Pagi ini, dengan berat hati Alfredo harus meninggalkan Jogja untuk kembali menjalani rutinitasnya dikantor dan kampus.
Meski sedih, dia harus kembali untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang terbengkalai akibat fokus pada kasus penculikan Felicia yang sampai detik ini masih belum menemukan titik terang.
Berbagai upaya telah dilakukan pihak kepolisian serta anak buahnya, tapi semuanya mengalami jalan buntu.
Keberadaan Felicia seperti hilang begitu saja tanpa jejak.
Hati Alfredo yang sedih dan gundah gulana sedikit terobati saat menerima surat putusan dari pengadilan agama bahwa dirinya telah resmi bercerai dengan istrinya, Vera.
Kebahagiaan yang Alfredo rasakan semakin lengkap saat dia mendengar kabar bahwa kasus kematian Irene dan Brahmasty minggu depan sudah mulai dipersidangkan.
" Aku pastikan papi dan kamu mendapatkan keadilan, meski hal ini terlambat kulakukan ", ucap Alfredo pelan sambil memandang foto keluarga kecilnya, lengkap bersama almarhum papi dan istrinya, Irene.
Kebahagiaan Alfredo tersebut berbanding terbalik dengan kondisi Vera.
Hati Vera hancur lebur saat pengacaranya datang menyerahkan surat dari pengadilan agama yang menyatakan dirinya telah resmi bercerai dengan suaminya, Alfredo.
" Tidak…TIDAAAKK !!!! ini tidak mungkin. Alfredo tidak boleh menceraikanku ", teriaknya histeris.
Vera yang histeris dan mengamuk segera diamankan oleh petugas dan dibawa kembali ke selnya.
Didalam selnya, Vera terduduk lemas tak bertenaga. Hatinya benar - benar hancur saat ini.
Dia masih belum bisa menerima jika pernikahan yang sudah dia jalani selama delapan tahun ini harus berakhir.
Seluruh hal yang telah dia korbankan untuk bisa bersanding dengan sang pujaan hati selama ini menjadi sia - sia.
" Apalah arti pengorbananku selama ini...", ucapnya sedih.
Vera merasa dunia sangat tidak adil kepadanya. Apa yang sudah diperjuangkannya selama ini selalu menghilang begitu saja dan hanya menyisakan kesedihan serta kekecewaan.
Bukan hanya orang tua dan keluarga saja yang meninggalkannya. Kini pria yang dicintainya juga ikut meninggalkannya.
" Semuanya telah kukorbankan demi kamu... tapi ini balasan yang kudapatkan ", batin Vera marah.
Bayangan Alfredo sedang bermesraan bersama seorang gadis terlintas dipikirannya.
Hal tersebut membuat Vera semakin geram dan marah. Hatinya seperti dicabik - cabik benda tajam, sakit tapi tak berdarah.
" Tidak....tidak ada yang boleh memilikimu. Hanya aku yang pantas bersanding denganmu ", batin Vera geram.
Saat ini pikirannya penuh dengan berbagai macam cara untuk melenyapkan gadis yang telah memikat hati Alfredo.
Disaat seperti ini dia berharap Setyo memberikan kabar bagus padanya.
Mengingat nama Setyo, Vera segera bangkit dan memanggil petugas jaga agar bisa menghubungi orang kepercayaannya itu untuk bisa segera melaksanakan rencana selanjutnya.
" Bagaimana? apa kamu sudah mendapatkan gadis itu ? ", tanya Vera.
" Belum… tampaknya gadis itu sudah menghilang ", ucap Setyo datar.
" Bagus...pastikan gadis itu tidak pernah kembali lagi. Terus jalankan langkah selanjutnya ", perintah Vera pelan.
Sambungan telepon langsung ditutup oleh Vera saat petugas jaga mulai mendekat kearahnya. Dengan langkah lemas, Vera kembali digiring masuk kedalam selnya.
Dilain sisi, Felicia yang sekarang tinggal bersama Doni dan ibundanya di dalam hutan, kondisi kesehatannya berangsur - angsur mulai membaik.
Malam itu, saat ditemukan oleh Surti didalam hutan, kondisi Felicia cukup buruk. Luka tembak dibahunya terus mengeluarkan darah segar.
Akibat keletihan dan dehidrasi, Felicia yang saat itu dalam kondisi pingsan segera dibawa oleh Surti dan salah satu warga yang kebetulan bersamanya kembali ke desa.
Berkat Surti, ibunda Doni yang telah merawat Felicia dengan sabar, seperti merawat anaknya sendiri. Luka yang ada dipundaknya sekarang sudah mengering dan kondisinya berangsur pulih.
Saat ini Felicia belum bisa memberikan kabar mengenai keadaan dirinya kepada Ajeng maupun Alfredo karena tidak adanya sinyal ditempat itu.
Posisi desa yang terpencil ditengah hutan membuatnya kesulitan untuk mendapatkan akses yang memadai.
Jika ingin pergi kekota warga harus menunggu kendaraan yang datang ke desa mereka tiap dua minggu sekali.
Sekarang yang bisa dilakukan hanyalah memulihkan kondisi tubuhnya agar bisa pergi kekota pada saat kendaraan dari kota datang.
Hari yang dinanti - nanti akhirnya tiba. Kendaraan yang akan membawa warga untuk menjual hasil bumi dan membeli kebutuhan pokok mereka datang.
Doni menangis sesengukan saat mengantar Felicia naik kedalam mobil.
Meski baru sebentar bersama, namun anak kecil berusia tujuh tahun tersebut sudah menganggap Felicia sebagai kakaknya sendiri.
Setelah dibujuk, akhirnya Doni melepaskan pelukannya.
Sebelum mobil berangkat, dari balik jendela Felicia mengucapkan terimakasih sekali lagi kepada bu Surti yang telah menjaga dan merawatnya selama dia sakit hingga sembuh seperti sekarang.
Mobilpun mulai berjalan menjauh dari desa yang telah dia tinggali selama hampir dua minggu ini.
Lewat kaca spion, Felicia yang duduk di depan bersama supir masih bisa melihat Doni bersama ibundanya masih setia berdiri mengantar kepergiaannya, hingga akhirnya bayangan mereka menghilang seiring lajunya kendaraan yang semakin menjauh dari desa.
Sepanjang perjalanan yang terlihat hanya pepohonan besar yang rimbun. Sunyi dan senyap itulah yang Felicia rasakan.
Hanya suara pohon bambu yang bergesekan karena terkena angin dan beberapa hewan liar yang terdengar selama perjalanan.
Setelah berjalan hampir tiga puluh menit, akhirnya mereka berpapasan dengan pengendara lainnya. Itupun tidak terlalu banyak, hanya dua sampai tiga kendaraan saja yang berhasil mereka temui selama perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam tersebut.
Saat sudah tiba dikota, kendaraan langsung menuju pasar tradisional. Disana para warga menurunkan hasil bumi mereka untuk dijual kepada para tengkulak yang sudah menunggu mereka.
Selanjutnya, Felicia bersama pak Ahmad, sopir kendaraan yang dia tumpangi segera mencari kantor polisi terdekat untuk melaporkan kejadian yang menimpa dirinya.
Polisi yang mendapatkan laporan dari Felicia segera menghubungi pihak yang telah menangani kasua penculikan tersebut.
Setelah hampir dua jam memberikan keterangan berkaitan dengan penculikan yang menimpanya, Felicia akhirnya bisa beristirahat.
Anak buah Alfredo yang mendapatkan kabar bahwa Felicia telah ditemukan segera mendatangi polres tempat Felicia berada.
Dengan sketsa wajah yang diperoleh dari keterangan Felicia, polisi segera mencari pelaku yang memang sudah sejak lama menjadi buronan yang dicari pihak kepolisian.
Alfredo yang mendapat kabar bahwa Felicia telah ditemukan segera terbang ke kota k****n bersama Sammy dan maminya.
Mia dan Sammy yang sangat sedih atas hilangnya Felicia, begitu antusias saat mendengar bahwa Felicia sudah ditemukan.
Dengan jurus merengek yang dikeluarkan cucu tersayangnya, akhirnya Alfredo mengijinkan mereka untuk ikut serta bertemu dengan Felicia.
Felicia yang terlihat sangat letih segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Saat mendengar kabar bahwa Felicia sudah ditemukan, Alfredo segera menyuruh anak buahnya yang berada dikita tersebut untuk segera menyiapkan segala keperluan gadisnya tersebut, termasuk penginapan yang cukup besar karena dirinya bersama keluarga kecilnya, minus Vera tentunya, akan datang menemui Felicia.
Dan disinilah mereka berempat berpelukan dan saling bercucuran air mata. Sammy yang sangat rindu dengan Felicia tidak mau melepaskan pelukannya sampai dia tertidur akibat kelelahan.
Alfredo berharap kebahagian ini akan terus bersamanya selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments