Setelah pertengkaran orang tuanya semalam, pagi ini Samuel harus menerima pukulan dan teriakan caci maki dari mama tirinya.
Vera yang sangat kesal dengan Alfredo mula semalam memukul Samuel secara membabi buta. Anak kecil tersebut hanya bisa menangis sambil telungkup dilantai merasakan pukulan dan tendangan yang dilakukan oleh Vera.
Setelah puas melampiaskan amarahnya, Vera segera keluar kamar menuju mobilnya dan meniggalkan rumah. Dengan kondisi seperti ini bisa dipastikan bahwa Vera untuk beberapa hari kedepan tidak akan pulag kerumah.
Hal ini tentunya cukup bagus bagi Samuel, karena beberapa hari kedepan dia tidak akan bertemu dan merasaka amarah dari mama tirinya tersebut.
Mia dan beberapa pembantu segera menuku kamr Samueal selepas kepergian Vera, dan segera merapikan barang - barang yang berserakan serta berusaha menenangkan anak kecil yang masih telungkup di lantai sambil menangis sesenggukan tersebut.
Sambil berlari kecil, Mia segera menghampiri dan memeluk cucu semata wayangnya yang masih berada di lantai tersebut sambil berlinangan air mata.
Hatinya terasa teriris - iris setiap kali mendengar tangisan Samuel, sedangkan dirinya tidak bisa berbuat apa - apa terhadap kekejaman yang dilakukan oleh menantunya tersebut.
" Kalau mama tidak sayang sama aku, kenapa aku dilahirkan nek..?", ucap Samuel sambil sesengukan didalam dekapan sang nenek.
" Mama itu sebenarnya sayang banget sama Sammy, cuma cara pengungkapannya saja mama yang salah ", ucap sang nenek berusaha menenangkan.
" Maafin mama ya sayang", ucap Mia sambil mengecup pucuk kepala Samuel.
Samuel mengiyakan ucapan sang nenek sambil tersenyum, meski hatinya masih menangis, tapi dia juga tidak mau melihat kesedihan dimata sang nenek.
Dengan tubuh yang masih terasa sakit akibat pukulan tersebut, Samuel berusaha tetap tegar dan mulai berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap - siap berangkat ke sekolah.
Seharian ini Samuel tidak konsentrasi belajar, badan dan hatinya terasa sakit kalau mengingat perlakuan mamanya tersebut.
Selama ini Samuel selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, baik itu secara akademis maupun perilaku.
Jangankan mendapatkan hadiah, hanya sekedar ucapan " selamat " saja tidak pernah dia dapatkan keluar dari mulut sang mama.
Sore itu, seperti biasa Samuel diantar ketempat kursus oleh supir. Bukannya masuk kedalam kelas, Samuel malah berbelok kearah sebuah taman yang ada disamping tempat kursus.
Di sebuah bangku putih dibawah pohon rindang, Samuel menatap langit yang berwarna biru cerah.
Diatas pohon terlihat seekor induk burung yang lagi menyuapi anaknya dengan cacing tanah yang baru saja dia dapatkan.
Melihat hal tersebut hati Samuel terasa sakit dan tanpa terasa air matanya mulai jatuh dengan derasnya.
Felicia sedang berjalan menuju cafe miliknya dengan wajah berseri - seri penuh kebahagiaan, sebab proposal skripsinya sudah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbingnya yang terkenal killer tersebut menghentikan langkahnya saat mendengar suara tangisan anak kecil.
Diedarkan pandangannya kesegala arah tapi tidak ditemui sosok sumber suara. Diapun mulai mempertajam pendengarannya untuk mencari dimana suara tersebut berasal.
Setelah merasa yakin akan suara yang didengarnya adalah nyata, dia mula berjalan pelan mendekati semak yang didepannya.
Felicia cukup terkejut dengan pandangan yang ada didepannya. Terlihat seorang anak kecil laki - laki berusia sekitar delapan tahunan sedang duduk disebuah bangku kecil putih dengan muka yang dibenkan diatas kedua lutut kakinya sambil menangis.
Terlihat beberapa luka lebam ditangan dan kakinya. Perlahan - lahan Felicia berjalan mendekat sambil mengamati keadaan anak yang ada didepannya dengan seksama, mulai dari pakaian yang dikenakan, sepatu, tas, dan jam tangan, semuanya merupakan barang branded yang harganya boleh dibilang cukup mahal, sudah jelas dia adalah anak orang kaya.
Tapi kenapa dia disini sendirian, mengingat tidak ada siapapun ditaman tersebut selaon dirinya dan anak kecil itu.
Apa anak ini habis berkelahi, mengingat banyaknya luka lebam dan memar dikaki dan tangannya. Berbagai pertanyaan berkecamuk dikepala Felicia.
Untuk menjawab rasa penasarannya tersebut, Felicia kemudian berjongkok di sepan anak kecil tersebut.
Dengan suara lembut dia bertanya aambil mengelua kepala anak laki-laki tersebut. Merasa ada yang menyentuhnya, anak laki -laki tersebut segera mengangkat kepalanya. Feliciapun segera memberikan senyuman termanisnya agar anak tersebut tidak takut pada dirinya.
Namun saat dirinya hendak mengulurkan tangan, tiba - tiba anak lelaki tersebut menangis dengan keras. Hal tersebut tentu saja membuat Felicia kaget dan spontan memeluk sang anak dan mengelus kepalanya agar merasa tenang.
Setelah dirasa anak kecil tersebut mulai tenang, Felicia segera mengendong anak laki - laki tersebut dan berjalan menuju cafenya karena dia mendengar suara perut anak tersebut berbunyi yang menandakan dia sedang kelaparan.
Ajeng, pegawai kepercayaan Felicia yang sudah dianggap seperti kakaknya tersebut merasa heran saat si bos datang ke cafe dengan membawa anak kecil. Seingat Ajeng Felicia adalah yatim piatu dan tidak memiliki sanak saudara dikota ini. Saat ini hanya dia dan keluarganyalah yang menjadi keluarga Felicia dikota ini.
Diruangannya, Felicia segera menyuruh Ajeng untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk anak kecil yang ternyata bernama Samuel tersebut, tidak lupa untuk mengambil kotak P3K guna merawat luka - luka Samuel.
Setelah kenyang dan semua luka diobatu, dengan wajah sendu Samuel menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya.
Entah kenapa Samuel lancar bercerita kepada Felicia, padahal mereka baru saja berkenalan.
Mendengar cerita Samuel yang cukup menyedihkan, tidak terasa airmata Felicia menetes di pipi.
Dia segera memeluk Samuel denga erat, dan mengatakan padanya bahwa dia sekarang memiliki kakak yang bisa diandalkan. Jadi kalau ada apa - apa Samuel bisa mencari dan menghubungi Felicia kapanpun Samuel membutuhkannya.
Kata - kata Felicia terasa hangat di dada, Samuel merasa dia sekarang memiliki seseorang yang bisa melindungi dan memberikan semangat kepada dirinya.
Sementara itu, Ajeng yang sedari tadi mendengar pembicaraan Felicia dengan Samuel dari balik pintu juga meneteskan air mata. Dia tidak menyangka anak sekecil itu sudah harus menangung derita hidup seperti itu.
Dia merasa malu sendiri, karena selama ini selalu berkeluh kesah terhadap segala macam permasalahan yang datang. Sedangkan Samuel, anak yang baru berusia delapan tahun tersebut sudah bisa menyikapi permasalahan yang ada dihidupnya secara dewasa.
Samuel segera pamit saat supir pribadinya menghubungi untuke menjemputnya. Karena tempat les Samuel dan cafe Felicia terletak diruko yang berada disatu kawasan. Tak lupa dia juga meminta nomor handphone Felicia agar bisa menghubunginya saat dia merasa kesepian. Felicia tentu saja memberikannya dengan senang hati, karena sekarang dia baru saja mendapatkan seorang adik laki - laki yang yampan dan lucu.
Sesampainya dirumah, Samuel segera berlari menuju kamar neneknya. Dia menceritakan pertemuannya dengan Felicia dengan wajah gembira.
Sang nenek merasa bahagia saat melihat senyuman merekah diwajah cucu kesayangannya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments