Dingin merabai kulit Felicia, membuatnya dengan paksa membuka mata. Ruangan yang asing, aroma yang asing semua terasa asing bagi Felicia.
Dia merasakan tubuh hangat dan tangan kekar memeluknya dari belakang. Dengan kesadaran yang masih diawang - awang, Felicia syok mendapati dirinya dalam keadaan telanjang dipelukan seorang pria asing.
Jantungnya seperti berhenti berdegub, kepanikan melanda membuatnya terasa sulit bernafas. Seakan semua oksigen menghilang dalam ruangan tersebut.
Felicia memejamkan matanya sambil berusaha mengatur nafasnya. Setelah dirinya agak tenang, Felicia berusaha untuk melepaskan tangan yang memeluknya. Tapi usahanya sia - sia, tangan lelaki tersebut begitu kuat memeluknya.
Setengah frustasi, Feliciapun berusaha mendorong tubuh laki - laki asing dibelakangnya dengan sekuat tenaga hingga terjatuh ke lantai.
Tindakan Felicia jelas membuat Alfredo terbangun, dengan wajah binggung Alfredo memandang Felicia yang tampak panik dan ketakutan.
" Ada apa...", tanya Alfredo binggung
" Dimana aku... Mana bajuku..." , teriak Felicia ketakutan.
Felicia kemudian menarik selimut putih untuk menutupi tubuh polosnya.
Sedangkan Alfredo mulai berdiri dan duduk diatas ranjang sambil mengusap pantatnya yang sakit akibat terbentur lantai.
" Diam disana... Jangan mendekat ", teriak Felicia ketakutan.
Gadis yang bulan lalu baru genap berusia delapan belas tahun itu bangkit seperti orang binggung.
Dengan gerakan limbung, Felicia segera berjalan menuju kamar mandi dan menutup pintu dengan keras.
" Apa aku melakukan kesalahan...", pikir Alfredo sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
" tok...tok...tok...hey..., buka pintunya...mari kita bicara...", ucap Alfredo sambil mengedor pintu kamar mandi.
Sementara itu Felicia yang terduduk di belakang pintu kamar mandi menangis sesengukan meratapi nasibnya.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau kehormatan yang selama ini dia jaga harus terengut di tangan pria asing.
Dengan rasa frustasi Felicia mulai mengacak - acak rambutnya dan meruntuki kebodohannya.
Dia sangat menyesal kenapa semalam dirinya menyangupi ajakan Bella untuk merayakan acara ulang tahun Ryan di club. Seharusnya malam itu dia menolak, seperti ajakan - ajakan Bella sebelumnya.
Alfredo yang mendengar teriakan dan tangisan histeris Felicia dari luar memilih untuk pergi.
Mengingat pagi ini dirinya ada jadwal mengajar maka dia segera bergegas membersihkan dirinya dikamar mandi luar dekat dapur.
Setelah selesai mandi Felicia sempat diam sejenak dibalik pintu kamar mandi. Setelah dirasa suasana diluar sepi tidak ada pergerakan, maka perlahan dia mulai membuka pintu kamar mandi.
Dengan jalan mengendap - endap dia mencari baju yang ada di dalam almari milik Alfredo.
Felicia mengambil celana training hitam dan hodie warna abu - abu yang ada di dalam almari.
Meski agak kebesaran tapi tidak apa - apa daripada dia harus pulang telanjang.
Setelah selesai Feliciapun cepat - cepat mengambil tasnya yang berada di atas nakas dan segera pergi meninggalkan apartemen sebelum Alfredo datang.
Dengan perlahan Felicia memakai sepatu dan menutup pintu apartemen dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara.
Sesampainya diluar, Felicia berjalan cepat menuju lift dan menekan tombol loby.
Tubuh Felicia terasa remuk, ditambah lagi selangkangannya terasa ngilu seperti tersengat sesuatu.
" Auuuhhh...sakit...", batin Felicia sambil meringisenahan sakit.
Sampai di loby, Felicia segera memesan taxi online sambil menahan rasa ngilu yang menderanya. Tak terasa keringat dingin mulai membasahi tubuh Felicia.
Dengan muka pucat Felicia menaiki taxi online yang telah dipesannya.
Sepanjang perjalanan dia hanya bisa memejamkan matanya menahan rasa sakit yang ada.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh lima menit, akhirnya Felicia tiba dibangunan apartemennya.
Dengan rasa ngilu yang ditahannya, Felicia memasuki unit apartemennya.
Meletakkan tasnya disofa dan perlahan - lahan melangkahkan kakinya menuju kekamar.
Felicia membaringkan tubuhnya diatas ranjang berukuran king size. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya keluar juga.
Hampir satu jam Felicia menangis, air matanya seakan tidak mau berhenti mengalir.
Hatinya saat ini terasa begitu perih, bagaimana jika akibat hubungan semalam dia hamil. Berbagai pikiran buruk mulai menghantuinya. Membuatnya semakin frustasi.
Air mata yang terus mengalir akhirnya berhenti juga, dan tak terasa Felicia tertidur karena kelelahan menangis.
Disisi lain Alfredo yang baru saja selesai mandi dan menyiapkan sarapan segera mencari Felicia di kamar.
Tapi sosok yang dicarinya tersebut sudah menghilang bak ditelan bumi.
Pandangannya tertuju pada sprei dengan noda darah, yang mengingatkannya pada malam panas penuh gairah yang terjadi semalam.
Dengan muka sedih Alfredo segera menganti sprei yang kotor tersebut dengan yang baru.
Setelah merapikan kamar tidurnya, dengan langkah gontai, Alfredopun menuju meja makan dan menyelesaikan sarapannya seorang diri, kemudian segera turun dan bergegas berangkat kekampus.
Selama perjalanan Alfredo sama sekali tidak konsentrasi mengemudi. Pikirannya dipenuhi oleh sesosok gadis belia yang cantik dan ceria.
Seorang gadis yang bisa menarik perhatiannya setelah delapan tahun meninggalnya sang istri tercinta.
Gadis yang telah melewati malam panas dengannya. Gadis yang dia tidak tahu nama dan semua hal tentangnya.
Hanya satu yang dia tahu, hatinya telah diambil oleh gadis tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments