Mereka pun melanjutkan makan pagi mereka, hingga suapan terakhir masuk kedalam mulut Tara, menengguk air mineralnya lalu beranjak.
"Terimakasih untuk sarapannya Kinar. Saya harus bekerja." Pria itu mengulurkan tangannya.
Saat ini Kinara hanya terpaku memandangi tangan yang ada di depan wajahnya.
Apa dia meminta ku untuk menjabat tangannya?
Masih membisu.
"Kok diam? Tidak mau kah?"
Kinara tersadar, ia pun meraih tangannya, dan hanya sebatas menjabatnya saja.
Tara tersenyum, ia mendekatkan agar Kinara bisa mengecup punggung tangannya.
Cuuuppp...
Entah seperti apa hati keduanya saat ini. Menjalani kehidupan pernikahan yang tak wajar.
Hanya status mereka yang suami istri, namun kehidupan mereka masih seperti masing-masing.
Ya, walaupun Tara tetap memberikannya perhatian, namun itu sangat sedikit. Bahkan seperti perhatian seorang kakak pada adiknya atau mungkin orang asing yang menyewa kamarnya. Intinya seperti itu yang dirasakan saat ini.
Tara mengeluarkan uang dari dalam tas ranselnya.
"Kinara, ini kasihkan ke bibi mu ya," ucapnya sembari mengulurkan uang pada Kinar.
"Tidak– tidak perlu mas. Jangan di kasih lagi. Aku sudah memberikan uang sewanya kemarin."
"Tidak apa-apa. Saya kan suami mu jadi mulai sekarang biar Saya yang membayar uang sewanya, ya."
suami? Kenapa kau malah membuat aku seperti berharap lebih sih mas? Padahal kita hanya bermain rumah-rumahan saja kan?
Membatin, karena memang itu yang ia rasakan.
sepertinya tingkat baper Kinara sudah naik level. Jadi Dia sering kesal sendiri jika pria di hadapannya seperti memberi harapan namun sebenarnya tidak.
"Kau suka sekali melamun, ya?" Terkekeh, pria itu mengusap kepala Kinara. Sedangkan Kinara hanya tersenyum tipis.
"Sebaiknya mas simpan saja, buat kebutuhan mas sendiri."
"Saya ada kok ... jadi tidak perlu kau mengkhawatirkannya." Tersenyum. karena yang perlu di khawatirkan itu justru dirimu Kinar.
"ayo ambil ini..."
pelan ia meraih uang itu, lalu mengucapkan terimakasih dengan lirih. Sedikit ragu-ragu ia ingin menanyakan sesuatu yang sudah tertampung di kepalanya selama beberapa hari ini.
"Oh iya, Mas. Besok Minggu, kan? Apa mas libur?" tanya Kinar.
"Hehehe, biasanya tidak libur. Tapi bisa Saya usahakan untuk libur. Kenapa memangnya? Mau mengajak mas jalan-jalan, ya?" tebaknya.
Kinara tersenyum. "Memang mau?"
"Mau," jawab Tara tanpa berfikir. Kini bibir Kinara tersungging lebih lebar.
"Serius?"
"Iya," jawabnya tegas. Ponsel Tara kembali bergetar.
Ivan ia calling...
"Kinar ... aku berangkat dulu ya. Sampai bertemu nanti." Tara melambaikan tangannya, lantas melenggang keluar tanpa menjawab panggilan telfonnya.
Kinara pun menghela nafas senang. Jika bisa ia ingin melakukan koprol saat ini, namun sudah lah ya... tidak patas juga, hahaha.
ia memilih kembali menjalankan pekerjaan rumahnya sebelum bersiap menuju warung.
***
Di Kantor utama perusahaan Dewantara Group. Tara yang tengah duduk melamun sembari memainkan pena. Mengetuk-ngetuk bagian kepalanya itu dengan alat tulis tersebut.
perasaan bingung yang membuatnya sedikit ada rasa terganggu akhir-akhir ini, tentang apa yang tengah ia jalani. Soalnya seperti masih memutar saja di sana, tidak ada kemajuan sama sekali.
Untuk saat ini, Dia bahkan masih belum menyadari adanya rasa lain dengan sang gadis penjual kopi tersebut. Selain rasa nyaman serta senang ketika melihat wajahnya yang senantiasa ceria itu.
Sebuah rasa ingin mengakhiri pun kerap hadir, tanpa perlu menyanggahnya. Memang terkadang ada kalimat perpisahan yang tertahan di ujung lidahnya saat tengah berbincang dengan gadis itu.
bukan apa-apa. Lebih karena ia takut? akan melukai gadis itu, jika Dia terus-menerus bertingkah selayaknya suami yang baik namun tak memberikan hal wajib yang harus di berikan seorang suami pada istrinya.
Benar perjalan mereka masih sangat panjang, usia pernikahan mereka pun masih berjalan di Minggu yang sama. Sudah jelas cinta itu belum ada antar satu sama lain, bukan?
Namun perasaan yang mengganjal saat ini, adalah jika saja tidak akan pernah ada, rasa lain lagi yang timbul sebagaimana berkembangnya hubungan mereka kedepannya, bukankah itu akan sia-sia?
Tara menghela nafas. Apa mungkin Viona masih memenuhi hatinya?
Tunggu Viona? Benar dia kembali mengingat sang mantan cinta pertamanya.
Wanita itu dulu pergi begitu saja dengan Derry, teman sekaligus kekasih Viona saat ini.
Dulunya mereka bertiga berteman.
Namun Viona tiba-tiba menyatakan perasaan pada Tara. Sehingga keduanya berpacaran selama beberapa tahun, merajut kasih yang tak sebentar memang tidak bisa semudah itu di lupakan.
Bahkan keyakinan Tara dulu adalah menikahi gadis itu, gadis yang selalu membuatnya tertawa, yang selalu membuatnya ceria.
Hingga berujung pada sebuah kenyataan pahit yang ia dapatkan, di hari anniversary mereka yang ke lima tahun.
Dimana Tara hendak melamarnya, sebagai kado anniversary mereka. Namun ia malah mendapati gadisnya tengah berciuman dengan pria yang sangat ia kenal, dan memutuskan hubungan mereka begitu saja.
Terlihat tangan Viona saling bertaut dengan Derry.
Ya, Dia lebih memilih Derry, dan pergi ke Australia berdua.
Baru tahun ini wanita itu kembali ke negara ini, namun dengan gilanya dia meminta merajut cinta yang telah ia hancurkan sendiri.
Tara mengerang. Dia masih saja kesal rasanya jika mengingat itu. Mengingat sebuah pengkhianatan yang benar-benar membuatnya jera untuk bercinta lagi.
.
.
.
## Hai... hai.... perbaikan baru sampai di part ini ya. Mohon maklum, aku masih banyak kesibukan. Jadi akan amat lambat memperbaiki per-babnya...
mohon di maklumi, di bawah masih banyak kesalahan. Entah itu istilah dan sebagainya. aku tetap akan menyempatkan waktu untuk memperbaikinya kok. mudah-mudahan secepatnya sampai ending. 😁 (Picisan Imut, Rabu 9 Maret 2022)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sarti Patimuan
Move on dong Tara
2023-02-24
1
❄️_vioolet_❄️
lahhhhhhh 😑😑😑
2023-01-27
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Kasian Kinara klo smpai di tinggal,,,
Tara jan mau lah balikan sm Viona,, 🙈
2022-12-19
1