Siang itu, sesuai jadwal yang telah diberikan oleh Roland bahwa hari ini Felicia sedang berada dikampus untuk mengurus pendaftaran studi S2 nya.
Selain mendapatkan beasiswa, Felicia juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi asisten dosen salah satu dosen favoritnya, yaitu Profesor Willyandaru Putradinata.
" Akhirnya mulai minggu depan aku bisa selalu bersama Prof. Willy ", ucap Felicia dengan wajah berseri - seri.
Jujur saja, Felicia sebenarnya sempat menaruh hati terhadap profesor tampan tersebut. Tapi karena kesibukan yang ada hingga keduanya jarang bertemu.
Tapi senyuman dari wajah Felicia pudar saat melihat Brian sedang berjalan menuju kearahnya.
Dengan langkah seribu, Felicia segera memutar arah. Brian yamg melihat Felicia berusaha menghindarinya, segera berlari menyusulnya.
Felicia berlari menyusuri koridor kampus sambil sesekali menoleh kebelakang hingga sampai di jalan raya.
Setelah mengatur nafasnya, Felicia segera memesan taxi online agar segera membawanya pergi dari kampus.
Sejak kejadian di club tempo hari, Felicia masih trauma, maka dari itu dia berusaha sebisa mungkin untuk menjauh dari Brian.
Sambil menunggu taxi yang dipesannya, Felicia bersembunyi dibalik pohon besar sambil menoleh kekanan dan kekiri dengan panik, takut Brian menemukannya.
Taxi yang dipesannya sudah datang didepannya. Saat hendak masuk mobil, tiba -tiba tangan Felicia ditarik oleh Brian dari belakang.
" Berikan handphoneku Brian !!! Dan berhentilah mengangguku !!! ", teriak Felicia sambil berusaha merebut handphonenya dari tangan Brian.
"TIDAK !!! sampai kamu mau pergi dan berbicara denganku ", ucap Brian.
Felicia terus berusha untuk merebut handphonenya. Tapi usahanya tersebut sia - sia. Mengingat tinggi Brian yang hampir seratus delapan puluh centimeter membuatnya kesulitan.
" Ini handphonemu ", ucap Alfredo yang tiba -tiba datang dan segera memberikan handphone kepada Felicia setelah merebutnya dari tangan Brian.
" Kamu lagi...", ucap Brian geram.
" Tampaknya aku harus memberimu luka yang lebih dibandingkan dengan yang kuberikan waktu di club ", ucap Alfredo sambil mengepalkan tangannya.
Melihat hal tersebut, Brian yang tidak ingin wajah tampannya babak belur lagi segera lari terbirit - birit meninggalkan Felicia dan Alfredo.
Felicia yang masih terkejut hanya bisa diam mematung. Melihat hal tersebut, Alfredopun segera menyeret Felicia untuk masuk kedalam mobilnya, dan menghempaskan tubuh Felicia dikursi, mengunci pintu mobil, dan segera melajukan mobil tersebut dengan kecepatan tinggi menuju apartemen Alfredo, sebelum gadia tersebut tersadar dan kabur darinya lagi.
" Turunkan aku !!! ", ucap Felicia garang.
" Tidak...sebelum kita bicara ", ucap Alfredo yang semakin menambah kecepatan mobilnya.
Felicia yang berada disebelahnya Alfredo hanya bisa pasrah mengikuti keingginan pria arogan di sampingnya.
Sesampainya dibasemant, Alfredo segera membuka pintu mobil dan menyuruh Felicia segera turun.
" Mau turun sendiri atau kugendong...", ancam Alfredo dengan tatapan tajam.
Dengan enggan, Felicia turun dari mobil sambil menghentak -hentakkan kakinya seperti anak kecil yang lagi ngambek.
Alfredo yang melihat tingkah Felicia hanya bisa tersenyum dan segera mengandeng erat tangan Felicia agar tidak lepas dan membawanya menuju lantai duapuluh, unitnya berada.
Setibanya didalam apartemen, Alfredo segera menyuruh Felicia untuk duduk, tapi perintah tersebut tidak dianggap. Felicia masih saja berdiri seperti patung membuat Alfredo geregetan.
" DUDUK !!! ", perintah Alfredo dengan tatapan tajam.
Felicia yang melihat kemarahan diraut muka Alfredo sedikit takut. Dengan enggan, perintah tersebut diturutinya.
Felicia dudk sambil cemberut sebagai bentuk protesnya.
" Kenapa mulutmu maju begitu, minta dicium", canda Alfredo sambil memajukan wajahnya sehingga sekarang kedua wajah mereka cukup dekat, dan secara reflek Felicia segera menutup bibirnya dengan kedua tangannya.
" Dasar om - om mesum !!! ", teriak Felicia dibalik bekapan tangannya.
" Tapi suka kan...", goda Alfredo sambil mengedipkan mata.
Saat Felicia hendak mendorong tubuh Alfredo, tiba - tiba bibir laki - laki itu sudah mendarat di bibirnya, m*****t dengan rakus, membuat Felicia mengaduh.
Alfredo tersenyum saat Felicia mulai mengalungkan tangan dilehernya. Suara - suara desahan sexy yang meluncur dari mulut mereka membuat c****n semakin panas.
Alfredo hanya melepaskan Felicia saat gadis itu kehabisan nafas. Dan sebelum Felicia sadar, Alfrrledo kembali m*****t bibir tipis yang mengoda tersebut.
C****n panas tersebut berlangsung cukup lama. Tanpa mereka sadari saat ini mereka sudah berpindah kedalam kamar dan melucuti seluruh pakaian yang melekat ditubuh mereka, dan segera menikmati surga dunia.
Setelah hampir dua jam bergumul, Alfredo menyudahi aksinya, beranjak dari ranjang, mengambil bajunya yang berserakan dilantai dan segera menuju kedapur untuk mengambil air dingin.
Felicia yang merasa haus segera menghabiskna segelas besar air putih dinggin yang dibawakan oleh Alfredo.
Saat hendak bagkit dari ranjang, Alfredo memberikan isyarat agar Felicia tetap betada diranjangnya.
" TETAP DISITU !!! ", bentak Alfredo.
Felicia yang merasa kaget dengan suara bentakan Alfredo, langsung menundukkan kepala dan berusaha melilitkan selimut didepannya untuk membungkus tubuh polosnya.
" Maaf..., aku tidak bermaksud membuatmu takut ", ucap Alfredo sambil memegang pundak Felicia.
" Angkat kepalamu dan lihat aku ", perintah Alfredo lembut sambil memegang dagu Felicia.
Felicia yang merasa takut segera mengangkat wajahnya berlahan.
" Tenang saja, aku tidak akan memakanmu ", ucap Alfredo sambil tersenyum.
" Selarang lihat aku", perintahnya.
Feliciapun mulai memberanikan diri untuk menatap Alfredo.
Cukup lama mereka berdua hanya saling pandang satu dengan yang lain. Keduanya larut dalam pikiran masing - masing tanpa kata.
Tiba - tiba Alfredo memeluk Felicia dengan erat. Felicia yang masih terkejut hanya terdiam mematung.
" Maaf ya jika aku sudah membuatmu ketakutan. Tapi kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi , ucap Alfredo ditelinga Felicia.
Kemudian Alfredo melepaskan pelukannya dan mengenggam kedua tangan Felicia.
" Aku akan bertanggung jawab terhadap semua yang telah kulakukan padamu Felicia. Jadi aku mohon, jangan menghindar lagi dariku. Please...", ucapnya memohon.
Melihat tatapan Alfredo yang menyiratkan kesedihan mendalam membuat Felicia binggung, tidak tahu harus berbuat apa.
Saat ini Felicia berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Alfredo.
" Sudah, lupakan semuanya ", ucap Felicia tegas sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Alfredo.
" Tidak Felicia. Tolong, jangan katakan itu lagi ", ucap Alfredo sambil menggelengkan kepala.
" Lupakanlah....aku tidak ingin kamu bertanggung jawab apapun terhadap diriku ", ucap Felicia datar.
" Aku harap setelah ini kita tidak akan bertemu lagi ", ucapnya lagi.
"Tapi aku mencintaimu Felicia. Dan aku tidak mau kehilangan dirimu ", ucap Alfredo berusaha meyakinkan Felicia.
" Aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tanggamu. Kasihan istri dan anakmu ", ucap Felicia lantang.
" Rumah tanggaku sudah hancur sebelum kamu datang. Kamu juga tahu sendiri bagaimana sikap istriku terhadap Sammy. Selama delapan tahun ini aku sudah mencoba bersabar dan membuka hatiku. Tapi semuanya sia - sia Felicia. Yang ada, keluargaku semakin menderita karena aku terus berupaya mempertahankan rumah tangga ini ", ucap Alfredo dengan mata yang mulai berkaca - kaca.
" Sekarang lihat aku ", perintah Alfredo sambil mengangkat dagu Felicia agar kembali menatapnya.
Dengan ragu, Felicia mulai mengangkat wajahnya, menatap mata Alfredo untuk melihat kebohongan yang ada. Tetapi hasilnya nihil, tidak terlihat sedikitpun kebohongan disana.
" Tolong percaya padaku Felicia. Beri aku kesempatan untuk membuktikan apa yang baru saja kukatakan ", ucap Alfredo memohon.
Melihat wajah Alfredo yang seperti itu membuat hati Felicia goyah.
Disatu sisi dia ingin percaya apa yang dikatakan laki - laki tersebut dan memberinya kesempatan.
Tapi dilain sisi dia tidak mau menjadi gadis jahat yang merusak rumah tangga orang lain.
Dengan ragu, Felicia meletakkan kedua tangannya dipipi Alfredo. Perlahan Felicia membelai lembut wajah pria didepannya tersebut.
Jujur, sebenarnya nama Alfredo sudah melekat dihati Felicia sejak pertama mereka bertemu, tapi perasaan tersebut selalu disangkalnya.
Pesona Alfredo yang begitu kuat, sedikit demi sedikit menghilangkan keraguan dihati Felicia.
Tanpa sadar bibir mereka bertemu kembali. Alfredo sedikit terkejut saat Felicia tiba - tiba mendorongnya.
" Ini tidak benar...", ucap Felicia sambil mengeleng - gelengkan kepala.
" Jika kita teruskan akan ada hati yang terluka ", ucap Felicia sedih.
Melihat hal tersebut, Alfredo segera memeluk Felicia dengan erat.
" Maaf, jika aku terlalu memaksamu", bisik Alfredo ditelingga Felicia.
" Mari kita lakukan berlahan. Apapun yang kamu inginkan akan aku penuhi asal kamu tidak pernah meninggalkanku lagi ", ucap Alfredo memohon.
Felicia yang sebenarnya sudah memiliki rasa terhadap Alfredo pun luluh dengan ucapan pria beranak satu tersebut.
Alfredo tersenyum bahagia karena Felicia sudah bisa menerimanya.
Perlahan tangan Alfredo mulai membelai setiap sisi tubuh sang pujaan hati dengan lembut, sehingga menimbulkan reaksi pemiliknya dan membuat gairah Alfredo kembali naik.
" Lagi ya sayang ", pinta Alfredo lembut dan dijawab anggukan oleh Felicia, membuat Alfredo melanjutkan aksinya hingga tak terasa hari sudah gelap.
Alfredo tersenyum bahagia, dikecupnya pucuk kepala gadis cantik yang tertidur lelap didalam pelukannya tersebut.
Rasa hangat mengalir didalam dadanya, terasa nyaman. Dia berjanji akan melakukan segala cara untuk menjaga dan melindungi gadisnya tersebut. Serta membuatnya yakin untuk menjadi miliknya seutuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments