Sejak pertemuannya dengan seorang anak kecil bernama Samuel, kehidupan Felicia menjadi lebih berwarna.
Hal positif juga terjadi pada kehidupan Ajeng. Karena rasa sayangnya terhadap Samuel, dirinya sekarang menjadi lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Samuel dan neneknya.
Semenjak dekat dengan Felicia dan Ajeng, kesedihan yang ada dalam hatinya karena kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya sedikit terobati.
Jika Samuel dan neneknya saat ini sedang berbahagia, tapi hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi Alfredo.
Akhir - akhir ini hati dan pikirannya terasa sangat letih. Banyak pekerjaan yang memusingkan dan penuh tekanan memburunya.
Alfredo membenci segala macam bentuk nepotisme dan kecurangan yang terjadi dalam dunia akademis.
Jika hal tersebut terjadi didepan matanya, maka dia tidak akan segan untuk bertindak sesuai aturan yang berlaku.
Tidak perduli siapa orang besar dan berpengaruh yang berada dibelakangnya.
Sikap tegas dan beraninya tersebut sering mendapatkan banyak pujian, tapi dilain sisi juga banyak yang menghujat dan mengatainya munafik.
Vera selaku istri yang seharusnya mendukung, malah mendorongnya untuk keluar dari ideologi yang dianggapnya kolot tersebut.
Ditambah lagi perusahaan yang didirikannya mulai dari nol hampir saja bangkrut akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh kolega sekaligus sahabat karibnya.
Bahkan rumah tangganya dengan Vera, istri keduanya yang sudah dibina selama delapan tahun tersebut saat ini berada diujung tanduk.
Setiap hari rumah tangga mereka selalu diwarnai dengan percekcokan. membuat Alfredo semakin stres.
Disaat demikian, Alfredo merasa kesepian. Dia merindukan sosok Irene, istri pertamanya, ibunda Samuel, yang penyayang dan pengertian.
Tidak pernah sekalipun Irene membantah suaminya. Irene selalu mendukung dan mempercayai setiap keputusan yang diambil oleh Alfredo.
Hal ini berbeda sekali dengan Vera yang egois dan mau menang sendiri.
Jika bukan karena surat wasiat yang ditinggalkan oleh Irene yang mempercayakan Samuel untuk dirawat Vera dan keingginan Irene agar Alfredo menikahi Vera, maka sampai detik ini bisa dipastikan bahwa Alfredo masih menduda.
Alfredo keluar kantor dengan pikiran kacau. Sambil melonggarkan dasinya dia masuk kedalam mobil dan segera memacunya keluar dari kantor.
Rasa kesepian yang begitu dalam dia rasakan. Rumah yang seharusnya bisa dia jadikan tempat beristirahat dan menenangkan pikiran malah menjadi neraka baginya.
Jika tidak ingat Samuel, anak semata wayangnya, Alfredo tidak akan sudi untuk pulang kerumah.
Akhirnya disinilah Alfredo berada, sebuah club malam ternama, menjadi tempat pelarian Alfredo setiap dia menghadapi masalah yang cukup pelik.
Saat ini yang dibutuhkannya hanyalah minuman untuk melupakan semua permasalahan yang ada, meski hanya sejenak.
Alfredo segera duduk dan memesan minuman kebartender.
Walaupun banyak wanita cantik yang berusaha merayunya, mulai dari melemparkan senyuman genit, sentuhan, bahkan ada yang menawarinya sebagai penghangat ranjang, tapi Alfredo sama sekali tidak tertarik
Alunan musik yang cukup keras membuat Alfredo tanpa sadar mulai menggerakkan badannya, meski tak beranjak dari tempat duduknya.
Saat mengedarkan pandangan, tanpa sadar tatapannya jatuh kepada sekelompok remaja yang sedang berkumpul tidak jauh dari tempat duduknya.
Kelompok remaja tersebut tampaknya sedang menyelenggarakan sebuah pesta ulang tahun, hal tersebut terlihat dengan adanya kue tart diatas meja.
Tatapan mata Alfredo berhenti ke sosok gadis belia tinggi semampai, berkulit putih, hidung mancung, bulu mata lentik, dengan rambut pirang ikal sebahu.
Selain cantik dan sexy, segala gerak gerik gadis itu berhasil mencuri perhatian Alfredo.
Pandangan matanya terus mengikuti setiap gerak - gerik gadis yang bernama Felicia tersebut.
Alfredo mengepalkan tangannya geram saat ada seorang lelaki, salah satu teman Felicia merangkulnya.
Sedangkan Felicia yang sudah berada dibawah pengaruh alkohol, terus meneguk minuman yang disodorkan laki - laki disampingnya tersebut sampai habis sambil sesekali mengoyangkan badannya mengikuti alunan musik yang ada.
Alfredo tersenyum sendiri saat melihat Felicia melakukan sesuatu yang dianggap konyol. Segala tingkah laku Felicia malam ini menjadi hiburan tersendiri bagi Alfredo.
Rasa penat yang ada pun berangsur mulai menghilang. Hatinya terasa hangat setiap melihat senyuman yang tercetak dibibir manis Felicia, meski senyuman tersebut bukan untuknya.
Tiba - tiba Felicia beranjak dari tempat duduknya menuju toilet dan tanpa disadarinya, Brian, lelaki yang ada disamping Felicia tadi membuntutinya.
Melihat hal tersebut, Alfredo juga bangkit dari tempat duduknya dan mulai mengikuti kemana arah Felicia pergi.
Saat keluar dari toilet, tiba - tiba kepala Felicia terada pusing, dia berjalan sempoyongan hingga hampir jatuh.
Brian yang memang sudah menunggunya diluar toilet langsung menolong Felicia yang hampir jatuh dan menyandarkannya ke tembok.
Felicia yang merasakan gelagat aneh dari Brian mulai panik. Apalagi saat Brian berusaha untuk melecehkannya, Felicia yang kaget dengan tindakan teman laki - lakinya tersebut secara spontan mendorong tubuh Brian, tapi tidak berhasil, mengingat tenaga Brian lebih besar darinya.
Felicia terus berteriak minta tolong sambil menangis, berharap ada orang yang lewat dan menolongnya.
Alfredo yang sempat terkecoh dengan adanya tanda dilarang masuk yang dipasang Brian diarea jalan menuju toilet segera berlari saat mendengar suara minta tolong dari Felicia.
Alfredo merasa geram saat melihat Brian berusaha untuk mencium Felicia dan segera menghajarnya agar melepaskan gadis itu.
Brian yang merasa terpojok dengan wajah penuh luka akibat pukulan Alfredo segera melarikan diri.
Sedangkan Felicia yang berada di bawah pengaruh alkohol mulai tidak sadarkan diri.
Alfredo yang melihat hal tersebut segera melepaskan jasnya guna menutupi tubuh Felicia dan mengendongnya keluar dari club menuju parkiran mobil.
Sesampainya di parkiran, Alfredo segera membawa Felicia masuk kedalam mobil.
Alfredo berusaha mencari identitas gadis tersebut didalam tas kecil yang dibawanya. Namun dia tidak menemukan apapun.
" Dasar gadis b***h, bagaimana bisa dia tidak membawa tanda pengenal sama sekali. Masa cuma ada uang dan ponsel. Itupun ponselnya dipasword lagi, jadi tidak bisa dibuka ", batin Alfredo geram.
Dipasangkannya sabuk pengaman kebadan Felicia dan segera memacu cepat mobilnya menuju apartemen pribadi miliknya.
Karena tidak mungkin baginya membawa gadis itu kerumah atau meninggalkannya begitu saja di jalan.
Sesampainya di apartemen, Felicia segera dibawah kekamar.
Tiba - tiba Felicia memuntahkan semua yang ada diperutnya.
Alfredo yang melihat baju Felicia basah karena terkena muntahan segera melepaskan baju tersebut dan kemudian menyelimuti tubuh Felicia dengan selimut tebal agar hangat.
Sedangkan dia sendiri segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang kebetulan terkena muntahan tersebut.
Cukup lama Alfredo berendam didalam bath up sambil berusaha menenangkan gejolak yang ada. Tapi tampaknya hal tersebut tidak terlalu berpengaruh.
Bagaimanapun juga Alfredo adalah laki - laki normal, melihat lekuk tubuh dari gadis yang membuat hatinya berdebar tersebut tentunya membuat sesuatu dari dalam tubuhnya bergejolak.
Keluar dari kamar mandi, Alfredo segera berganti pakaian dan menuju ruang tamunya.
Diambilnya sebotol minuman keras dari dalam kulkas, agar pikirannya teralihkan.
Entah berapa banyak botol yang dia habiskan, sampai akhirnya mulai masuk kedalam kamar dan terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments