Seorang wanita tengah menatap lurus kedepan, sembari melamun dalam kesendiriannya, mengamati buliran hujan yang terus turun, sehingga memunculkan embun di dinding kaca tepat di depannya berdiri.
Sementara layung senja sama sekali tak nampak mencuatkan sinar jingganya, akibat tertutup tepukan awan hitam yang semakin pekat menutupi langit ibukota.
Viona melipat satu tangannya di depan dada. sementara satunya tertekuk menopang dagu.
'aku sudah beristri.' sekilas suara pria yang ia cintai kembali terngiang.
Apa yang ia dengar tadi seolah mematahkan harapannya, sedikit tidak percaya gadis itu dengan apa yang Leon tuturkan tadi.
karena ia yakin, selama ini mantan kekasihnya itu pasti masih menyimpan rasa untuknya sehingga membuatnya merasa jika Leon tengah berbual saat itu, demi bisa menghindari dirinya. namun kembali ingatannya tertuju pada beberapa waktu sebelumnya, dimana dia melihat seorang wanita berada di dalam mobil yang seperti bukan mobil milik Leon itu.
(Flashback is on.)
Leon masih menatap tidak percaya saat melihat Viona berdiri di hadapannya, gadis itu meraih tangan Leon yang saat itu juga di tepisnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Leon.
"Aku? Aku tadi sempat berfikir itu bukan kau saat melihat mu tadi. Tapi ternyata benar kau." Tersenyum senang seraya memeluk Leonard.
Di saat yang sama mata Viona menyipit, dia melihat seorang gadis di dalam mobil yang berada di belakang Leon.
"Lepaskan aku." Leon melepaskan kedua tangan Viona dengan paksa.
"Dia siapa? Leon, ini bukan mobil mu kan?"
"Pergilah, aku tak perlu menjawab itu." Hendaknya Dia melenggang pergi meninggalkan gadis itu, namun lengannya sudah di tahan olehnya.
"Leon, sungguh aku merindukan mu. Kita bicara baik-baik ya, aku akan menjelaskan semuanya tentang hubungan ku dan Derry."
Leon terkekeh sinis, "aku rasa itu tidak perlu, aku sudah tidak peduli lagi." Ucap Leon.
"Leon ku mohon, aku hanya mencintai mu." Ucapnya masih menahan lengan kekar itu. Sementara Leon hanya geleng-geleng kepala, berusaha melepaskan diri. karena baginya, apapun yang akan di katakan Viona sudah tidak ada gunanya lagi, semua karena kepercayaan yang sudah terpatahkan.
"Leon ayo kita bicara, ku mohon."
"Aku tidak bisa!" Jawabnya dingin.
"Baiklah, aku akan menemui Tuan Baskhara, dan memintanya untuk menikahkan kita secepatnya!" Seru Viona.
Leon pun menoleh, "hei!! kenapa tiba-tiba kau bawa-bawa nama ayah ku?" Tanya Leon.
Viona tersenyum, tangannya mulai menyentuh dada bidang Leonard. "Kau tidak tahu? Jika ayah mu menginginkan ku menjadi menantunya?" Tanya Vio, mata Leon membulat, ia lantas menarik lengan Vio dan membawanya menjauh, tepatnya di dekat mobil Viona. Sementara hujan sudah semakin deras. Lengan yang basah pun sudah tidak diperdulikannya.
"Jangan bicara omong kosong, aku tahu ini pasti akal-akalan mu saja kan?"
Vio tersenyum. Lalu menyentuh dada Leon dengan kedua tangannya "Aku tidak mungkin berani berbicara omong kosong pada mu, Presdir Leonard. Itu faktanya. Kau bisa hubungi ayah mu sendiri dan tanyakan soal hal itu. Jika kau tak percaya."
Leon menepis kedua tangan itu. "Aku tidak mungkin kembali apa lagi menikah dengan mu. Karena Aku sudah beristri!!"
Sedikit terpaku Viona menatap tidak percaya ke arah Leon, kemudian tertawa. "Hahaha Kau bohong, kau pasti tengah bercanda kan Darling? Kau tidak bisa membodohi ku." Hendak memeluk lagi namun tangan Leon sudah menahannya.
"Aku serius!" Tegasnya.
"A...apa?"
"Aku sudah menikahi seorang gadis, dan dia gadis yang sangat aku cintai." Ucap Leon menunjuk ke arah mobil yang di tunggangi Leon.
Terdiam, kepalanya mulai memutar mengarah ke samping kanannya, ia melihat gadis sederhana duduk di dalam mobil itu sembari menunduk. Vio menggeleng pelan, lalu kembali terkekeh. "Kau mengakui seorang yang berpenampilan pembantu sebagai istri? hahaha lucu, sangat lucu."
"Dia bukan pembantu. Dia istri ku Viona." tegas Leon.
"Leon?" Masih menatap tidak percaya.
"Aku berkata jujur, dia memang istriku, jadi berhentilah mengharapkan ku untuk kembali." Hanya mengatakan itu sebagai penutup, selebihnya Leon langsung melenggang pergi.
"Tidak... Tidak Leon..." Viona masih berusaha menahan, namun pria itu terus saja melangkahkan kaki pergi menjauh. "Leonard!!!" Pekiknya, sementara tubuh pria itu sudah mulai masuk ke dalam mobil tersebut, dan mobil pun melaju.
(Flashback is off)
Menghentak kesal Vio saat mengingat kembali hal barusan, sehingga membuatnya kembali berfikir.
"Dia bukan wanita yang setara dengan Leon?" Gumam...gumam...
"Leon tidak mungkin menikah dengan gadis seperti itu kan? tidak mungkin pengganti ku sekelas dia."
"Iya, dia pasti sudah membayar gadis itu untuk melakukan sandiwara." Terkekeh sendiri merasa dirinya tidak mungkin sebodoh itu percaya dengan perkataan Leon. "Iya benar, Leon pasti tidak sungguh-sungguh, ckckck. Sebegitu sakit hatinya kau Leon? Sampai kau menyewa gadis rendahan untuk menjadi istri bohongan?" Gadis itu meraih sampanye di sebuah meja kecil lalu menenggaknya dalam sekali teguk.
"Aku tidak sebodoh itu, aku harus mencari tahu siapa dia." Dia kembali meletakkan gelas kosong tersebut ke tempatnya semula, sementara pikirannya masih berkubang pada gadis sederhana itu.
***
Di rumah Kinara...
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam sementara demam Leon malah justru semakin tinggi, ada rasa tidak tega bercampur panik menghinggapi suasana hati Kinara, yang masih setia menemani sang suami, dengan handuk basah yang ia letakkan di keningnya.
Sementara rintihan kecil dari bibir Leon terus saja keluar, gadis itu mengusap wajah Leon yang berkeringat.
"Bagaimana ini. Demamnya terus tinggi sepertinya." Gumam Kinar.
"Air...air..." Rintih Leon, Kinar pun sigap meraih gelas berisi air mineral di dekat meja sebelah ranjang Leon, lalu mengangkat kepala pria itu dengan satu tangan dan menahannya.
Gleeekk gleekkk suara tegukan air yang masuk ke kerongkongan membuat Leon sedikit lebih Segeran, bahkan satu gelas air itu pun habis di minumnya.
Kinar kembali merebahkan kepala sang suami sirinya, lalu meletakkan gelas itu lagi.
"Kinar?" Panggilnya lirih.
"Iya mas."
"Di sini saja ya. Ku mohon tetap lah di sini." Memegangi lengan Kinara, seolah tak ingin melepaskannya.
"I..iya mas," jawab Kinar, pikirnya hanya menunggu demam mas Tara turun dan beliau bisa tertidur nyenyak, maka ia bisa kembali ke luar dan tidur di kamarnya.
Sedikit ragu tangan Kinar terangkat, ia mengusap kepala masa Tara, agar pria itu bisa segera tertidur dengan nyenyak.
Mata sendunya pun terus melihat garis wajah sang suami, dengan penuh keprihatinan. Ia tidak bisa mendeskripsikan perasaan apa yang saat ini tengah ia rasakan, yang pasti ia pun seolah tidak ingin beranjak dari sebuah kursi plastik yang ia duduki, dan memilih untuk menjaganya sepanjang malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Susanna Sitepu
Jujurlah Kinar dan Tara
2023-06-24
2
Didi Ajach
gas
2022-12-23
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Semoga Tuan Bhaskara mau menerima Kinara,, 😔
2022-12-20
0