Beberapa hari ini Felicia disibukkan dengan beberapa urusan di cafe.
Salah seorang karyawannya ada yang mengelapkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit, sehingga dia harus bolak - balik kekantor polisi untuk melengkapi laporannya.
Mengurus semuanya sendiri ternyata menghabiskan waktu dan tenaga.
Belum lagi dia harus mencari karyawan baru dan mengajarinya. Serta menata kembali pembukuan dan administrasi usahanya agar tidak kecolongan seperti ini lagi.
Hal ini tentu saja menyita waktu dan tenaganya. Belum lagi banyaknya revisi skripsi yang diterimanya, membuat kepalanya terasa mau pecah.
Siang ini, dengan sedikit berlari Felicia menyusuri koridor kampus menuju ruangan Profesor Budi, salah satu dosen pembimbingnya.
" Kak Rena, apa profesor ada di dalam...", tanyaku pada asisten profesor Budi yang ada diluar ruangan.
" Ada, kamu sudah ditunggu dari tadi sama profesor. Kenapa baru datang...", ucap Rena dengan wajah garang.
" Maaf kak, tadi ada sedikit urusan penting, jadi agak terlambat ", ucapku dengan wajah memelas.
" Ya sudah, cepat masuk sebelum profesor pergi ", perintahnya.
" SIAP...", jawabku dengan sikap hormat seperti hendak upacara bendera.
Kak Rena menanggapi ucapanku dengan geleng - geleng kepala.
Setelah mengetok pintu tiga kali, kubuka pintu ruang berukuran lima kali enam tersebut.
" Selamat siang profesor, maaf terlambat. Saya mau menyerahkan bab tiga dan empat yang sudah saya revisi, semoga bisa langsung acc ya prof...", ucapku dengan nada merajuk.
" Oh Felicia, ayo duduk sini...", ucap profesor Budi sambil menuntunku menuju sofa tamu disamping meja kerjanya.
" Nah, ini dia prof anak didik yang saya bicarakan tadi, namanya Felicia Ariandra Putri. Felicia kenalkan ini profesor Alfredo ", ucap profesor Budi memperkenalkan kami.
Deg....
Deg...
Deg...
Jantungku terasa berhenti berdetak saat kulihat siapa yang diperkenalkan oleh profesor Budi kepadaku.
Dia adalah pria yang berusaha mati - matian aku lupakan selama tiga bulan terakhir.
Pria yang paling tidak ingin lagi aku lihat dalam hidupku.
Perasaan marah, sedih, kecewa hadir kembali. Hal tersebut membuatku hanya bisa berdiri mematung di depannya.
Tanganku mencengkeram kuat tali tas selempang yang kubawa sambil berusaha untuk tersenyum.
Setelah berhasil menguasai diri, aku mengulurkan tangan dan tersenyum lebar, senyum yang aku paksakan.
" Semoga saja pria ini tidak ingat siapa aku ", batinku.
" Felicia... senang bertemu dengan anda prof...", ucapku ramah sambil mengulurkan tangan.
Kuatur wajahku sedemikian rupa seolah - olah ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan profesor Alfredo.
Alfredo yang melihat reaksi Felicia yang seolah tak mengenalnya merasa sedikit kecewa.
Apakah gadis ini tidak ingat siapa aku. Kenapa sikapnya menunjukkan bahwa mereka adalah orang asing yang baru pertama kali bertemu. Padahal mereka sudah menghabiskan malam panas bersama.
" Duduklah ", perintah profesor Budi sambil menunjuk kursi yang ada di depan profesor Alfredo.
Akupun duduk dengan perasaan tak menentu. Inggin rasanya segera menghilang dari tempat ini.
Dengan susah payah aku menelan ludahku saat profesor Budi menbuatku ikut andil dalam percakapan yang terjadi diantara mereka.
Inggin rasanya kuakhiri percakapan yang menyesakkan dada dan pergi dari ruangan ini. Tapi hal tersebut tidak mungkin aku lakukan.
Akupun terus berusaha mencari celah untuk undur diri, tapi tampaknya profesor Budi tidak memberi kesempatan itu.
Hati Alfredo terasa berbunga - bunga. Meski sedikit kecewa dengan sikap Felicia, tapi setidaknya sekarang dia sudah menemukan gadis yang membuatnya gila akan cinta. Alfredo merasa sangat bahagia.
Gadis pujaan hati yang selama ini selalu berada didalam angan dan mimpinya tanpa bisa dia jangkau karena tidak tahu nama dan keberadaannya, saat ini berada tepat di depan matanya.
Inggin rasanya dia memeluk Felicia saat itu juga. Dan melepaskan kerinduan yang selama ini menyesakkan dada.
Felicia yang merasa diperhatikan oleh Alfredo tanpa berkedip, membuatnya sesak nafas.
Dia merasakan oksigen dalam ruangan mulai berkurang, sehingga harus berkali - kali menghirup nafas dalam - dalam agar sesak yang ada didalam dadanya sedikit berkurang.
tok....
tok...
tok...
" Maaf prof, anda disuruh menghadap Rektor sekarang ", ucap kak Rena yang dibalas anggukan oleh profesor Budi.
" Felicia, tolong temani profesor Alfredo sebentar ya...", ucap profesor Budi.
Belum sempat aku menjawab profesor Budi sudah menghilang dibalik pintu.
OMG ( Oh My God)...
apa yang harus aku lakukan sekarang....
Mimpi apa aku semalam hingga bisa sesial ini, gerutuku dalam hati.
" Sampai kapan kamu pura - pura tidak mengenalku ", ucap Alfredo membuyarkan lamunan Felicia.
" Saya tidak mengerti apa yang anda bicarakan prof...", ucap Felicia dengan sikap pura - pura binggung.
" Apa perlu saya ingatkan...", ucap Alfredo dengan nada menggoda.
Alfredo kemudian bangkit menuju kursi yang diduduki oleh Felicia.
Felicia yang kaget, spontan bergeser duduknya.
Tapi Alfredo tidak menghentikan aksinya. Dia terus bergerak kearah Felicia hingga sekarang Felicia sudah berada diujung sofa.
" Apa sekarang kamu ingat...", bisik Alfredo ditelingga Felicia dengan gerakan mengoda.
Hembusan hangat nafas Alfredo di telinganya membuat tubuh Felicia menegang.
" Ehhmm...hentikan ", ucap Felicia dengan suara bergetar.
Alfredo yang mendengar d*****n Felicia, bukannya menghentikan aksi nakalnya, dia malah semakin mengodanya.
D********a l****r Felicia hingga meninggalkan jejak kepemilikan disana.
" Apa kamu sudah ingat sekarang sayang...", ucap Alfredo dengan nada sexy.
Melihat anggukan dari Felicia yang masih membekam mulutnya dengan tangan membuat Alfredo segera menghentikan aksinya.
Senyum penuh kemenangan terukir jelas diwajahnya.
" Sekarang kamu sudah ingat kan...kenapa tadi pura - pura tidak mengenalku ", ucap Alfredo geram.
Sambil menarik nafas panjang, Felicia hanya bisa berkata "maaf".
Dia tidak mau memperpanjang masalah ini lagi dengan orang gila didepannya.
Bisa - bisa aku d*******a beneran disini jika berusaha mengelak lagi, pikir Felicia.
Saat ini Felicia sangat mengharapkan kehadiran profesor Budi sehingga dia bisa segera pergi dari tempat ini.
" Setelah ini kamu ada acara...kalau tidak saya ingin bicara denganmu " , ucap Alfredo penuh harap.
" Kamu setelah ini ada acara...", tanya Alfredo
Felicia yang masih syok dengan kejadian barusan hanya bisa mengeleng sambil berkata " ada ".
" Yang benar ada apa tidak ", ulang Alfredo
" Ada ", ucap Felicia sambil mengelengkan kepalanya.
Alfredo yang melihat tingkah aneh Felicia hanya bisa tersenyum .
" Kalau begitu saya anggap kamu hari ini tidak ada acara ya ", ucapnya lagi sambil tersenyum.
" Kenapa maksa banget sih ini orang, sudah dibilang ada masih aja kekeh sama kemauannya. Dasar psikopat gila", umpat Felicia dalam hati.
Tampaknya nasib baik masih berpihak kepadanya. Profesor Budi kembali keruangan tersebut.
Tidak ingin menyia - nyiakan waktu yang ada, Feliciapun segera berpamitan dengan alasan sakit perut.
Melihat Felicia keluar ruangan, Alfredopun segera beranjak dari kursi untuk pergi dengan alasan ada urusan mendadak dikantornya.
Alfredopun segera berlari menyusul Felicia yang sudah pergi duluan meninggalkan ruangan.
" Kali ini tidak akan kubiarkan kamu lolos Felicia ", geram Alfredo sambil berlari menyusul Felicia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments