baik. Agar Tuan dan Nona Kinara bisa terlepas dari jeratan pernikahan terpaksa ini, Tuan."
Tara kembali menatap lurus ke dinding kaca, ia paham tentang kekhawatiran Sekertaris Ivan kepadanya.
"Sempat aku berfikir demikian," gumamnya. "Tapi, aku tidak tega dengannya." Berbicara dengan tatapan kosong. karena pikirannya masih bertaut pada wajah polos Kinar, terlebih-lebih senyum semangatnya.
"Maksud Tuan?"
"Dia sepertinya memiliki masalah. Aku melihat air wajahnya sendu saat aku membahas tentang kerabat. Saya rasa di balik sikapnya yang ceria, Dia itu memiliki luka di dalam hati nya." Membalik badannya dan mendekati Ivan.
"Biar aku menjalaninya dulu. Dan lagi, aku ingin tahu apa dia bisa mencintai ku sebagai mas Tara yang seorang pria biasa. Lagi pula, aku juga senang melihat senyumnya. Selalu membuat ku merasa tenang." Tara tersenyum.
Ku rasa Tuan Leonard sudah menyukai gadis itu, tapi dia tidak menyadarinya?
Ivan tersenyum tipis.
"Haaaaa..." menghela nafas sejenak. "Jadwal selanjutnya?" Tanya dia tiba-tiba, karena baginya sudah cukup membicarakan Kinara dengan Ivan.
"PT. Dewantara Motors. Ada kunjungan beberapa buyer dari Jerman. Jika goals mereka akan order dengan jumlah besar, Tuan."
"Baik, ayo jalan sekarang." Tara berjalan lebih dulu. Ivan pun melangkahkan kaki menyusul di belakang.
melanjutkan schedule lanjutan yang akan dijalani mereka.
***
Semua kegiatan hari itu sudah berakhir. Kini Tara sudah di rumah Kinara. Seperti biasa menikmati makan malam bersama istrinya, dengan menu sederhana namun lezat bagi Dia. Bahkan ia sendiri lupa nikmatnya makanan Chef Dani. Ya! chef pribadinya di rumah.
Kinara menopang dagu dengan kedua tangan, menatap Tara yang tengah lahap menyantap makanan buatannya. Yang merasa diawasi sedari tadi kemudian melirik.
"Kamu tidak makan?" tanyanya sembari menunjukkan ekspresi kebingungan. pun mulutnya masih sibuk mengunyah.
"Emmmm... liat Mas makan saya jadi kenyang." Nyengir. Benar sih... gadis itu sudah mulai menunjukkan rasa sukanya. hanya tinggal Tara itu sendiri,akan peka atau tidak.
"Kamu bisa saja. Buka!" Titahnya kemudian.
"Eh, apanya?" Kinara menutup bagian dadanya dengan kedua tangan.
"Piringnya, Kinar."
Kinara menoleh ke bawah, piringnya masih tertelungkup di atas meja.
Haaaah! Astaga, otak mu Kinara... batinnya gelagapan.
"Hehehe, iya Mas." Cengengesan sembari membalik piringnya sendiri.
Tara mengambil secentong nasi dan meletakkannya di piring Kinar. "Ayo makan yang banyak."
Terkesiama wanita itu dibuatnya. karena baru kali ini ia merasakan di perlakukan istimewa walaupun hanya sekedar mengambilkannya Nasi. Lebih-lebih yang melakukannya setampan Tara.
"Cu... cukup, cukup Mas." Tahannya tergagap. Tara tersenyum lalu kembali mengambil lauk untuk Kinar juga.
'ya Tuhan, bisa mati kaku saya. Kok Dia baik banget sih... Baik! baik banget sumpah! Boleh baper nggak sih? Boleh kan? kan? Huhuhu...'
Curahan hati Kinara yang tengah meronta-ronta. Namun di luar ia hanya bengong melihat kebaikan Tara.
"Mau mas kasih apa lagi ini?" Tanyanya, matanya menatap ceria kearah wanita yang masih bengong di hadapannya.
"Hati mas," jawab Kinar tanpa sadar.
Tara ayo lihatlah kucing betina yang sudah membuka hatinya itu. hihihi... (suara geregetan author.)
"A.. apa?" jawaban Kinar membuatnya mendadak gugup. Dia sedang bercanda atau bagaimana, sih?
"Eh... anu, nggak mas... enggak!" nyengir kuda, merasa malau sendiri. bodoh...! dasar bodoh...!
"Hahaha." Tara tertawa sedikit aneh, melihat Kinara salah tingkah. Wajahnya benar-benar lucu baginya. "Ayo lanjut makannya," ajaknya kemudian.
"I...iya mas."
huaaaaaaa, dia manis banget kalo ketawa, pengen peluk deh jadinya. Kinar meraih sendoknya. Melanjutkan makan malamnya hingga selesai.
Setelah selesai menyantap hidangan lezat itu. Keduanya menghabiskan sisa malam mereka sembari menonton acara TV.
Baru pertama kali Tara melihat iklan di TV langsung. Biasanya ia terlalu sibuk untuk menonton TV, pun ia tidak pernah peduli dengan iklan setiap produk-produknya. Dan kali ini, perdana ia menonton salah satu produk oli motor langsung di sebuah layar kecil televisi tabung milik wanita di sebelahnya. Tara tersenyum.
Sudah di iklankan rupanya... Sedikit ada perasaan geli, ia bisa melihat iklan produknya sendiri di rumah sederhana ini. Mungkinkah ia harus menertawakan dirinya sendiri?
Kinara yang menyadari pria di sebelah senyum-senyum sendiri dengan pandangan terus terarah pada layar televisi lantas bertanya. "Mas senang sekali kelihatannya, saat melihat iklan oli ini?"
"Iya, kan prodak ku," menjawab tanpa sadar.
"Apa!"
"Ehhh... nggak Kinar. Maksudnya aku senang dengan produksi dari Dewantara Motors." Garuk-garuk kepala.
"Begitu ya? Tapi emang perusahaan itu hebat sih. Semua hasil produksinya selalu mampu menembus pasar internasional. Jadi kagum sama pemimpinnya."
Tara tersenyum. "Kamu kagum? memangnya kamu sendiri kenal pemimpinnya?" Tanya Tara.
"Ya nggak lah mas. Pernah liat aja belom," jawabnya jujur.
Dia nggak sadar pemimpin perusahaan itu duduk di sebelahnya, hahaha. (author)
"Habis kamu bilang kagum."
"Hahaha, ya kagum saja Mas. Karena segala kualitas hasil produksinya itu mampu membuat negara kita terangkat namanya."
Tara mengusap kepala Kinar, karena merasa itu adalah sebuah pujian yang membuatnya senang.
Kinara pun tersenyum, karena hal seperti ini yang paling membuatnya bawa perasaan. Benar, usapan lembut di kepalanya dari Tara.
"Oh iya mas, besok jadi jalan-jalan, kan?" Tanya Kinar, karena mengingat janji Leon tadi pagi.
"Iya jadi. Kita mau kemana memangnya?"
"Emmm... sekarang kan ada Jakarta Fair. Aku pengen jalan-jalan kesana. Terus kita jajan gitu, mau kan? Mau ya Mas?" pinta Kinar dengan semangat, Menelukupkan kedua tangannya di depan dada.
"Jakarta Fair, ya?" berfikir sejenak, sementara Kinar berharap Tara akan mengiyakan. "Sepertinya seru. Oke lah."
"Yeaaaaayyy. Makasih ya, Mas." Seru Kinara girang, hingga tanpa sadar ia melingkari leher Tara dengan kedua lengannya.
Tara pun melebarkan kedua matanya merasa terkejut karena Kinara memeluknya secara tiba-tiba.
"I...iya Kinar. Aku, Aku tidak bisa bernafas," ucapnya.
"Kyaaaaaa!" Melepaskannya langsung. "Maaf mas, reflek..."
'gila... Refleknya mengerikan.'
Tara tersenyum kaku sembari memegangi lehernya.
Kinara pun kembali duduk dengan normal. Sembari menggigit jari telunjuknya merasa tidak enak.
'wahai tubuhku... Kau maju lebih dulu ya ternyata. ckckck...!'
Mereka pun kembali menikmati acara televisi tersebut. Jarak duduk mereka ada satu meteran. Karena Tara duduk di ujung kanan sofa, sedangkan Kinar ujung kiri Sofa.
Pria itu pun berdeham lalu sedikit bergeser mendekati Kinara, hanya sedikit ya hehehe.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Putra Gading
malau(malu)
2024-12-26
0
Angraini Devina Devina
jangan baper tor🤦
2024-06-01
1
Dian Gavril
aku suka baca nya ,bikin ketawa sendiri
2024-02-27
0